BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, setiap tahun virus dengue menginfeksi kurang lebih 50-100 juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar 500.000 orang dengan penyakit DBD parah memerlukan perawatan inap setiap tahunya. Sekitar 2,5 miliyar orang serta lebih dari 40% dari populasi di dunia sekarang beresiko terkena penyakit DBD.(1) Di Indonesia penyakit DBD merupakan penyakit berbahaya selama 50 tahun ini kasus penyakit semakin bertambah, dilihat dari sisi jumlah maupun penyebaranya. Dilihat secara menyeluruh terjadi penurunan angka kematian yang disebabkan oleh virus Dengue yaitu mencapai 1%, tetapi angka penyebaran penyakit masih sangat tinggi 27,6 kasus / 100.000 penduduk.(2) Penyakit Demam Berdarah adalah termasuk kategori masalah serius bagi Provinsi Jawa Tengah, karena terdapat 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit Demam Berdarah. Angka kesakitan/ Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 sebanyak 36,2/100.000 penduduk, lebih rendah disbanding tahun 2013 (45,53/100.000 penduduk). Hal demikian berarti bahwa IR DBD di Jawa Tengah lebih rendah dari target nasional (<51/100.000 penduduk), namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan target RPJMD (<20/100.000). Angka kesakitan tertinggi di kota semarang sebesar 97,31/100.000 penduduk, terendah di kota salatiga sebesar 4,97/100.000 penduduk. Pihak kesehatan akan 1
2 melakukan penyelidikan epidemilogi di daerah yang terjadi kasus Demam Berdarah, perawatan terhadap pasien dan melakukan pencegahan..(3) Penyebab banyaknya kasus penyebaran demam berdarah di kota Semarang dikarenakan iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang tinggi pada musim penghujan merupakan tempat bertelurnya nyamuk Aedes Aegepty, selain itu juga di karena tidak maksimalnya kegiatan PSN di masyarakat yang akan menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota. Angka kematian/ Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2014 sebesar 1,7%, lebih tinggi dibanding tahun 2013 (1,2%), dan masih lebih tinggi dibandingkan dengan target nasional maupun RPJMD (<1%). Angka kematian lebih dari 1% sebanyak 23 kabupaten/kota. Kabupaten Wonogiri mempunyai angka kematian tertinggi yaitu sebesar 9,3% dan ada 4 kabupaten/kota dengan angka kematian 0% yaitu Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, dan Kota Salatiga. Pada bulan Januari November 2013 terdapat 16.401 orang yang menderita Demam Berdarah, 279 orang meninggal dunia dan 4,95 per 10.000 penduduk menderita Demam Berdarah, kasus ini lebih banyak daripada tahun 2006 hanya sebanyak 3,37 per 10.000 penduduk. (3) Pada tahun 2014 hanya terdapat 17 kelurahan yang tidak mengalami Demam Berdarah. Kelurahan tersebut adalah Polaman, Wates, Ngadirgo, Purwosari (Mijen), Trimulyo, Pindrikan Kidul, Mangkang Kulon, Cabean, Karang Malang, Karanganyar, Kandri, Pakintelan, Terboyo Wetan, Randugarut, jatirejo, Wonoplumbon, Kaliwiru. Terdapat 5 kelurahan yang
3 mempunyai kasus Demam Berdarah terbanyak yaitu terdapat di kecamatan Mijen. Incidence Rate Kecamatan Tembalang DBD 166,89/100.000 penduduk menduduki peringkat IR DBD Kecamatan Tertinggi Kota Semarang. Pada urutan kedua Kecamatan Genuk 126,12/100.000 dan Kecamatan Ngaliyan diurutan ketiga dengan IR DBD 106,10/100.000. Kecamatan dengan IR terendah adalah Kecamatan Tugu dengan IR 43,37/100.000. Target incidence rate (IR) DBD nasional Tahun 2014 adalah 51 per 100.000 penduduk, sedangkan semarang 220 (berdasarkan renstra Dinas Kesehatan Kota Semarang). Empat kelurahan atau 2,3% kelurahan tidak mencapai target IR DBD Kota Semarang yaitu Banjardowo, Ngaliyan, Bangunharjo, dan Bulusan. Untuk target IR DBD nasional ada 118 kelurahan atau 66,7 kelurahan di Kota Semarang yang tidak memenuhi target nasional. Puskesmas Rowosari berada di wilayah Kecamatan Tembalang Kabupaten Semarang. Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari terdiri dari 5 kelurahan meliputi : Kelurahan Rowosari, Kelurahan Meteseh, Kelurahan Tembalang, Kelurahan Kramas dan Kelurahan Bulusan. Jumlah kasus DBD 69 penderita pada tahun 2013. Pada tahun 2014 jumlah kasus DBD 68 penderita mengalami penurunan dan pada tahun 2015 jumlah kasus DBD 101 penderita mengalami peningkatan.(4) Perlunya kegiatan PSN yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program pemerintah yang paling diandalkan berupa pengasapan (fogging) dengan Malathion dan penaburan Abate Temephos. Sebab kedua cara penanggulangan dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil yang optimal, dalam arti tidak dapat menaikkan angka
4 bebas jentik (ABJ) atau lebih besar dari 95. Padahal nilai angka bebas jentik (ABJ) yang kurang dari 95 berarti Virus Dengue masih mempunyai peluang menular. Berdasarkan data awal yang didapatkan peneliti pada bulan April tahun 2016 di puskesmas Rowosari terdapat 5 kelurahan yang masih memiliki nilai angka bebas jentik (ABJ) yang rendah yaitu, Kelurahan Meteseh angka bebas jentiknya 75% belum mencapai target dengan jumlah sebesar 29 kasus pada tahun 2015. Kelurahan yang kedua adalah Kelurahan Bulusan angka bebas jentiknya 80% dengan jumlah sebesar 29 kasus. Kelurahan selanjutnya adalah Kelurahan Kramas angka bebas jentiknya 83% dengan jumlah 25 kasus. Kelurahan Rowosari angka bebas jentiknya 85% dengan jumlah 17 kasus, dan Kelurahan yang terakhir yaitu Kelurahan Tembalang angka bebas jentiknya 88% dengan jumlah 18 kasus. Berdasarkan data diatas, Kelurahan Meteseh memiliki Angka Bebas Jentik Terendah yaitu sebesar 75%. Padahal nilai angka bebas jentik (ABJ) yang kurang dari 95% berarti Virus Dengue masih mempunyai peluang menular. Di Kelurahan Mateseh sendiri terdapat 30 RW (rukun warga) yang tersebar di wilayahnya. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan Mei tahun 2016 di Kelurahan Meteseh terhadap 20 orang pada saat melakukan wawancara dan observasi tentang pemberantasan sarang nyamuk dan didapat 8 responden pengetahuanya kurang mengenai pemberantasan sarang nyamuk dan 12 responden pengetahuannya bagus tentang pemberantasan sarang nyamuk. Dari 8 responden yang pengetahuannya kurang mengenai pemberantasan sarang nyamuk, 5 diantaranya tinggal di RW III. Di RW III masih memiliki nilai angka bebas
5 jentik (ABJ) yang rendah yaitu 66,67%. Dapat dilihat dari hasil pemantauan jentik dan perilaku 3M Plus di RW III Kelurahan Mateseh masih belum diterapkan dengan optimal. Terbukti masih banyaknya botol bekas yang disimpan di dalam rumah, bak mandi yang kotor, dan tempayan yang tidak bersih di lingkungan RW III. Walaupun upaya selama ini yang dilakukan oleh petugas puskesmas dalam mencegah penyakit demam berdarah dengue sudah cukup optimal dengan penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan lainnya di masyarakat, tetapi kejadian demam berdarah dengue selalu berulang setiap tahun. Hal tersebut disebabkan kebiasaan masyarakat Kelurahan Mateseh khususnya yang tinggal di lingkungan RW III yang masih sering menumpuk sampah di dalam rumah menjadi tempat bersarangnya jentik nyamuk. Serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan yang masih sangat rendah. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan komitmen dengan praktik masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian yang di rumuskan sebagai berikut : Bagaimana Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016?
