BAB I PENDAHULUAN. pada proses pembinaan keperibadian perserta didik secara menyeluruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Pasal 3 Tahun tentang tujuan pendidikan nasional yaitu;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku perserta didik agar menjadi manusia dewasa yang hidup mandiri. Pendidikan tidak hanya mencakup intelektual saja, akan tetapi di tekankan pada proses pembinaan keperibadian perserta didik secara menyeluruh sehingga perserta didik menjadi dewasa. Pendidikan merupakan suatu yang sangat penting untuk membekali siswa untuk menghadapi masa depan. Hal ini sesuai dengan harapan dapat menciptkan atau mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003 pasal 3 Pendidikan Nasional bertujuan: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka menderdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam konsep ini akan menghasilkan manusia yang sempurna, yakni terbinanya seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang baik jasmani, intelektual, emosional, sosial, agama, dan sebagainya. Dengan demikian ia dapat mengembangkan tugas hidupnya dengan baik dan penuh dengan tanggung jawab agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik.

2 Pendidikan adalah hal penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat di pandang terhormat, memiliki karir yang baik serta bertingkah sesuai norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, internasional, dan kreatif dimana siswa mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian diri, dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna dimasyarakat. Pengertian pendidikan menurut undang-undang SISDIKNAS no. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu: pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya perserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, keterampilan dalam masyarakat, kekuatan spritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Menurut Gagne (1984) belajar merupakan kegiatan yang kompleks kemudian didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Nelajar juga diartikan sebagai seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengelolahan informasi, menjadi kapasitas baru. Tugas pendidikan saat ini adalah mempersiapkan orang untuk menghadapi tantangan hidup dengan penuh semangat juang. Paradigma lama dalam dunia pendidikan mengenai proses pembelajran bersumber dalam teori (Asumsi) tabula rasa Johb Locke yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan gurunya (Lie 2004:2).

3 Paradigma lama ini kosong tidak sesuai lagi apabila diterapkan pada kegiatan pembelajaran saat ini. Pendidik pelu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pikiran yakni pengetahuan di temukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, siswa membangun pengetahuan secara aktif, dan pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan sisiwa, serta pendidikan adalah pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan perserta didik (Lie, 2004 : 5) Pokok pikiran yang dikemukakan oleh Lie tersebut tidak dapat terjawab dalam kegiatan pembelajaran apabila masih dapat terwujud dalam kegiatan pembelajaran apabila masih menepatkan siswa sebagai objek belajar membuat kegiatan pembelajaran menjadi kegiatan yang membosankan karena pembelajaran berlangsung searah yaitu dari guru kepada siswa. Kegiatan belajar mengajar yang menepatkan siswa sebagai objek belajar harus diubah dengan menjadikan siswa sebagai subjek belajar harus diaplikasikan pada semua mata pelajaran yang diajarkan disekolah, termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kegiatan pendidikan berupa proses pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya masih menggunakan model Teacher centre (berpusat pada guru), menurut Nana sudrajat (1996 : 7), pembelajaran model Teacher centre ini, siswa dianggap menjadi objek, bukan sebagai subjek. siswa hanya menerima (pasif) apa yang diberikan kepada guru, sebaliknya peranan guru sangat dominan. Jika berpusat pada guru, gurulah yang

4 menguasai dan mendominasi proses pembelajaran. Biasanya pembelajaran model ini di pakai metode ceramah. Dalam hal ini umumnya siswa pasif dan hanya sebagai pendengar. Apa yang didengar sukar untuk diingat dalam waktu yang lama, seperti pepatah orang bijak, saya lupa apa yang saya dengar, saya ingat apa yang saya lihat, saya paham apa yang saya kerjakan. Dengan sumber daya manusia yang rendah dalam pendidikan, sehingga menghasilkan proses pembelajaran pun rendah, tidak bisa dipungkiri lagi masi banyak sekolah-sekolah yang tidak memenuhi karakteristik dalam proses pembelajarannya, siswa yang aktif mengakibatkan pembelajaran yang menoton, dan proses pembelajaran itu membuat siswa jenuh dan tidak bersemangat dalam belajar, yang terjadi siswa hanya asik sendiri dengan dunia nya di kelas tanpa memperhatikan gurunya yang sedang melakukan proses pembelajaran, sedangkan pristiwa macam ini motivasi belajar siswa menrun karena ketidak nyamanan belajar di kelas, prestasi yang akan di hasilkannya pun masi rendah bahkan dibawa rata-rata. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas dasar realitas dan penomena sosial, namun saat ini IPS lebih dikenal sebagai mata pelajaran hapalan yang dianggap kurang penting dan cenderung membosankan. Padatnya materi pembelajaran IPS turut menyambung permasalahan siswa dalam pembelajaran IPS. Kondisi diatas ditambah lagi dengan kebijakan pemerintahan yang tidak mengikut sertakan pembelajaran

