BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran dalam Penjasorkes Pembelajaran dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah upaya untuk membelajarkan siswa yang didukung dengan peran guru dalam mengatur strategi pembelajaran, serta memahami segenap aspek pribadi anak didik dengan lebih mengacu pada perkembangan jasmani dan kesehatan dengan memanfaatkan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai serta pembiasaan pola hidup sehat. Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. (dalam Uno, 2007 : 2) Ali (2010 : 78) mengemukakan bahwa pembelajaran akan berlangsung efektif dan efisien apabila didukung dengan peran guru dalam mengatur strategi pembelajaran. Dalam menyajikan metode pembelajaran, seorang guru tidak boleh terpaku hanya pada satu jenis teknik saja. Paradigma lama yang menganggap guru sebagai satu-satunya sumber dan pusat informasi, serta siswa hanyalah ibarat gelas 5
6 kosong yang dapat diisi apa saja sesuai dengan kemauan guru atau diibaratkan kertas putih yang dapat ditulis apa saja menurut kehendak guru, mungkin perlu ditinjau kembali. Ketika siswa masuk ke dalam kelas, guru harus sadar bahwa dalam diri siswa itu sudah tertanam dan terbangun informasi, pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh di luar kelas dari interaksi dengan lingkungannya. Dengan begitu, guru juga menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya pusat informasi, melainkan terdapat banyak media, cara dan sumber yang dapat dijadikan siswa untuk memperoleh informasi. Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: (a) kecerdasan dan bakat khusus, (b) prestasi sejak permulaan sekolah, (c) perkembangan jasmani dan kesehatan, (d) kecenderungan emosi dan karakternya, (e) sikap dan minat belajar, (f) cita-cita, (g) kebiasaan belajar dan bekerja, (h) hobi dan penggunaan waktu senggang, (i) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (j) latar belakang keluarga, (k) lingkungan tempat tinggal, dan (l) sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik. Dharma (2008 : 9-10) Balitbang (2010 : 8) mengemukakan bahwa penjasorkes merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
7 Menurut Lutan (dalam Balitbang, 2010: 10) pembelajaran penjasorkes dikatakan berhasil apabila: a) Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak, b) Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif, c) Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas dan d) Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Menurut Yoda, dkk (2011 : 346) bahwa pembelajaran penjasorkes hendaknya dirancang dalam suatu proses pembelajaran yang produktif, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, karena pembelajaran penjasorkes yang benar akan mampu meningkatkan berbagai kecerdasan secara holistik, yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial dan emosional, dan kecerdasan kinestetik. Jadi, berdasarkan beberapa teori yang terdapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah upaya untuk membelajarkan siswa yang didukung dengan peran guru dalam mengatur strategi pembelajaran, serta memahami segenap aspek pribadi anak didik dengan lebih mengacu pada perkembangan jasmani dan kesehatan dengan memanfaatkan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai serta pembiasaan pola hidup sehat. Setelah itu, memperhatikan tingkat keberhasilan siswa dengan berdasarkan beberapa acuan, serta rancangan proses pembelajaran yang produktif,
8 aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, karena pembelajaran penjasorkes yang benar akan mampu meningkatkan berbagai kecerdasan secara holistik. 2.1.2 Hakikat Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah upaya untuk mengimplementasikan komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan menggunakan strategi pembelajaran serta sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu Menurut Dharma (2008 : 5) bahwa metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Salamah (2006 : 17) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Devi (2010 : 3) bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau metode pembelajaran dapat dikatakan sebagai cara menyajikan isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu. Devi (2010 : 3) juga mengemukakan bahwa beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
9 diantaranya : (a) ceramah; (b) demonstrasi; (c) eksperimen; (d) diskusi; (e) bermain peran; (f) simulasi; dan (g) bermain peran. a) Metode ceramah, metode dimana guru lebih banyak memberikan informasi pada siswa, sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. b) Metode demonstrasi, metode yang digunakan untuk membelajarkan siswa dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. c) Metode eksperimen, kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. d) Metode diskusi, situasi diantara siswa, siwa dengan guru terjadi tukar menukar informasi, idea atau pendapat untuk memecahkan suatu masalah. e) Metode bermain, metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata kedalam suatu pertunjukan peran didalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian. f) Metode simulasi, bentuk metode praktek yang sifatnya mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). g) Metode permainan, untuk membangun suasana belajar yang dinamis, pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta penuh semangat, dan antusiasme.
