BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menggunakan bahasa dalam dua bentuk, yaitu tulis dan lisan. Dalam kedua bentuk tersebut bahasa digunakan untuk melakukan beberapa hal sesuai dengan fungsinya. Menurut Keraf, bahasa memiliki empat fungsi, antara lain sebagai alat komunikasi, alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, sebagai alat sosial, dan sebagai sarana mengekspresikan diri (2007:3). Dari keempat fungsi tersebut, fungsi bahasa sebagai sarana berkomunikasi merupakan salah satu fungsi yang paling riil dan dapat dijumpai sehari-hari di masyarakat. Melalui komunikasi dengan menggunakan bahasa, manusia dapat mengutarakan gagasan dan menyampaikan maksud yang dapat berupa, ajakan, perintah, larangan, saran, nasihat, dan sebagainya. Selain itu, sebagai sarana berkomunikasi secara umum, bahasa juga memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu bidang atau kegiatan tertentu, salah satunya dalam kegiatan outbound. Outbound merupakan sebuah kegiatan atau pelatihan yang umum dilakukan di luar ruangan dan menyatu dengan alam. Selain sebagai sebuah kegiatan pelatihan, kegiatan outbound juga sering digunakan sebagai konsep dari berbagai acara seperti, pelatihan, reuni, kumpul keluarga (family gathering), penyembuhan trauma (trauma healing), rekreasi, dan sebagainya. 1
2 Kegiatan outbound umumnya berisikan berbagai aktivitas seperti permainan, diskusi, simulasi, dan petualangan. Melalui aktivitas-aktivitas tersebut, seorang trainer (sebutan untuk pemandu kegiatan outbound) akan menyampaikan materi pelatihan kepada peserta. Berbagai materi pelatihan yang disampaikan antara lain kepemimpinan, kerja sama, kepercayaan diri, dan sebagainya. Model penyampaian materi tersebut akan disesuaikan dengan tujuan dari pelaksanaan outbound itu sendiri. Umumnya, suatu instansi atau kelompok mengadakan suatu kegiatan outbound bertujuan untuk meningkatkan daya produktivitas anggota instansi atau kelompok tersebut. Melalui penyampaian materi-materi tersebut, pada akhirnya peserta diharapkan dapat memperbaiki potensi pribadi dan potensi dalam suatu hubungan sosial. Dalam hal ini bahasa berperan penting dalam kegiatan outbound. Bahasa menjadi media atau sarana bagi trainer untuk menyampaikan materi sekaligus memberikan arahan atau instruksi untuk melakukan berbagai aktivitas seperti permainan, memimpin diskusi, memberikan simulasi, memberikan tantangan, dan sebagainya. Kegiatan outbound memiliki segmentasi peserta yang terbilang luas dari segi usia dan dari berbagai segi lain seperti, latar belakang pendidikan, pekerjaan, instansi, dan sebagainya. Dari segi usia, outbound dapat diadakan dengan peserta mulai dari anak-anak usia sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hingga usia dewasa dengan berbagai latar belakang profesi mulai dari pelajar hingga berbagai pekerjaan, seperti tenaga medis, pegawai bank, pengajar, dan sebagainya. Peserta yang beraneka ragam tersebut pada akhirnya juga
berpengaruh terhadap penggunaan bahasa seorang trainer dalam setiap kegiatan outbound. 3 Penggunaan bahasa yang demikian beragam dan bergantung pada konteks tersebut menjadi menarik untuk diteliti dari sudut pandang pragmatik. Menurut Parker (dalam Wijana, 1996:1) pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi. Menurut Wijana pragmatik merupakan studi kebahasaan yang melibatkan konteks (1996:9). Kedua definisi tersebut membuat pragmatik menjadi cocok untuk digunakan sebagai pendekatan dalam melakukan penelitian mengenai penggunaan bahasa dalam kegiatan outbound, yang penggunaan bahasanya sangat terikat pada berbagai konteks seperti tema kegiatan, latar belakang peserta, waktu, tempat, dan sebagainya. Dalam pendekatan pragmatik, analisis mengenai penggunaan bahasa yang sesuai dengan fungsi praktisnya seperti untuk memerintah, menasihati, menyampaikan gagasan, memuji, dan sebagainya tersebut, terdapat dalam bab tindak tutur. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009:11) pada saat seseorang mengatakan sesuatu, pada dasarnya seseorang tersebut juga sedang melakukan sesuatu. Seperti saat seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta maaf, pronounce menyatakan, maka sebenarnya yang bersangkutan tidak hanya sedang mengucapkan, melainkan juga sedang melakukan tindakan berjanji, meminta maaf, dan memberikan pernyataan. Terdapat banyak bentuk tindak tutur yang digunakan seorang trainer untuk menyampaikan materi atau arahan atau instruksi, misalnya dengan
