STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

METODOLOGI PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

III. METODOLOGI PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DI AREAL PETAK UKUR PERMANEN (PUP) PT. KAWEDAR WOOD INDUSTRY KABUPATEN KAPUAS HULU

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

Analisis Vegetasi Hutan Alam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KEBERADAAN RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.) KURZ) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG AMBAWANG KECIL KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI


METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

PENGUKURAN BIODIVERSITAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI PENYUSUN ZONASI HUTAN MANGROVE TANJUNG PRAPAT MUDA-TANJUNG BAKAU KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN REGENERASI ALAMI DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI SUSI SUSANTI

BAB IV METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DI HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

STRUKTUR VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

III. METODE PENELITIAN

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

KEANEKARAGAMAN VEGETASI TEGAKAN PENYUSUN HUTAN TEMBAWANG DUSUN SEMONCOL KABUPATEN SANGGAU

BAB III. METODE PENELITIAN

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE ALAMI DI AREAL TAMAN NASIONAL SEMBILANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

ANALISIS POHON PENGHASIL BUAH-BUAHAN HUTAN YANG TERDAPAT DI HUTAN ALAM KANTUK KECAMATAN SEPAUK KABUPATEN SINTANG

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

KOMPOSISI JENIS SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM TROPIKA SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU

METODOLOGI PENELlTlAN

SEBARAN POPULASI PULAI (ALSTONIA SCHOLARIS) DI KAWASAN HUTAN KOTA GUNUNG SARI SINGKAWANG. Tubel Agustinus Dilan, Wiwik Ekyastuti, Muflihati.

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. rekreasi alam, yang mempunyai fungsi sebagai: Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

INVENTARISASI TANAMAN JELUTUNG (DYERA COSTULATA HOOK) SEBAGAI TUMBUHAN LANGKA YANG TERDAPAT DI ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DALAM KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. BHATARA ALAM LESTARI KABUPATEN MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI DI AREAL CALON KEBUN BENIH (KB) IUPHHK-HA PT. KAWEDAR WOOD INDUSTRY KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

IV. METODE PENELITIAN

STUDI HABITAT PELANDUK

Transkripsi:

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT Structure and Composition Of Forest Stands On The Island Selimpai Districts Paloh Sambas, West Kalimantan District. Nyoman, Waskitha, Eddy Thamrin Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124 E-mail : Nyoman_dwife@yahoo.com ABSTRACT This study took place in May 2013 for ± 3 weeks was effective in the field, where the data collection phase by observing all kinds of stands of seedlings, saplings, poles and trees found in the plot observer. Where observations made 2 lanes and 1 lane observations for drawing diagram forest profile. based on the results of the research area of the island selimpai obtained 29 types of vegetation seedlings, saplings 30 type, 27 type pole and 29 species of trees. vegetation types dominate for seedlings dungur Inp 28.4456, 28.3284 Inp stake temangu type, pole type Inp 44.2834 fir, and tree type to Inp 55.0086 hibiscus. of the results of analysis of vegetation types selimpai constituent island region that is dominant types, for line 1 of mangrove seedlings inp = 25,8889. on line 2 Dungun Inp = 28,4455. mangrove saplings lane 1 Inp = 20,2279, lane 2 found temangu Inp = 28,3383, lane 1 level pole pine (casuarina equitifolia) Inp = 44.2833, on line 2 of mangroves (hizophora mucronata) Inp = 89,0809. and level tree-bute, bute lane 1 Inp = 3,6958, on line 2 hibiscus Inp = 23,5180. from the analysis of the data found that vegetation has a high value is found at the level of the pole with Inp = 89,0809. Keywords: Determine the structure, stand composition, similarity and dissimilarity stands PENDAHULUAN Potensi hutan di Kalimantan Barat cukup tinggi dan memegang peranan penting sebagai pengatur tata air, habitat berbagai jenis flora dan fauna, pengatur iklim mikro dan sebagainya. Belakangan ini potensi hutan mengalami penurunan yang cukup besar akibat perambahan hutan yang terus terjadi. Keadaan ini tentunya akan berdampak negatif terhadap hutan sebagai sumber keanekaragaman hayati dan juga sebagai penyedia bahan baku (hasil hutan kayu dan bukan kayu). Untuk menanggulangi masalah ini diperlukan suatu kegiatan pelesterian hutan demi eksistensi hutan itu sendiri dan kesejahteraan masyarakat. Keanekaragaman jenis vegetasi yang tumbuh dan berkembang disetiap daerah memiliki perbedaan vegetasi tertentu yang dipengaruhi oleh tipe iklim kawasan, tinggi tempat dan faktor lingkungan tumbuhan lainnya. Kalimantan Barat merupakan daerah yang beriklim tropis serta memiliki kekayaan alam hayati dan berbagai macam flora yang mempunyai nilai tinggi salah satunya adalah tanaman buah-buahan. Keanekaragaman hayati ini merupakan sumber daya hayati yang dapat memberikan arti bagi kehidupan apabila dimanfaatkan, selain itu juga dapat mendukung pembangunan pertanian. 327