10 Dharma (2008 : 44) juga mengemukakan bahwa metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah upaya untuk mengimplementasikan komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan menggunakan strategi pembelajaran serta sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.3 Hakikat Metode Pembelajaran Demonstrasi Metode pembelajaran demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara menceritakan dan memperagakan kepada siswa melalui demonstrasi proses dan hasil, serta memiliki metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri, sebagai metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, dan juga sebagai pemberian contoh dari seseorang, baik guru atau orang lain, kepada anak. Menurut Devi (2010 : 8) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan siswa dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada siswa. Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibagi menjadi dua :
11 a) Demonstrasi proses yaitu metode yang mengajak siswa memahami langkah demi langkah suatu proses. b) Demonstrasi hasil yaitu metode untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Devi (2010 : 8) juga menambahkan bahwa setelah mengikuti demonstrasi, siswa akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Menurut Dharma (2008 : 16) bahwa demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Rohendri, dkk (2010 : 16) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode ini digunakan agar siswa menjadi lebih paham terhadap materi yang
12 dijelaskan karena menggunakan alat peraga dan menggunakan media visualisasi yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami. Saputra (2010 :41-42) mengemukakan bahwa demonstrasi diartikan sebagai pemberian contoh dari seseorang, baik guru atau orang lain, kepada anak. Secara umum, demonstrasi melibatkan satu orang yang mendemonstrasikan kepada orang lain, mengenai bagaimana sesuatu itu bekerja atau bagaimana tugas itu dikerjakan, kapan orang mendemonstrasikan sesuatu pada guru menggunakan metode demonstrasi, biasanya untuk mendemontrasikan instruksi pada anak-anak umum ada tiga tahap penggunaan model demonstrasi, yaitu: a) Menghasilkan atensi anak b) Menunjukkan sesuatu pada anak c) Meminta anak untuk merespon apa yang dilihatnya dengan lisan atau perbuatan. Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara menceritakan dan memperagakan kepada siswa melalui demonstrasi proses dan hasil, serta memiliki metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri, sebagai metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, dan juga sebagai pemberian contoh dari seseorang, baik guru atau orang lain, kepada anak.
13 2.1.4 Hakikat Karate Karate yaitu ilmu pengetahuan tentang beladiri dengan tangan kosong serta kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang, yang terdiri atas dua kanji : pertama adalah Kara artinya Kosong, dan kedua adalah Te yang artinya Tangan, dan olahraga beladiri yang memegang teguh sifat kesatriaan yang dikembangkan melalui pelatihan fisik, pelatihan teknik-teknik dasar karate serta mental atau disiplin, dan juga memiliki aliran yang keras yang menggunakan teknik-teknik fisik seperti pukulan, tendangan, tangkisan dan elakan dengan kuda-kuda yang kokoh. Menurut Sujoto dalam Tamunu (2011 : 157) bahwa karate merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang beladiri dengan tangan kosong atau tanpa senjata. Namun demikian karate jengan hanya dipandang suatu keterampilan teknik pertarungan semata, karena pada hakikatnya karate memiliki makna jauh melebihi sekedar teknik membela diri. Karate adalah suatu cara menjalankan kehidupan yang tujuannya adalah memberi kemungkinan bagi seseorang agar mampu menyadari daya potensi dirinya, baik secara fisik maupun yang berhubungan dengan segi mental dan spiritual. Kalau karate mengabaikan sisi spiritual, maka sisi fisik menjadi kurang bermakna. Menurut Rudianto (2010 : 2) Bahwa kata karate merupakan kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang, terdiri atas dua kanji : pertama adalah Kara artinya Kosong, dan kedua adalah Te yang artinya Tangan. Bila dua kanji Jepang tersebut digabung artinya Tangan Kosong. Di tambahkan sufiks (akhiran) do (baca : doe), berarti cara. Jadi, Karate-Do merupakan aplikasi dari Karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri.