menggunakan bentuk subtindak tutur memerintah, menasihati, memuji, menjelaskan, dan sebagainya, misalnya pada contoh berikut ini. 4 (1) Konteks Tuturan : Tuturan terjadi saat Trainer Danu dari PT Jendela Nusantara membuka acara outbound dengan peserta outbound dari Taman Kanak-kanak Sahabat, Sragen.Agenda atau acara yang pertama adalah sarapan bersama.danu memandu adik-adik dengan membuat urutan mengambil snack dan minuman agar tidak berebut.danu membuat urutan berdasarkan kerapian duduk. Oleh karena itu, Danu memerintahkan kepada peserta untuk duduk dengan rapi secaratidak langsung. Bentuk Tuturan : Danu : Sekarang kakak mau panggil meja yang duduknya paling rapi. Peserta : (merapikan posisi duduk) Danu : Siapa yang paling rapi? Yang di sini. Peserta : Hore! (39/JN/TKSHBT/Drktf/15 Mei 2016) Contoh data (1) termasuk ke dalam tuturan direktif memerintah yang dituturkan oleh trainer outbound bernama Danu kepada peserta outbound dari TK Sahabat Sragen. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif memerintah karena di dalam tuturan tersebut terkandung maksud penutur untuk memerintah mitra tutur atau peserta outbound untuk melakukan suatu tindakan. Pada tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual, tuturan tersebut dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur memerintah melalui konteks yang meliputi tuturan tersebut. Melalui tuturan, Sekarang kakak mau panggil meja yang duduknya paling rapi. Penutur memberikan perintah secara tidak langsung kepada mitra tutur. Penutur secara tidak langsung memerintahkan peserta untuk merapikan posisi duduknya. Penggunaan tindak tutur dalam suatu bentuk interaksi percakapan sering kali menimbulkan permasalahan yang juga menarik untuk diteliti. Menurut
5 Wijana permasalahan yang terdapat dalam suatu tuturan yang berbentuk interaksi atau percakapan tidak terbatas pada permasalahan secara tekstual saja, sering kali muncul permasalahan yang bersifat interpersonal antara penutur dan lawan tutur. Permasalahan intrapersonal tersebut dapat dianalisis melalui prinsip kesantunan (Wijana, 1996:55). Demikian pula dengan penggunaan bahasa trainer outbound dalam memandu peserta yang juga menarik untuk dianalisis dari segi kesantunan. Trainer sering kali mengalami permasalahan kesantunan berbahasa karena, dalam memandu kegiatan kebanyakan tuturan trainer merupakan perintah-perintah atau instruksi-instruksi yang umumnya membebani peserta, seperti pada data berikut. (2) Konteks Tuturan : Trainer Erik mengajak ketua dan seorang anggota kelompok di masing-masing kelompok untuk turun ke arena permainan untuk diberikan penjelasan yang lebih detail mengenai permainan yang akan dilakukan. Bentuk Tuturan : Erik : Selamat datang di permainan keempat. Tadi berarti permainan pertama flying water, yang kedua tombak,yang ketiga magic stick, ya Pak? Berarti ini pertandingan yang keempat, yang terakhir. Ini saya minta ketua kelompok dan satu anggota yang lain ikut turun untuk saya jelaskan permainannya secara detail. Mangga yang siap ikut saya ke bawah. Peserta : (Beberapa peserta mengikuti Trainer Erik turun ke bawah) (234/ANV/PTPN 9/KS/Krfn/19 Agustus 2016) Contoh data (2) menunjukkan pada bentuk tindak tutur direktif tersebut terdapat adanya penerapan prinsip kesantunan. Tuturan yang mengandung penerapan prinsip kesantunan tersebut dituturkan oleh trainer Erik kepada peserta outbound karyawan PTPN 9. Penerapan prinsip kesantunan pada tuturan tersebut ditunjukkan pada bagian yang bercetak tebal. Mangga yang siap ikut saya ke bawah. Pada bagian tersebut, trainer selaku pengendali kegiatan mengajak
