BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahasa pengantar tetapi juga sebagai mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Seiring zaman yang selalu berkembang dan dunia pendidikan yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagaimana dinyatakan pada pasal 1 Undang-Undang No. 20/2003. tentang Sistem pendidikan Nasional, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu mata pelajaran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita)

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. Fiqih merupakah ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa: 2

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. jawab. 3 Penyampaian pelajaran pada peserta didik di sekolah akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman serta dapat berbuat sesuatu dengan apa yang telah dipelajarinya.

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa, seperti yang telah tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang. Allah dalam Al-Qur an pada surah Al-Mujadalah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan Tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation character

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian dan definisi Pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 Dalam undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional juga menjelaskan bahwa : pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara 2 1 Fuad Ihsan, Dasr-dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.15. 2 Dinas Pendidikan Nasional uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. (Bandung: fokus media,2003), h.3. 1

2 Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana sekolah, kualifikasi guru, perbaikan kurikulum dan peningkatan standar kelulusan bagi setiap siswa yang akan menamatkan pendidikannya di setiap jenjang pendidikan. Perbaikan mutu pendidikan bertujuan untuk meningkatkan persentase kelulusan peserta didik dan hasil belajar, salah satu hasil belajar yang perlu ditingkatkan yaitu hasil belajar Fiqih. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi: Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa betapa pentingnya memiliki ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan, Allah akan meninggikan derajat manusia dan dengan ilmu pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Begitu besarnya pengaruh dunia pendidikan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran.

3 Pembelajaran adalah proses yang dinamis, berkembang secara terus menerus sesuai dengan pengalaman siswa. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan siswa maka akan semakin kaya dan sempurna pengetahuan mereka. Dalam proses belajar siswa sangat diperlukan adanya suatu aktivitas. Sebab tanpa aktivitas, belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya keaktifan siswa merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar Fiqih dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti kurangnya minat dan motivasi mereka untuk belajar Fiqih. Di samping itu, kurangnya keaktifan belajar siswa juga bisa disebabkan oleh faktor guru sendiri, seperti cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik dan membosankan. Itulah sebabnya sangat diperlukan berbagai upaya dari guru untuk mengembangkan keaktifan belajar siswa. Khusus pembelajaran Fiqih pembelajarannya tidak hanya sebatas pengetahuan dan Pemahaman saja, tetapi dituntut pula untuk mengamalkan bahkan sebagian materi wajib untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka aktivitas belajar siswa sangat penting dalam interaksi belajar mengajar tidak hanya dengan metode ceramah saja, tetapi disesuaikan dengan materi dan kebutuhan untuk pencapaian tujuan. kurangnya sarana dan prasarana juga membuat siswa merasa kesulitan dalam belajar, guru cenderung menggunakan metode pembelajaran satu arah dan kurangnya kreativitas guru dalam mengembangkan model atau strategi pembelajaran serta rendahnya motivasi yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan aktivitas siswa.

4 Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan penting yang turut mendukung upaya peningkatan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk meningkatkan dan mengembangkan diri baik ilmu pengetahuan, keterampilan, maupun kesiapan mentalnya, dan juga guru harus mengelola proses pembelajaran yang memungkinkan keterlibatan siswa secara optimal, serta mampu mempergunakan berbagai metode atau strategi mengajar yang membuat anak termotivasi untuk meningkatkan aktivitasnya dalam kegiatan belajar. 3 Kurangnya aktivitas siswa dalam belajar salah satunya disebabkan oleh Strategi mengajar yang diterapkan pendidik yang hanya menggunakan Metode ekspositori yang biasa digunakan adalah metode ceramah, latihan soal, dan pemberian tugas. Pendidik lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran cendrung satu arah. Artinya pendidik lebih aktif daripada peserta didik dan pembelajaran pun bersifat monoton sehingga peserta didik jenuh dan memberikan respon yang kurang baik terhadap pembelajaran Fiqih. Cara- cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik dalam aktivitas belajar siswa agar optimal pada pembelajaran fiqih. Salah satu cara dengan menerapkan dan mengkombinasikan berbagai model, Strategi ataupun pendekatan pembelajaran. Ke-7. h.80. 3 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet.

5 Suasana kelas perlu dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lainnya. 4 Proses pembelajaran membutuhkan strategi yang tepat. Kesalahan menggunakan strategi, dapat menghambat tujuan pendidikan yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cendrung berpusat pada pendidik, dan klasikal. Alquran sebagai sumber hukum Islam juga telah memerintahkan untuk memilih metode dan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran, seperti yang tedapat dalam surah An-Nahl ayat 125 yang berbunyi : Ayat di atas membicarakan tentang metode dan strategi pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu harus menggunakan metode dan strategi yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar. Strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai dan berguna. Guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran sedemikian 4 Johnson & Johnson (1989) dikutip dari Anita Lie, cooperatif Learning, (Jakarta : PT Gramedia, 2002), h..7.