Suhendang (2005). menyatakan bahwa struktur tegakan hutan merupakan hubungan fungsionil antara kerapatan pohon dengan diameternya. Oleh karenanya, struktur tegakan akan dapat dipakai untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameternya apabila dugaan parameter struktur tegakan dan jumlah pohon secara total diketahui. Richard (1966). Menggunakan istilah komposisi jenis untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis pohon di dalam hutan. Selanjutnya dinyatakan juga bahwa ciri hutan hujan tropika yang menyolok adalah mayoritas penutupnya terdiri dari tumbuhan berkayu berbentuk pohon. Sebagian besar tanaman pemanjat dan beberapa jenis epifit yang berkayu, tanaman bawah terdiri dari tanaman berkayu, semai dan pancang, belukar dan liana muda. Tumbuhan herba yang ada adalah beberapa epifit sebagai bagian dari tanaman bawah dalam proporsi yang relative kecil. Pengetahuan komposisi dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pengelolaan hutan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Selimpai Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas dengan waktu penelitian selama 3 (tiga) minggu efektif di lapangan. Peralatan yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta lokasi penelitian, Kompas, Tally sheet, Phyband,dan Tongkat ukur Obyek Penelitian Obyek penelitian yang diamati dalam penelitian ini adalah semua jenis tegakan dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon yang terdapat dalam petak pengamatan. Nama jenis data vegetasi yang terdapat dalam petak pengamatan seperti diameter, tinggi dan jumlah jenis untuk tingkat pancang, tiang dan pohon, serta Keadaan fisiologis seperti ketingian tempat dari permukaan laut. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi tentang data keadaan umum lokasi penelitian diantaranya luas, dan letak wilayah, topografi, geologi dan tanah, iklim vegetasi, dan sosial ekonomi masyarakat serta literatur yang menunjang penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak, dimana setiap titik diletakan secara sistematik. Petak-petak pada cara garis berpetak ini berbentuk persegi empat. Pelaksanan Penelitian Untuk pengamatan komposisi hutan di buat 2 jalur pengamatan yaitu pada arah Timur, dengan panjang 100 meter dengan lebar tiap jalur 20 meter. Adapun tahap yang dilakukan dalam analisis vegetasi adalah sebagai berikut : Pada setiap jalur pengamatan di buat plot-plot pengamatan dengan ukuran 2 m x 2 m untuk tingkat semai, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, dan 20 m x 20 m untuk tingkat pohon. Untuk pengamatan struktur vertikal di ambil dari petak yang ada dengan panjang jalur 60 m dan lebar 20 m, dimana nantinya dilakukan pengambaran diagram profil hutan. Data untuk kegiatan ini pendekatannya 328