6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan komitmen dengan praktik masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. b. Mendeskripsikan sikap terhadap pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. c. Mendeskripsikan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW IIII Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. d. Mendiskripsikan komitmen masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. e. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. f. Menganalisis hubungan antara sikap dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016.
7 g. Menganalisis hubungan antara komitmen masyarakat dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai bahan informasi mengenai pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. 2. Bagi Keilmuan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. 3. Bagi Masyarakat Menambah informasi kepada masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue
8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Judul Penelitian / lokasi / tahun 1. Anton Sitio Hubungan perilaku tentang pemberantasan sarang nyamuk dan kebiasaan keluarga dengan kejadian demam berdarah dengue di kecamatan medan perjuangan kota medan tahun 2008 2. Lukman Waris, Windy Tri Yuana Pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap demam berdarah dengue di kecamatan batulicin kabupaten tanah bumbu provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013 Metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analytic explanatory research dengan pendekatan case control study Jenis penelitian ini cross sectional. Hasil Penelitian Ada hubungan antara perilaku tentang pemberantasan sarang nyamuk dan kebiasaan keluarga dengan kejadian demam berdarah dengue. Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku dengan demam berdarah dengue. 3.Raflin Abdullah Gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah DBD di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Penelitian Observasion al Deskriftif Desain penelitian yang diambil adalah survey Cross Sectional Kesimpulan penelitian ini pengetahuan responden dalam tingkat pengetahuan baik, sedangkan untuk kategori sikap dan tindakan responden dalam tingkat kurang baik.
9 Berdasarkan penelitian diatas makan ada beberapa perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas yaitu perilaku dan kebiasaan, variabel terikatnya yaitu kejadian demam berdarah dengue. Data dikumpulkan melalui menggunakan kuesioner sedangkan pada penelitian ini data yang dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Tempat dan tahun penelitiannya juga berbeda dimana penelitian pertama di kecamatan medan perjuangan kota medan, sedangkan pada penelitian ini di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. `Pada penelitian yang kedua perbedaanya terletak pada variabel bebas yaitu pengetahuan dan perilaku, variabel terikatnya yaitu demam berdarah dengue sedangkan penelitian yang saya gunakan menggunakan variabel bebas ialah pengetahuan, sikap, komitmen dan variabel terikatnya ialah praktik masyarakat di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. Tempat penelitiannya juga berbeda dimana penelitian kedua di kecamatan batulicin kabupaten tanah bumbu provinsi Kalimantan Selatan, sedangkan pada penelitian ini di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. Pada penelitian yang ketiga perbedaanya terletak pada variabel bebas yaitu perilaku masyarakat dan variabel terikatnya yaitu mencegah DBD sedangkan penelitian yang saya gunakan menggunakan variabel bebas ialah pengetahuan, sikap, komitmen dan variabel terikatnya ialah praktik masyarakat dalam melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Tempat penelitiannya juga berbeda dimana penelitian ketiga di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.Sedangkan yang saya teliti di RW III Kelurahan Meteseh di dapatkan ABJ nya masih rendah dikarenakan masih kurangnya pengetahuan, sikap, komitmen dan perilaku masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue.
10 F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Lingkup penelitian ini adalah di Bidang Kesehatan Masyarakat, khususnya Manajemen Kesehatan. 2. Lingkup Materi Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. 3. Lingkup Lokasi Lokasi yang digunakan penelitian ini di RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang Tahun 2016. 4. Lingkup Metode Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif. 5. Lingkup Sasaran Sasaran penelitian ini adalah Kepala Keluarga RW III Kelurahan Meteseh Kota Semarang. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini akan diambil bulan Januari 2017