6 rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran pembelajaran yang dimaksud. Strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif. 5 Tujuan pembelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah pada kelas VI tidak terlepas dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang mengacu pada standar kompetensi sesuai dengan tujuan dan fungsi pembelajaran fikih. Yang mepelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaanya dalam kehidupannya sehari-hari, serta fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Berdasarkan observasi sementara penulis dengan Guru Fiqih kelas VI MIN Manarap Baru bahwa sudah melaksanakan pembelajaran menggunakan beberapa strategi yang bervariasi salah satunya strategi scramble pada strategi ini guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan guru memberikan Lembar kerja berupa kartu soal dan kartu jawaban yang diacak kalimatnya. Guru menentukan waktu kerja dalam kelompok,. dan menekankan pada pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan bantuan teman-temannya sesama siswa agar menjadi aktif belajar, namun masih belum sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Ada beberapa aspek yang belum dilaksanakan secara optimal seperti tidak menyampaikan 5 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.229-231

7 tujuan pembelajaran, belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, alokasi waktu tidak sesuai dengan yang direncanakan, beberapa siswa tidak ikut serta dalam pelaksanaan pembelajaran, dan tidak memberikan PR sebagai pengayaan siswa dirumah. Penggunaan media dalam pembelajaran yang guru gunakan berupa kartu soal dan kartu jawaban, yang sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa. Membuat beberapa siswa mencontek jawaban kepada temannya dan suasana kelompok menjadi ramai. Dengan demikian strategi scramble membantu guru dalam pembelajaran kelompok yang membutuhkan aktivitas serta kerja sama siswa dalam kelompok, Strategi ini memberikan sedikit sentuhan permainan dengan harapan dapat menarik perhatian siswa. Maka untuk melihat lebih jauh serta mengetahui secara mendalam seperti apa aktivitas belajar siswa pada pembelajaran fiqih dengan strategi scramble di MIN Manarap Baru Kecamatan Kertak Hanyar Kabupten Banjar. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian lebih jauh dan lebih mendalam yang akan tersusun dalam sebuah skripsi dengan judul Penggunaan Strategi Scramble Pada Pembelajaran Fiqih di MIN Manarap Baru Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar

8 B. Rumusan Masalah Berdasarrkan dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan maslah dalam penelitian dituangkan dalam bentuk pertanyaan dasar sebagai berikut: 1. Bagaimana Penggunaan strategi Scramble pada Pembelajaran Fiqih di MIN Manarap Baru? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Penggunaan strategi Scramble pada pembelajaran fiqih di MIN Manarap Baru? C. Definisi operasional Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan dan batasan istilah judul penelitian, yaitu : 1. Penggunaan Penggunaan. Kata dasar dari penggunaan adalah guna yang artinya faedah, manfaat, atau fungsi. Sedangkan penggunaan adalah proses, cara, berbuatan menggunakan sesuatu atau pemakaian. 6 Yang dimaksud pengunaan dalam tulisan ini adalah penggunaan strategi scramble oleh guru dengan pembelajaran fiqih. 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 42.

9 2. Strategi Scramble Istilah scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. 7 Strategi scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. 8 3. Pembelajaran Fiqih Pembelajaran fiqih artinya proses yang diselenggarakan oleh guru mata pelajaran fikih untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. 9 Pembelajaran dalam bahasa inggris disebut Learning yaitu suatu kegiatan untuk memperolehpengetahuan atau pemahaman atau keterampilan melalui studi, pengajaran dan pengalaman. 10 D. Alasan Memilih Judul Beberapa alasan yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang judul tersebut diatas adalah sebagai berikut: 7 Jhonny Andress, Kamus Lengkap Ingris-Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, ), h.245. 8 Imas Kurniasih & Berlin Sani, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Kata Pena, 2015), h.99 9 Dimyanti dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h.157. 10 Komaruddin. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiyah, (Jakarta: Bumu Aksara, 2000) h.179.

10 1. Penulis ingin mengetahui lebih mendalam bagaimana aktivitas-aktivitas siswa pada pembelajaran fiqih dengan strategi scramble di MIN Manarap Baru Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar. 2. Pada penjajakan awal saya penulis ternyata guru pembelajaran fiqih menggunakan beberapa strategi yang bervariasi salah satunya strategi scramble yang membuat terjadinya beberapa aktivitas siswa dalam belajar. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Fiqih dengan strategi scramble. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana Aktivitas siswa pada pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi scramble. 2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa pada pembelajaran fiqih dengan strategi scramble.

11 F. Signifikasi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan secara teoritis maupun praktis terhadap pengetahuan dan pengalaman hidup dalam khasanah ilmu pengetahuan yang menunjang proses pendidikan nasional 1. Kegunaan teoretis a. Memberikan wawasan kepada pelaku pendidikan dalam mengoptimalkan aktivitas belajar siswa melalui strategi scramble. b. Menambah kontribusi wacana dan menambah khasanah keilmuan di bidang pendidikan agama, khususnya Fiqih. 2. Aspek praktis a. Menjadi rujukan bagi pengajar dalam mempraktekkan pembelajaran Scramble dalam pendidikan khususnya dalam pembelajaran Fiqih. b. Sebagai salah satu solusi alternatif bagi penyelenggaraan pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Fiqih. G. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran dari penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

12 BAB I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, definisi operasional tujuan penelitian,, alasan memilih judul, signifikasi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II adalah landasan teori yang dijadikan bahan referensi dalam menganalisis data yang berisi tentang pengertian strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran, Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, kriteria pemilihan strategi pembelajaran, strategi pembelajaran scramble, pengertian pembelajaran fiqih, dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa.. BAB III adalah metode penelitian yang berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, desain (metode) penelitian, subjek dan objek penelitan, data dan sumber data dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data, dan prosedur penelitian. BAB IV merupakan hasil penelitian yang berisi gambaran umum lokasi penelitian, dan penyajian data. BAB V memuat simpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran-saran.