diambil dari jalur satu meliputi : jenis tinggi total, posisi pohon dan sketsa tajuk. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan dianalisa mengunakan rumus perhitungan sebagai berikut : INP (Indek Nilai Penting) INP berguna untuk menentukan dominasi suatu jenis terhadap suatu jenis lain dalam suatu tegakan. Untuk tingkat pancang, tiang dan pohon dihitung dengan rumus sebagai berikut (Soerianegara dan Idrawan,1988) : INP = KR + FR + DR INP = KR + FR Nilai Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif dan Dominasi relatit diperoleh dari : Kerapatan Kerapatan menunjukan jumlah suatu jenis tumbuhan pada setiap petak contoh. Kerapatan = Kerapatan relatif = % Frekuensi Frekuensi merupakan perbandingan banhyaknya petak yang terisi oleh suatu jenis tumbuhan terhadap jumlah petak keseluruhan, yang biasanya dinyatakan dengan persen. Frekuensi = Frekuensi relatif = % Dominasi Dominasi digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan jenisjenis pohon pada suatu tegakan. Dominas = Dominasi relative = % Indeks Dominasi Indeks dominasi digunakan untuk menentukan dominasi dalam suatu komunitas menggunakan rumus sebagai berikut : = Dimana : C = indeks dominasi ( ) ( 1) n1 = jumlah individu dari spesies ke-i N = jumlah individu dari semua jenis Indeks Keanekaragaman jenis (Ds) Budhi (2007) menyatakan bahwa tidak hanya jumlah spesies (s) dan jumlah total individu (N) akan tetapi proporsi dari jumlah individu dalam masing-masing ikut menentukan. Dihitung dengan rumus sebagai berikut : D s = 1 ( ) ( ) Dimana : D s = Indeks Keanekaragaman Jenis ni = Jumlah Individu spesies ke-i N = Jumlah Total Individu Spesies Koefisien Kesamaan Komunitas (IS) Koefisien Kesamaan Komunitas (coefesients of similarity) menunjukan kesamaan dari dua atau lebih komunitas dalam hal komposisi spesies atau karakteristik struktural ( Budhi, 2007 ). IS = x 100% Dimana : Is = Indeks Kesamaan Komunitas 329

w = Jumlah nilai yang sama dan nilai yang terendah dari jenis-jenis yang terdapat dalam dua komunitas yang dibandingkan a = Indeks Nilai Penting Suatu Jenis Pada Jalur1 b = Indeks Nilai Penting Suatu Jenis Pada Jalur2 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Jenis dan Individu Hasil analisis vegetasi di Pulau Selimpai Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas, untuk masing-masing tingkat pertumbuhan vegetasi tingkat semai, tingkat pancang, tingkat tiang dan tingkat pohon. dapat dilihat di bawah ini. Dari hasil analisa data, diketahui bahwa jumlah jenis dan vegetasi yang terdapat dalam petak pengamatan pada tingkat semai sebanyak 29 jenis, pancang sebanyak 30 jenis, tiang sebanyak 27 jenis, dan tingkat pohon sebanyak 29 jenis, yang terdiri dari famili antara lain: Myztaceae, Combretaceae, Apocynaceae, Caesalpiniaceae, Rubiaceae Indeks Nilai Penting Tingkat Semai Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai INP yang mendominasi atau tertinggi untuk tingkat semai terdapat pada jalur 1 yaitu jenis Bakau (Rhizophora mucronata) dengan INP 25,8889, jenis Nyirih dengan INP 20,3334, jenis Cemara (Casuarina equissetifolia) dengan INP 19,1112, jenis Tangur dengan INP 16,3334 dan jenis Dungur (Largestroemia specialsa per) dengan INP 13,5556. INP yang memdominasi atau tertinggi untuk tingkat semai terdapat pada jalur 2 yaitu jenis Dungur (Largestroemia specialsa per) dengan INP 28,4456, jenis Ubah (Hibiscus tiliaceus) dengan INP 19,6315, jenis Bakau (Rhizophora mucronata) dengan INP 17,0674, jenis Cemara (Casuarina equisetiafolia) dengan INP 16,5065 dan jenis Nyirih dengan INP 13,9424. Indeks Nilai Penting Tingkat Pancang Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai INP yang mendominasi untuk tingkat pancang terdapat pada jalur 1 yaitu jenis Bakau (Rhizophora mucronata) dengan INP 20,2270, jenis Bute-bute dengan INP 17,6639, jenis Nyirih dengan INP 15,0998, jenis Dungur dengan INP 8,8310, dan jenis Ubah dengan INP 6,26. INP yang mendominasi untuk tingkat pancang terdapat pada jalur 2 yaitu jenis Temangu dengan INP 28,3284, jenis Dungur dengan INP 21,9210, jenis Cemara (Casuarina equisetiafolia) dengan INP 18,2183, jenis Waru (Hibiscus tiliaceus) dengan INP 15,5154, dan jenis Karaji dengan INP 12,8129. Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan untuk menentukan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya, seperti yang terdapat dalam petak pengamatan tingkat tiang antara jalur 1 dan jalur 2. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai INP yang mendominasi untuk tingkat tiang terdapat pada jalur 1 yaitu jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) dengan INP 44,2834, jenis Waru dengan INP 40,3831, jenis Dungur dengan INP 34,5208, jenis Bakau (Rhizophora mucronata) dengan INP 32,2516 dan jenis Nyirih dengan INP 25,9564. 330