6 perwakilan peserta untuk mengikuti trainer. Sebagai sosok yang memiliki otoritas, trainer atau penutur dapat saja menggunakan tindak tutur direktif memerintah. Namun, penutur menghindari hal tersebut dengan mempertimbangkan aspek kesantunan, sehingga penutur menggunakan bentuk subtindak tutur mengajak yang terkesan lebih santun dibandingkan bentuk subtindak tutur memerintah. Aspek kesantunan yang lain juga ditunjukkan penutur melalui penggunaan kata Mangga. Berdasarkan ulasan-ulasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait penggunaan bahasa seorang trainer dalam memandu kegiatan outbound. Penelitian tersebut akan difokuskan pada tindak tutur yang digunakan trainer dalam memandu kegiatan, berikut dengan penerapan dan pelanggaran prinsip kesantunan di dalamnya. Oleh karena itu, berdasarkan alasan-alasan tersebut, peneliti akan memberi judul penelitian ini Tindak Tutur dan Prinsip Kesantunan Trainer Outbound Kota Surakarta: Suatu Kajian Pragmatik. B. Pembatasan Masalah Dari latar belakang di atas diperoleh permasalahan mengenai penggunaan bahasa di kalangan trainer outbound kota Surakarta yang masih terbilang luas. Namun, peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan waktu dan kemampuan dalam pengerjaan penelitian ini, sehingga peneliti perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.selain itu, pembatasan masalah tersebut diperlukan agar penelitian berjalan lebih terarah dan dapat sesuai dengan tujuan dari penelitian.oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian
pada tindak tutur dan prinsip kesantunan trainer outbound, dan akan dikaji dengan tinjauan pragmatik. 7 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah jenis tindak tutur trainer outbound kota Surakarta? 2. Bagaimanakah penerapan prinsip kesantunan trainer outbound kota Surakarta? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur traineroutboundkota Surakarta. 2. Mendeskripsikan penerapan prinsip kesantunan traineroutboundkota Surakarta. E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus mampu memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis.manfaat teoretis merupakan temuan penelitian yang pada akhirnya dapat menjadi sumbangan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu.manfaat teoretis yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
8 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk bidang studi linguistik, khususnya pragmatik. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori-teori mengenai tindak tutur, dan kesantunan. Manfaat praktis adalah temuan penelitian yang dapat memberikan sumbangan pemecahan masalah bagi objek yang diteliti, peneliti, lembaga, dan masyarakat luas.manfaat praktis yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan atau referensi bagi trainer-traineroutboundpemula. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pengajaran dan pembelajaran bahasa, khususnya dalam bidang pragmatik khususnya mengenai tindak tutur dan kesantunan. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan masyarakat luas yang ingin mencontoh atau belajar mengenai cara penyampaian motivasi yang dilakukan olehtrainer-traineroutbounddi Surakarta. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian masalah dalam suatu penelitian dan agar cara kerja penelitian lebih terarah, runtut, dan jelas. Penelitian yang sistematis akan membantu pembaca dalam memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam lima bab. Kelima bab tersebut sebagai berikut.
9 Bab satu merupakan pendahuluan. Bab satu terdiri atas latar belakang masalah,pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab dua merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir.bab dua terdiri atas tinjauan studi terdahulu, landasan teori, dan kerangka pikir.adapun landasan teori dalam penelitian ini meliputi sejumlah teori yang berkaitan erat dengan penelitian ini.teori-teori tersebut antara lain, pengertian pragmatik, aspek-aspek situasi tutur, tindak tutur, tindak tutur langsung dan tidak langsung, tindak tutur literal dan tidak literal, prinsip kesantunan, pengertian dan sejarah singkat outbound, dan pengertian trainer. Bab tiga merupakan metode penelitian.bab tiga terdiri atas jenis penelitian dan pendekatan, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, teknik klasifikasi data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data. Bab empat merupakan inti dari penelitian yaitu analisis data.analisis data pada penelitian ini berisi pembahasan terhadap data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian. Analisis data dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan pada bab satu. Bab lima merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran yang relevan dengan penelitian ini.