14 Menurut Forki (2005 : 5) bahwa karate diciptakan sebagai suatu olahraga beladiri yang memegang teguh sifat kesatriaan sehingga terbentuk manusia yang mampu dan berani dalam menghadapi tantangan hidup serta secara alamiah menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat yang berbudaya dan beradab. Menurut Tumbal (2011 : 40) bahwa karate dapat diartikan sebagai seni beladiri dengan tangan kosong. Karate adalah falsafah hidup yang berkembang melalui Pelatihan fisik, pelatihan teknik-teknik dasar karate serta mental atau disiplin. Pelatihan fisik karate akan mencakup peningkatan system kardiovaskuler, kekuatan, kecepatan, daya tahan otot, koordinasi gerakan dan mental, oleh karena itu dalam usaha mencapai prestasi pada cabang olahraga karate, factor kondisi fisik, teknik dan mental perlu untuk dilatih secara sistematis. Gunawan (2007 : 16) menyatakan bahwa karate merupakan beladiri beraliran keras yang menggunakan teknik-teknik fisik seperti pukulan, tendangan, tangkisan dan elakan dengan kuda-kuda yang kokoh. Berdasarkan teori diatas, maka kesimpulan dari karate yaitu ilmu pengetahuan tentang beladiri dengan tangan kosong serta kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang, yang terdiri atas dua kanji : pertama adalah Kara artinya Kosong, dan kedua adalah Te yang artinya Tangan, dan olahraga beladiri yang memegang teguh sifat kesatriaan yang dikembangkan melalui pelatihan fisik, pelatihan teknik-teknik dasar karate serta mental atau disiplin, dan juga memiliki aliran yang keras yang menggunakan teknik-teknik fisik seperti pukulan, tendangan, tangkisan dan elakan dengan kuda-kuda yang kokoh.
15 2.1.5 Keterampilan Dasar Dalam Karate Keterampilan dasar dalam karate merupakan teknik dasar yang harus menggunakan bahasa Jepang, contohnya untuk penyebutan kuda-kuda Dachi, pukulan Tsuki, tangkisan/elakan Uke, dan tendangan geri, dan untuk menyempurnakan teknik dasar karate disarankan harus memiliki penentu kime. Menurut Forki (2005 : 10) menyatakan bahwa teknik-teknik karate dalam penyebutan dan penamaannya akan didominasi oleh penggunaan bahasa Jepang dan secara praktek disarankan untuk digunakan sebagai istilah dan penyebutan dalam melakukan latihan (lampiran : istilah-istilah). Penyebutan istilah gerakan ini digunakan secara umum pada masing-masing aliran karate diseluruh dunia serta secara mutlak digunakan dalam peraturan pertandingan. Ompi (2010 : 49) menyatakan bahwa Teknik dasar olahraga karate secara garis besar terdiri dari: a) Kuda-kuda (Dachi) terbagi dalam 4 bagian atas yaitu: 1) Heiko Dachi : Kuda-kuda dalam sikap pararel. 2) Kiba Dachi : Kuda-kuda posisi sudut berat badan di tengah tengah. 3) Zenkutsu Dachi : Kuda-kuda posisi sudut berat badan ke depan. 4) Khokutsu Dachi : Kuda-kuda posisi sudut berat badan ke belakang. b) Tangkisan (uke) terbagi atas 5 besar yaitu: 1) Gedan Barai : Tangkisan dengan tangan sebagai sapuan bagian bawah tubuh. 2) Age Uke : Tangkisan dengan tangan untuk melindungi bagian kepala.
16 3) Ude Uke : Tangkisan tangandari luar untuk melindungi badan bagian depan. 4) Uchi Uke : Tangkisan tangandalam menuju luar untuk melindungi badan bagian depan. 5) Shuto Uke : Tangkisan tangan pedang. c) Pukulan (Tsuki) istilah umumnya adalah teknik yang dilakukan ke depan. Ini terbagi atas 2 bagian: 1) Jodan Tsuki : Pukulan dengan sasaran kepala. 2) Chudan Tsuki : Pukulan dengan sasaran badan bagian tengah. Adapun bentuk-bentuk pukulan / tinjuan yang lainnya merupakan pengembangan dan variasi gerakan yang kesemuanya sasaran dan manfaat masing masing. d) Tendangan (Geri) dibagai atas 5 bagian: 1) Mae Geri : Tendangan congkel ke depan. 2) Keange Geri :Tendangan mengangkat ke depan dengan menggunakan sisi kaki bagian luar. 3) Kekomi Geri : Tendangan menyodok ke depan dengan menggunakan sisi kaki atau tumit. 4) Ushiro Geri : Tendangan menyodok ke belakang dengan menggunakan sisi kaki atau tumit. 5) Mawashi Geri : Tendangan busur atau memutar dengan menggunakan punggung kaki.