INP yang mendominasi untuk tingkat tiang terdapat pada jalur 2 yaitu jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) dengan INP 36,4339, jenis Waru (Hibiscus tiliaceus) dengan INP 29,8714, jenis Merawat dengan INP 17,2579, jenis Tangar dengan INP 16,9373, dan jenis Tangit dengan INP 14,6609. Menurut (Odum 1993), suatu jenis dikatakan dominan apabila jenis yang bersangkutan terdapat dalam jumlah yang besar dalam suatu daerah. Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai INP yang mendominasi atau tertinggi untuk tingkat pohon terdapat pada jalur 1 yaitu jenis Bute-bute dengan INP 38,6959, jenis Cemara (Casuarina aquisetifolia) dengan INP 37,3487, jenis Ketapang (Terminalia catappa) dengan INP 36,4691, jenis Nyirih dengan INP 32,2469, dan jenis Dadap dengan INP 23,7097. Berdasarkan nilai INP yang mendominasi atau tertinggi untuk tingkat pohon terdapat pada jalur 2 yaitu jenis Waru dengan INP 55,0086, jenis Cemara (Casuarina equissetiafolia) dengan INP 49,3854, jenis Ketapang dengan INP 32,3362, jenis Bakau (Rhizophora mucronata) dengan INP 23,0115, dan jenis Dadap dengan INP 17,6922. Indeks Dominansi (C), Indeks Keanekaragaman Jenis (Ds) Keanekaragaman jenis tegakan dalam suatu habitat dapat di ketahui dengan menghitung keanekaragaman jenis dari tegakkan hutan. Berdasarkan hasil analisa data yang di ambil dari tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon dapat dilihat di bawah ini. Bahwa Indeks Dominansi (C) tertinggi terdapat pada tingkat tiang dengan nilai 0,08081, tingkat pohon dengan nilai 0,07052, tingkat semai dengan nilai 0,06032, dan tingkat pancang dengan nilai 0,04724. Indeks keanekaragaman jenis (Ds) tertinggi terdapat pada tingkat Tiang dengan nilai 0,99192, tingkat Pancang dengan nilai 0,95277, tingkat Semai dengan nilai 0,94311 dan tingkat Pohon dengan nilai 0,92949. Indeks Dominansi (C) tertinggi terdapat pada tingkat pohon dengan nilai 0,0945, tingkat tiang dengan nilai 0,0831, tingkat pancang dengan nilai 0,0646 dan tingkat semai dengan nilai 0,0598. Indeks keanekaragaman jenis (Ds) tertinggi terdapat pada tingkat Tiang dengan nilai 0,1695, tingkat Semai dengan nilai 0,9407, tingkat Pancang dengan nilai 0,9355, dan tingkat pohon dengan nilai 0,9055. Koefisien Kesamaan Komunitas Dan Ketidaksamaan Komunitas Tegakan untuk tingkat semai, pancang, tiang dan tingkat pohon untuk masing-masing jalur pada Hutan Pulau Selimpai selanjutnya dilakukan analisis untuk membandingkan komposisi jenis tegakan guna mencari nilai kesamaan dari hasil perbandingan tersebut. Hasil perhitungan Indeks Kesamaan Komunitas (IS) untuk tingkat semai, pancang, tiang dan pohon pada masingmasing jalur yang ditentukan berdasarkan atas jumlah Indeks Nilai Penting dari jenis-jenis yang hampir sama. diketahui nilai Indek Kesamaan Komunitas tingkat Semai IS = 91,59164% Pancang dengan nilai IS = 97,20480%. Tiang dengan nilai IS = 86,53395%. Dan tingkat Pohon dengan 331

