PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PUSKESMAS JURANGOMBO KOTA MAGELANG BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

Kerangka Acuan Kerja ( KAK )Kegiatan survailance epidemiologi kesehatan. Puskesmas Kijang Tahun Anggaran : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN. PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No.1 Telp (0511) Banjarmasin

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

MAKALAH INDIV ADMINISTRASI PUSKESMAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PERCEPATAN PENCAPAIAN SASARAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT 2017

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini, telah

BAB II DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA BINJAI

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI JUMLAH PENDAPATAN , ,00 ( ,00) 93,85

Oleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

DAFTAR BUKU PEDOMAN PENYELENGGARAAN UKM PUSKESMS

PERKESMAS 2. RUANG LINGKUP 3. URAIAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 1997 SERI D NO. 13

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA KOTAMOBAGU DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS GOGAGOMAN. Jl. Inpres, Kelurahan Gogagoman, Kecamatan Kotamobagu Barat 95716

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

B. Tujuan Untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA

OLEH: Ismoyowati DISAMPAIKAN PADA SIMPOSIUM DALAM MUKERNAS KE-12 IAKMI PONTIANAK-10 JULI 2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DONGI Alamat : Jl. Lattabe No 4 Dongi, Kec. Pitu Riawa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

Transkripsi:

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PUSKESMAS JURANGOMBO KOTA MAGELANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes mellitus, kecelakaan dan sebagainya. Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan sektor serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional dan internasional. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) merupakan suatu program kesehatan yang menangani penyakit menular dan tidak menular yang ada di lingkungan kerja Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Puskesmas. Hingga saat ini penyakit menular dan tidak menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka kesakitan dari penyakit menular dari tahun ke tahun dan berubahnya pola penyakit

tidak menular yang sekarang berkembang telah menunjukkan terjadinya kecenderungan masalah kesehatan yang biasa disebut transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan kematian yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi penyakit infeksi yang tetap menjadi masalah kesehatan, bergeser kepada penyakit non infeksi atau penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan baru. Faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit menular dan tidak menular adalah dikarenakan berubahnya pola hidup dari masyarakat dan berubahnya pola penyakit. Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit demam berdarah, penyakit kusta dan lain sebagainya. Sistem Surveilans tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan No.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute

respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan. Penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap penyakit-penyakit tersebut diatas disusun dalam pedoman surveilans epidemiologi, khusus masing-masing penyakit dan pedoman surveilans epidemiologi secara rutin dan terpadu. Untuk menyelenggarakan surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular secara rutin terpadu maka disusun Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu yang selanjutnya disebut sebagai Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Sementara pedoman surveilans khusus masing-masing penyakit disusun dalam pedoman terpisah dengan Keputusan Menteri Kesehatan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum a) Memberi arah bagi para petugas kesehatan pemegang program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dalam penatalaksanaan kasus penyakit menular dan penyakit tidak menular yang merupakan masalah utama di lingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Puskesmas sebagai unit kerja kesehatan dasar. b) Terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular di lingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Puskesmas sebagai unit kerja kesehatan dasar. 2. Tujuan Khusus a) Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular di lingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Puskesmas sebagai unit kerja kesehatan dasar. b) Mengidentifikasi faktor resiko dan penyakit tidak menular tertentu pada masyarakat. c) Melakukan intervensi dengan metode tanya jawab kepada masyarakat tentang paparan faktor resiko penyakit tidak menular.

d) Mendapatkan model bentuk intervensi yang efektif untuk menurunkan faktor resiko penyakit tidak menular pada msayarakat. e) Mendapatkan data dasar penyakit menular dan penyakit tidak menular. f) Mengevaluasi sistem pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular. C. Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup pelayanan yang diatur dalam pedoman ini meliputi penatalaksanaan penyakit menular dan tidak menular. 1. Penyusunan Perencanaan 2. Tatalaksana Penderita 3. Pengelolaan Logistik 4. Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular 5. Peran Serta Masyarakat 6. Surveilans Epidemiologi 7. Kegiatan Pelatihanistik untuk pelaksanaan kegiatan 8. Pendekatan Komunikasi, Informasi dan Evaluasi 9. Kerja Sama Lintas Program/Sektor 10. Pemantauan 11. Evaluasi Program D. Batasan Operasional Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) merupakan suatu program yang menangani penyakit menular dan tidak menular. 1. Penyakit Menular Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan hidup. Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu: a) Penyakit menular potensial mewabah Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit menular berikut:

1. Diare 2. Demam berdarah dengue 3. Malaria (di daerah endemik tinggi) 4. Filaria (di daerah endemik tinggi) b) Penyakit menular endemik tinggi Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut: 1. Tuberkulosis paru 2. Lepra (Morbus Hansen) 3. Patek (Framboesia) 4. Anjing gila (Rabies) 5. Antraks c) Penyakit menular penting lain Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut: 1. Penyakit menular seksual 2. Sifilis (Raja Singa) 3. Gonorhoe (kencing nanah) 4. HIV/ AIDS d) Penyakit menular lain 1. Hepatitis-B 2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu: a) Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak langsung (benda-benda bekas dipakai pasien). b) Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar. c) Penularan melalui vector. d) Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, dan tato. 2. Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular ialah penyakit yang bersifat kronik,menahun,berlangsung lama atau bisa juga mendadak,disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat

dicegah apabila faktor resikonya dikendalikan. Sehingga perawatan pasien penyakit tidak menular mencerminkan kegagalan dari pengelolaan program penanggulangan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular merupakan penyakit non infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme namun tidak berarti tidak ada peran mikroorganisme dalam terjadinya penyakit tidak menular. Penanggulangan penyakit tidak menular merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan mandiri oleh petugas, masyarakat dan individu yang bersangkutan. Penyakit-penyakit tidak menular meliputi : a) Hipertensi (Penyakit Darah Tinggi) b) Penyakit Jantung Koroner c) Diabetes Melitus (Penyakit Kencing Manis) d) Kanker e) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) f) Osteoporosis g) Penyakit Asam Urat h) Asma i) Stroke j) Obesitas (Kegemukan) k) Batu Ginjal E. Landasan Hukum 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS). 3. Global Strategy for The Prevention and Control of Non Communicable Disease (WHA 53 tahun 2000). 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 468/Menkes-Kesos/SK/V/2001, tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. 5. Sistem Kesehatan Nasional, tahun 2003. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1116/Menkes/SK/VIII/2003, tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1479/Menkes/SK/X/2003, tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular. 9. Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (Departemen Kesehatan Republik Indonesia). 10. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 47 tahun 2006 tentang Sistem Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Semua karyawan di lingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) mulai dari Kepala Puskesmas, Penanggungjawab Program, Penanggungjawab Logistik dan seluruh karyawan. Penanggungjawab Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) merupakan koordinator dalam penyelenggaraan program di Puskesmas Jurangombo Kota Magelang. Dalam upaya pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) perlu melibatkan sektor terkait yaitu : 1. Kecamatan 2. Kelurahan 3. Polsek dan Koramil 4. Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat 5. PKK 6. Kader Posyandu 7. Sekolah

8. Sektor lainnya yang terkait dengan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) B. Distribusi Ketenagaan Pengaturan dan penjadwalan kegiatan dikoordinir oleh Penanggungjawab Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) sesuai dengan kesepakatan. C. Jadwal Kegiatan Jadwal pelaksanaan kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) disepakati dan disusun bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektoral yang diadakan minimal 3 (tiga) bulan sekali. BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang Koordinasi pelaksanaan kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dilakukan oleh penanggungjawab program yang menempati B. Standar Fasilitas

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN A. Penyusunan Perencanaan Pada tahapan penyusunan perencanaan meliputi : 1. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) 2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) 3. Penyusunan Plan of Action (POA) dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

4. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal yang memuat : a. Target yang akan dicapai b. Cakupan penderita B. Tatalaksana Penderita Penatalaksanaan penderita yang dilakukan pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terbagi mejadi 2 (dua) yaitu penatalaksanaan dalam upaya penanganan penyakit tidak menular dan penyakit menular. 1. Penyakit Tidak Menular Melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM) yang mengacu pada buku Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat (POSBINDU PTM) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010. 2. Penyakit Menular Penatalaksanaan penderita pada penyakit menular disesuaikan dengan Bukubuku pedoman tentang penyakit menular yang disusun oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan dijabarkan melalui Standar Pelayanan Operasional yang telah disusun untuk setiap penyakit yang digolongkan pada penyakit menular. C. Pengelolaan Logistik 1. Tujuan a. Melakukan penyimpanan dan distribusi obat dan perlatan yang diperlukan b. Mengatur persediaan (stock) sehingga tidak mengalami kekosongan stock c. Memantau penyimpanan, distribusi dan persediaan obat dan peralatan di lapangan 2. Kebijaksanaan dan Koordinasi Hasil pertemuan lintas program dan sektor menghasilkan koordinasi dan kesepakatan serta pengertian-pengertian yang luas terhadap pengelolaan suplai obat dan peralatan.

D. Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular Pencegahan penyakit yang dilakukan pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terbagi mejadi 2 (dua) yaitu pencegahan dalam upaya penanganan penyakit tidak menular dan penyakit menular. 1. Penyakit Tidak Menular Melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM) yang mengacu pada buku Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat (POSBINDU PTM) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010. 2. Penyakit Menular a. Pengendalian Filariasis b. Pengendalian kecacingan c. Pengendalian infeksi dengue/dbd d. Pengendalian malaria e. Pengendalian zoonosis f. Pengendalian HIV/AIDS g. Pengendalian infeksi menular seksual h. Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi i. Pengendalian infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) j. Pengendalian diare E. Peran Serta Masyarakat Dalam upaya pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) perlu melibatkan sektor terkait yaitu : 1. Kecamatan 2. Kelurahan 3. Polsek dan Koramil 4. Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat 5. PKK 6. Kader Posyandu 7. Sekolah

8. Sektor lainnya yang terkait dengan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Contoh pada ISPA : : Garis Koordinasi : Rujukan F. Surveilans Epidemiologi Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit demam berdarah, penyakit kusta dan lain sebagainya. Sistem Surveilans tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan No.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan. Penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap penyakit-penyakit tersebut diatas disusun dalam pedoman surveilans epidemiologi, khusus masing-masing penyakit dan pedoman surveilans epidemiologi secara rutin dan terpadu. Untuk menyelenggarakan surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular secara rutin terpadu maka disusun Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu yang selanjutnya disebut sebagai Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Sementara pedoman surveilans khusus masing-masing penyakit disusun dalam pedoman terpisah dengan Keputusan Menteri Kesehatan. G. Kegiatan Pelatihan untuk pelaksanaan kegiatan Kegiatan Pelatihan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dilakukan kepada penanggungjawab Program Pencegahan den Pengendalian Penyakit (P2P) sesuai dengan rekomendasi dari Kepala Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, setelah itu penanggungjawab program melakukan koordinasi lintas program/sektor memberikan arahan kepada petugas yang melaksanakan dan juga memberikan sosialisasi kepada kader posyandu dan lintas sektor.

H. Pendekatan Komunikasi, Informasi dan Evaluasi 1. Tujuan Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sehingga program pencegahan dan pengendalian penyakit dapat terlaksana. 2. Strategi a. Melaksanakan pendekatan kepada para pengambil keputusan sesuai dengan tingkat administratif pelaksanan program,baik lintas program maupun sektor guna mendukung program pencegahan dan pengendalian penyakit. b. Melaksanakan upaya untuk mengembangkan norma hidup sehat di masyarakat untuk mendapatkan social support dalam komunikasi pencegahan dan pengendalian penyakit. c. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat dalam melaksanakan tatalaksana penderita dan pencegahan. 3. Langkah Kegiatan a. Pendekatan Pimpinan/Pengambil Keputusan 1) Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para pengambil keputusan 2) Menentukan sasaran (pimpinan lintas program, pimpinan lintas sektor, penyandang/sumber dana) 3) Menentukan perilaku yang diharapkan 4) Menentukan pesan 5) Menentukan metoda dan teknis 6) Menentukan media b. Dukungan Suasana (Social Support) Rangkaian kegiatan hampir sama dengan advocacy, tetapi kelompok sasaran lebih ke tingkat teknis operasional berjenjang, antara lain kader, Tim Penggerak PKK, tokoh masyarakat. c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

1) Sasaran utama KIE adalah masyarakat 2) Metoda dan teknik selain disesuaikan dengan segmen pasar, diupayakan berlangsung dinamis, msalnya tatap muka, simulasi, demonstrasi, penyuluhan kelompok. I. Kerja Sama Lintas Program/Sektor Kerja sama lintas program/sektoral (LP/LS) adalah salah satu kegiatan bentuk program yang perlu dibina dan dikembangkan. Melalui kerjasama LP/LS diharapkan pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian oenyakit akan dapat dukungan baik politis maupun operasional dari institusi lain sesuai dengan porsi masing-masing. J. Pemantauan 1. Tujuan a. Melihat kinerja petugas kesehatan dan memberikan bimbingan dalam pengelolaan program pencegahan dan pengendalian penyakit di wilayah kerja masing-masing. b. Memberikan umpan balik atau alternatif pemecahan masalah yang ditemukan pada saat pemantauan. 2. Kegiatan Pemantauan Pemantauan adalah kegiatan mengamati secara berkesinambungan atas penampilan kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit di semua jenjang di wilayah kerja masing-masing. K. Evaluasi Program 1. Tujuan Mengetahui hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, masalah yang ada dan merencanakan kegiatan pada tahun depan. 2. Beberapa cara melakukan evaluasi a. Evaluasi berdasarkan data rutin b. Evaluasi berdasarkan hasil pemantaun supervisi

c. Evaluasi berdasarkan survey khusus. BAB V PENYEDIAAN LOGISTIK Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit direncanakan dalam mini lokakarya puskesmas sesuai dengan tahapan dan metoda yang akan dilaksanakan.

BAB VI KESELAMATAN SASARAN Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VII KESELAMATAN KERJA Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan terhadap resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU Kinerja pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut : 1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan 2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3. Ketepatan metode yang digunakan 4. Tercapainya indikator, target, dan cakupan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Permasalahn yang timbul dibahas pada pertemuan lokakarya mini setiap 1 (satu) bulan, Pada pertemuan Lintas Sektoral setiap 3 (tiga) bulan serta forum - forum diskusi yang ada di masyarakat.

BAB IX PENUTUP Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.