17 Menurut Rudianto (2010 : 103) bahwa teknik dasar karate umumnya meliputi : tsuki (pukulan), geri (tendangan), uke (tangkisan), uchi (hentakan), uchi (sentakan), dan lain-lain. Hakikat penyempurnaan penggunaan teknik dasar karate harus memiliki kime (penentu). Ada beberapa langkah penting yang diinginkan sebelum dimulainya karate dan ini adalah: a) Pemanasan : berlarian, melompat, push up, sit-up dll, apa pun setidaknya selama 10 menit. b) Peregang latihan : peregangan terutama peregangan kaki sangat penting untuk mencegah cedera dan harus selama minimal 15 menit. c) Meditasi : langkah yang sangat penting, tidak ada batas waktu tetapi melakukannya selama minimal 5 menit atau lebih; membersihkan pikiran dari pikiran tentang pekerjaan, apa pun sekolah, keluarga dan memfokuskan energi semua di karate. Cobalah teknik pernapasan untuk bersantai; menghirup melalui hidung dan keluar melalui mulut. Maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan dasar dalam karate merupakan teknik dasar yang harus menggunakan bahasa Jepang, contohnya untuk penyebutan kuda-kuda Dachi, pukulan Tsuki, tangkisan/elakan Uke, dan tendangan geri, dan untuk menyempurnakan teknik dasar karate disarankan harus memiliki penentu kime.
18 2.1.6 Keterampilan Dasar Tendangan Kikome Tendangan kekomi merupakan kesamping dengan disertai tolakan dari tolakan kemudian melakukan tendangan dengan arah ke lutut, paha dan ulu hati lawan. Menurut Forki (2005 : 28) bahwa tendangan kikome geri adalah tendangan yang dilakukan dari dalam secara lurus dan disodokkan kedepan dengan tumit kaki menjadi ujung tombak kekuatan. Tendangan dilakukan dengan tumit sebagai tumpuan kekuatan. Teknik ini mempunyai objek sasaran perut, paha hingga lutut. Menurut Rudianto (2010 : 107) bahwa mae geri kekomi adalah tendangan lurus kedepan arah ulu hati dengan cocoran. Mukholid (2007 : 56) menyatakan bahwa cara melakukan kekomi adalah sebagai berikut : tungkai kaki diangkat, sehingga posisi lutut terangkat tinggi didekat dada, luruskan kaki secepatnya. Sodoklah kedepan bagian bawah dari tulang punggung memanfaatkan tenaga pinggul. Dapat dilaksanakan dengan condong atau miring kebawah. Sasaran ditujukan ke arah ulu hati, pangkal paha, paha, atau sekitar lutut. Perkenaan kaki yang digunakan untuk menendang adalah menggunakan bagian ujung depan telapak kaki atau tumit (bagian belakang telapak kaki). Gambar 1. Tendangan Kikome (Mukholid, (2007 : 56))
19 2.1.7 Pembelajaran Karate di Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan Materi pelajaran karate diajarkan mulai dari teknik dasar, menuju teknik yang lebih sulit. Untuk mempermudah siswa mempelajari keterampilan karate maka harus ada yang mendemonstrasikan teknik tersebut secara jelas. Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang konduksif. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Menurut Balitbang (2008 : 10) dalam proses pembelajaran gerak, selain aspek gerak (psikomotor), aspek pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif) siswa merupakan dua aspek yang boleh dilupakan oleh guru penjasorkes. Melalui suatu gerakan siswa dituntun untuk mengetahui cara melakukan gerakan tersebut, mengetahui kebermanfaatan gerakan tersebut dan juga mampu menunjukkan perilaku-perilaku positif selama pembelajaran (kerjasama, disiplin, mau berbagi tempat dan alat, jujur dan lainnya) yang diharapkan mampu jua diwujudkan siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi belajar melalui gerak lebih menekankan pada keterpaduan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan gerak (psikomotor). Maka untuk pembelajaran karate haruslah memperhatikan kesiapan serta keaktifan, baik mental maupun fisik, begitu pula guru, harus selalu aktif dan kreatif dalam melangsungkan pembelajaran, serta penguasaan keterampilan dasar karate, serta menerapkan perilaku positif selama pembelajaran berlangsung.
