BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

JURNAL MAKNA SIMBOL TOR-TOR ILAH MARDOGEI PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN. Oleh SEFRINA WAHYUNI NIM

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada, sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Selo Soemardjan dalam Simanjuntak (2000:107) Menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terbesar terjadi karena pecahan terhadap tahap pertama disebut unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebuah inovasi yang mendapatkan influence (pengaruh) dari budaya atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTAMARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN. Febi Andreas Manik.

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Selain etnis asli yang ada di Sumatera Utara yaitu Melayu, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu melestarikan musiknya. setiap titik sudutnya adalah batu sebagaimana dalihan ( tungku).

BAB I PENDAHULUAN. yang kini merupakan Provinsi Aceh. Mereka biasa menyebut dirinya Ureueng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku Batak yaitu suku Batak Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan Batak Simalungun. Mayoritas masyarakat Simalungun bermata pencaharian sebagai petani, ini disebabkan karena sebahagian masyarakat Simalungun tinggal di daerah pegunungan yang tanah nya subur, hawanya sejuk sehingga sesuai dengan bercocok tanam sehingga dari dulu hingga sekarang mereka hidup dari lahan pertanian. Adapun jenis tanaman yang mereka tanam adalah padi dan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Sama halnya dengan Batak Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkola yang memiliki sistem kekrabatan begitu juga dengan Batak Simalungun. Sistem kekerabatan yang di miliki oleh masyarakat Simalungun berdasarkan Tolu Sahundulan (Tiga Sama Duduk) yang komposisinya terdiri dari : Sanina, yakni orang-orang semarga (saudara semarga) Tondong, yakni pihak pemberi isteri (pihak orang tua isteri) Anak Boru, yakni pihak penerima isteri atau pihak yang megambil isteri dari suatu kelompok marga. Setiap suku memilik adat istiadat serta perbedaan budaya yang mengungkapkan ciri khas mereka masing-masing misalnya dalam bahasa, pakaian 1

adat, kesenian, baik seni tari, seni musik, seni rupa. Berbicara tentang kesenian, kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana ynag digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia yang diciptakan sebagai media ungkap untuk mencapai tujuan-tujuan terentu dan dilaksanakan pada berbagai kegiatan baik itu upacara, hiburan, maupun pertunjukan. Kesenian merupakan warisan nenek moyang dahulu masih saja membudaya dan harus di kembangkan karna dapat menjadi identitas pribadi suatu masyarakat. Kesenian itu sendiri terbagi berbarapa cabang di antaranya seni tari, seni rupa, seni musik dan seni teater. Semua bentuk kesenian ini menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Masyarakat Simalungun melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan menyertakan keseniaan sebagai kelengkapan pelaksanaan kegiatan. Salah satu keseniaan yang digunakan adalah seni tari. Seni tari adalah unkapan jiwa yang mengandung unsur keindahan dalam bentuk gerak teratur sesuai dengan tempo musik pengiring yang memiliki makna tertentu. Pada masyarakat Simalungun, tari-tarian dijadikan sebagai media komunikasi dalam mengugkapkan atau menyampaikan pesan didalam berbagai kegiatan. Tari dalam masyarakat Simalungun disebut juga dengan Tor-tor, salah satunya adalah Tor-tor Ilah Mardogei. Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat Simalungun disajikan pada acara pesta Rondang Bintang. Khususnya di Simalungun, para permuka adat bersama tokoh masyarakat yang disebut dengan Partuha Maujana (patuha= tokoh adat, Maujana= Cendikiawan). Pesta Rondang

Bintang merupakan pesta kebudayaan masyarakat Simalngun yang dulu disebut pesta Pariama (pesta muda-mudi) yang di lakukan pada saat Rondang Bintang (bulan purnama) sesuai musim panen raya. kegiataan ini dulunya merupakaan pesta adat yang menggambarkan ungkapan rasa syukur atas panen raya yang di lakukan, selain itu pada pesta Rondang Bintang ini juga di manfaatkan sebagai ajang pertemuaan menjalin kasih atau mencari jodoh dan pembinaan semangat gotong royong parah remaja sebagai generasi penerus. pesta Rondang Bintang di adakan dengan tujuan agar keseniaan simalungun tidak hilang, juga dapat dilestarikan dan menjadi aset kebudayaan yang menandakan ciri khas masyarakat simalungun.pada pesta Rondang Bintang banyak sekali pertunjukkan yang ditampilan seperti musi tradisional simalungun yaitu Gondang Somba, Gondang Simonang-monang, Gondang Sipitu-pitu. Ada juga peragaan busana Simalungun seperti busana pengantin baik pagelaran busana pengantin kuno,hingga busana pengantin modern. Sedangkan tari-tarian yang di tampilkan adalah Tor-tor Sombah, Tor-tor Harouan Bolon, Tor-tor Manduda, Tor-tor Sitalasari, Tor-tor Toping-toping/ Huda-Huda, Tor-tor Ilah yang di tampilkan pada Pesta Rondang Bintang, diantaranya: 1. Ilah Bolon 2. Ilah Mardogei 3. Ilah Manduda 4. Ilah Majetter 5. Ilah Mardidong 6. Ilah Sibuat Gulom