nilai IS =79,9571%. Kesamaan menunjukan bagaimana kelimpahan spesies yaitu jumlah individu, biomassa, penutup tanah, tersebar antara banyak spesies itu (Ludwiq and Reynalds, 1988). Nilai IS pada jalur 1 dan 2 untuk tingkat Semai sebesar 8,40835, Pancang sebesar 2,79519, Tiang sebesar 13,46605, dan tingkat Pohon sebesar 20,0429. Menyatakan adanya ketidaksamaan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan vegetasi yang terjadi terus menerus dimana suatu populasi digantikan oleh populasi lain, bahwa dalam hutan yang stabil selalu terjadi perubahan-perubahan (Soerianegara dan Inrawan 1988). Petak Pengamatan Struktur Vegetasi Dari hasil pengamatan di lapangan untuk pengamatan struktur vertikal dibuat jalur dengan panjang jalur 60 m dan lebar 20 m dengan arah tegak lurus. Di mana akan dilakukan pengambaran diagram profil hutan, Hasil pengamatan dilapangan meliputi tegakan yang digambar profilnya antara lain : jarak antar pohon yang ada dipetak pengamatan sehingga hasil yang didapatkan akan maksimal, baik dalam pengambaran sketsa tajuk pohon yang terdapat di Pulau Selimpai Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas. Dari hasil pengambaran dilapangan ditemukan 147 pohon didalam petak pengamatan, dari berbagai jenis yang sudah teridentifikasi maupun yang belum teridentifikasi, dilakukan pengambaran diagram profil tegakan tingkat pancang, tiang, dan pohon. Struktur suatu vegetasi tegakan hutan terdiri atas komponen yaitu : struktur secara vertikal yang merupakan profil diagram yang melukiskan lapisan semai, pancang, tiang, pohon serta herba penyusun vegetasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, yang dilakukan pada kawasan Pulau Selimpai Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas maka dapat diambil beberapa kesimpulan Indeks Kesamaan Komunitas (IS) untuk keseluruhan vegetasi dan pohon hutan pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon tergolong tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa komunitas vegetasi yang terdapat pada Hutan Pulau Selimpai tersebut hampir sama (mendekati 100 %). Saran Perlu dilakukan pengayaan jenisjenis pohon yang terdapat di Pulau Selimpai, sehingga dapat meningkatkan keanekaragaman jenis yang ada. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai struktur dan komposisi hutan, karena masih minimnya informasi tentang bentuk dan struktur pohon hutan yang berada di Pulau Selimpai. DAFTAR PUSTAKA Budi, S. 2007. Ekologi Hutan Buku 1, Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Pontianak. Odum, E. P. 1993. Dasar- dasar Ekologi, Terjemahan Tjahjono Samingan dan B. Srigandono, Gadjah Mada Unuversity Prees, Yogyakarta Richard, 1966. menggunakan istilah komposisi jenis untuk 332

menyatakan keberadaan jenisjenis pohon di dalam hutan.ugm, Yogyakarta. Suhendang, E. 2005. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Dataran Rendah di Bengkunut Propinsi DT. I. Lampung. Thesis pada Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Soerianegara, I dan A. Indrawan, 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. 333