20 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian terdeahulu yang berhubungan dengan penelitian ini : a. Wahyu Jayadi (2012) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kekuatan Tungkai, Keseimbangan Statis Dan Kemampuan Split Terhadap Kecepatan Tendangan Kekomi Pada Siswa SMA Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros menyatakan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti Ro = 0,507 (P = 0,000 < α 0,05) (2) Ada hubungan yang signifikan keseimbangan statis dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti Ro = 0,893 (P = 0,000 < α 0,05) (3) Ada hubungan yang signifikan kemampuan split dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti Ro = 0,832 (P = 0,000 < α 0,05); dan (4) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan tungkai, keseimbangan statis dan kemampuan split dengan kecepatan tendangan kekomi, terbukti Ro = 0,952 (P = 0,000 < α 0,05) b. Ummu Amalia (2009) dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Penggunaan Metode Demonstrasi Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Man Wlingi Blitar menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan metode demonstrasi dengan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran fiqih. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rumus product moment diperoleh sebesar r = 0,558 jika
21 dikonsultasikan dengan harga tabel taraf signifikansi 5 % untuk jumlah sampel 70 siswa adalah 0,558 sehingga rhitung > rtable (0,558 > 0,232) yang membuktikan bahwa H0 ditolak dan Ht diterima. c. Rubiyo (2011) dengan skripsinya yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI Pada Sub Kompetensi Perbaikan/Servis Sistem Kopling Di SMK Ma arif 1 Nanggulan menyatakan bahwa : (1) Terdapat peningkatan minat belajar siswa setelah diberikan metode demonstrasi, hal ini dibuktikan dengan nilai pretest maupun nilai posttest siswa pada kelas eksperimen memiliki nilai pretest rata-rata (mean) = 66,75, sedangkan nilai posttest memiliki rata-rata = 78,06 sedangkan untuk kelas kontrol memiliki nilai pretest rata-rata = 63,72, sedangkan nilai posttest memiliki rata-rata = 72,75. Perbandingan nilai rata-rata tersebut menunjukan bahwa terdapat peningkatan minat belajar kelas eksperimen. Hasil uji t untuk kelas eksperimen pada prestest maupun posttest didapatkan t-hitung sebesar = 3,918 dan kelas kontrol didapatkan t hitung sebesar 2,92. Harga t tabel sebesar 2.045. Harga t hitung lebih besar dari t tabel maka dapat dikatakan bahwa peningkatan minat belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada minat belajar kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan dengan metode demonstrasi. a. Terdapat perbedaan minat belajar antara kelas kontrol yang tidak menggunakan metode demostrasi dengan kelas eksperimen yang
22 menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis atau uji t untuk kelas eksperimen didapatkan T hitung 2,048 108 harga t tabel sebesar 1,699, karena harga t hitung lebih besar dari t tabel maka terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode demonstrasi terhadap minat belajar siswa kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan metode demonstrasi. Pengaruh penggunaan metode demontrasi terhadap minat belajar perbaikan/servis kopling dan komponenkomponennya dengan nilai rata-rata 78,06. 2.3 Kerangka Berpikir Factor yang paling utama dalam meningkatan keterampilan dasar tendangan kikome adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran dengan cara menceritakan atau menjelaskan dan memperagakan., Jika keterampilan dasar tendangan kikome dapat dilakukan secara baik dan benar, maka perlu adanya metode pembelajaran yang spesifik, yakni dengan metode pembelajaran demonstrasi. 2.4 Hipotesis Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diformulasikan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : Terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap keterampilan dasar tendangan kikome geri pada cabang olahraga karate siswa kelas X SMK Negeri 1 Paguyaman