Tor-tor Ilah Mardogei telah ada sejak ternbentuknya simalungun yaitu pada jaman raja-raja Simalungun. Tor-tor Ilah Mardogei adalah tarian yang menggambarkan tentang kegiatan masyarakat Simalungun pada saat musim panen. Mereka melakukan pekerjaan tersebut secara bergotong royong dan dilaksanakan pada bulan purnama yang dikarenakan pada zaman dahulu belum adanya listrik yang masuk kekampung atau desa, sehingga mereka melakukan pekerjaan tersebut dibawah terangnya bulan purnama. Mereka bekerja sambil menari dan menyanyi. Bulan purnama biasanya jatuh pada bulan 10 tetapi sudah ada perubahan dikarenakan perkembangan zaman yang canggih dan senimanseniman yang berbeda pendapat.tor-tor ilah Mardogei hingga sekarang masih dipertunjukkan dalam pesta rondang bintang (pesta budaya Simalungun) sekali dalam setahun selama tiga hari dua malam, selain tarian juga ada mempertunjukkan hasil pendapatan dari daerah masing-masing. Tor-tor Ilah Mardogei merupakan tarian yang gerakannya di iringi lagu yang dinyanyikan langsung oleh penarinya. Fungisnya sebagai hiburan, Tarian ini juga menggambarkan rasa suka cita dimana para penari wanita Simalungun melakukan Mardogei (memijak-mijak pada agar bulir padi lepas dari tangkainya dan para penari spria membantu memijak padi sambil mencari perhatian terhadap wanita simalungun maka dari situhlah tumbuhlah percintaan masyarakat simalungun. Ada terdapat beberapa bagian ragam gerakan awal dan gerakan akhir yang ada pada gerakan mardogei yaitu hentakan kaki. Adapun rangkaian tarian ini dimulai dari gerakan manabi omei (menyabit atau memotong padi), Mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari tangkainya), Menjomur Omei (menjemmur padi), mamurpur dan mangipas omei

(mengipas padi), dan gerakan terakhir adalah manunjung omei (mengangkat padi dengan caramembawanya diatas kepala). Ciri khas dari Tor-tor Ilah Mardogei adalah hentakan kaki yaitu gerakan yang menandakan bahwasanyan mereka sedang mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari tangkainya). Musik iringan tari ini adalah musik internal yaitu di mana para penari menyayikan syair ilah mardogei dengan tempo yang telah ditentukan dan dinyayikan secara bergantian oleh wanita dan peria. Tujuan di laksanakannya Tor-tor Ilah Mardogei ini adalah agar para remaja atau yang sering disebut dengan ABG (Anak Boru Garama) mencintai dan dapat melestarikan kebudayaan. Dikarenakan pada pesta Rondang Bintang banyak terdapat tarian, nyayian dan musik yang diciptakan langsung oleh orang-orang Simalungun, mencerminkan kebiasaan an ciri khas masyarakat Simalungun dengan bergotong rotong. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk menggali Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang. Mardogei dengan menggangkat tari ini sebagai topik penelitian dengan judul: Struktur Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat Simalungun. B. Identifikasi Masalah Dalam sebuah topik penelitian, akan ditemukan identifikasi masalah yang banyak berdasarkan uraian dari latar belakang. Identifikasi masalah diperlukan dalam sebuah rancangan penelitian, agar peneliti dapat melihat apa-apa saja masalah yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat ahli dalam Marta Sri Ulina (2013 :04) yang mengatakan : untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu

diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit, sebaliknya bila ruang lingkup masalah dipersempit, maka dapat diharapkan analisis secara luas dan mendalam. Untuk itu dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis akan membuat identifikasi masalah agar dapat mengetahui hal- hal yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Struktur Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun 2. Apa fungsi yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyrakat Simalungun? 3. Apa tujuan Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun? 4. Bagaimana musik pengiring Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun? C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah terkait dalam suatu penelitian dan untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda serta keterbatasan waktu, dana dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh surakhman (1990:36) ia mengatakan bahwa : sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai sebagai masalah penelitian, tidak akan pernah jelas batasanbatasan masalah, pembatasan ini perlu, bukan saja untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penelitian akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah, waktu, ongkos, dan lain sebaginya.

Adapun pembatasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah Struktur Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat Simalungun. D. Rumusan Masalah Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk lebuh memperkecil batasan-batasan yang telah diperbuat dan sekaligus berfungsi untuk mempertajam arah penelitian. Menurut Mariani(2005:14) bahwa : Rumusan masalah merupakan jabaran desail fokus penelitian yang akan dibuat. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan Masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Sruktur Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat Simalungun?. E. Tujuan Penelitian Suatu pemikiran mengenai apa yang ingin dibahas dan diteliti dalam kegiatan penelitian. Menurut pendapat Arikunto Suharsimi (1995:69) mengatakan bahwa penelitian adalah suatu rumusan kalimat yang menujukkan adanya hal yang diperoleh setelah penelitian ini selesai. Adapun tujuan penelitian ini adalah: Mendeskripsikan struktur Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun.

F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat diperoleh manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Menjadi sumber informasi bagi para pembaca mengenai Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun. 2. Sebagai bahan informasi dan pustaka untuk para peneliti peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian. 3. Sebagai sumbangan pemikiran dan menambah wawasan serta pengetahuan peneliti. 4. Sebagai motivasi bagi setiap pembaca khususnya masyarakat Simalungun agar tetap melestarikan kebudayaan khususnya kesenian Simalungun.