5 IPS pada salah satu pembelajaran yang di UN-kan untuk tingkat SD dan SMP, kebijakan lainnya dari pemerintah sepertinya kurang mendurung mata pelajaran IPS adalah siswa lulusan SMA program IPA bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ambil jurusan IPS, sedangkan siswa SMA program IPS tidak bisa mengambil jurusan IPA. Dari beberapa kondisi diatas ada kecenderungan sebagai perserta didik mulai dari tingkat SD menganggap bahwa pembelajaran IPS sebagai mata pelajaran kurang penting. Sebagai siswa berpendapat tidak perlu dipelajari tersendiri, namun dnegan belajar mata pelajaran eksak mata nilai IPS akan secara otomatis mengikutinya. Faktor lainnya merupakan masalah dalam proses pembelajaran IPS adalah dalam penyampaian materi pelajaran, guru masih terkait pada buku paket, penggunaan media yang belum optimal, belum maksimalnya lingkungan sekolah di gunakan sebagai sumber sarana pelajaran dan kurangnya penguasaan serta pemahaman metodelogi pembelajaran. Seperti yang di ungkapkan Udin S. Winataputra (2002), bahwa : pengajaran Ips di sekolah cenderung menitik beratkan pada penguasaan hapalan, proses pembelajaran yang berpusat pada guru, terjadi banyak miskonsepsi, situasi kesal yang membosankan siswa, ketidak lebih unggulan guru dari sumber yang lain,ketidak mutahiran sumber belajar yang ada, sistem ujian yang sentralistik, pencapaian tujuan kognitif yang Mengulit Bawang. Rendahnya rasa percaya diri siswa, guru yang tidak tangguh dan prasangka

6 buruk dari masyarakat terhadap kedududakan dan peran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pembangunan masyarakat. Dari penjelasan di atas, menyadarkan kita bahwa kondisi-kondisi tersebutlah yang merupakan penyebab pendidikan kita tertinggal dari negara-negara lain termasuk oleh negara-negara tetangga. Akhirnya dampak kurang baik yang sering kita saksikan dari alami adalah rendahnyaaktivitas, minat, dan motivasi belajar siswa yang berkaitan pada rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa, dalam hal ini terutama dalam pelajaran IPS yang lebih banyak materinya berupa halaman. Dengan demikian salah satu proses pembelajaran dewasa ini adalah mencari strategi atau model pembelajaran yang inovatif dan realitis yang memungkinkan bagi peningkatan kreatifitas siswa dan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya dan meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi peningkat hasil belajar siswa. Pada proses pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kratif, dan menyenangkan (PAIKEM) dapat dilakukan dengan berbagai cara, dewasa ini sedang dan terus dikembangkan berbagai jenis model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan pelajaran. Model pembelajaran sangat berguna bagi guru dalam menentukan apa yang harus dilakukannya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pendidik dan siswa dan antra siswa dengan siswa lainnya. Untuk mencapai

7 tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Ada banyak metode pembelajaran yang tepat bisa diterapkan untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara siswa lainnya dan siswa dengan guru. Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahui nya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagaian ditemukan sendiri. Penggunaan model Discovery learning dalam proses belajar mengajar, memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Sementara itu, Sani (2013 : 220) mengatakan bahwa, Discovery learning adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Berdasarkan pada kenyataan dilapangan, khususnya di kelas IV SDN Kebun Baru 2 Kota Cirebon, diketahui bahwa hasil tes pada mata pelajaran IPS masih rendah yaitu hanya pencapai rata-rata 60,00 atau belum mencapai standar yang diharapkan berdasarkan nilai KKM yaitu 65,00, kiranya berbagai inovasi perlu dikembangkan dan dilaksanakan, salah satunya dengan menggunakan model Discovery Learning. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan ini sangat penting untuk dikaji dan diteliti oleh saya, karena itu saya akan melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pemmbelajaran IPS Materi Ajar Perkembangan Teknologi komunikasi dan transportasi di kelas IV SDN Kebun Baru 2 Kota Cirebon.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran IPS di kelas membosankan karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan hanya merujuk pada buku paket. 2. Motivasi siswa dikelas relatif menurun, karena pembelajaran yang kurang aktif dan Pembelajaran kuarang optimal karena pembelajaran yang menoton sehingga membuat siswa mengantuk dan hasil belajarpun menjadi menurun. 3. Model yang digunakan kurang menarik, pembelajaran jadi tidak aktif sehingga motivasi dan hasil belajar menjadi rendah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut di atas diajukan rumusan masalah sebagai berikut, tepatkah model Discovery Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kebun Baru 2 pada mata pelajaran IPS materi ajar tentang perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi semester 2. Yang dijabarkan sebagai berikut : 1. Bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pelajaran IPS meteri ajar perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi di kelas IV SDN

9 Kebun Baru 2 tahun ajaran 2015-2016 akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar? 2. Bagaimana menerapkan model discovery learning untuk dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar perserta didik dalam pembelajaran IPS pokok bahasan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi di kelas IV SDN Kebun Baru 2 JL. Veteran No. 28 Kota Cirebon? 3. Tepatkah dengan menggunakan model Discovery Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka permasalahan akan di fokuskan pada motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata Pelajaran IPS pokok bahasan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi, salah satunya disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang masih kurang menarik dan pembelajaran yang monoton. Untuk mengatasinya akan di cobakan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning (DL). E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pelajaran IPS meteri

10 ajar perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi di kelas IV SDN Kebun Baru 2 tahun ajaran 2015-2016. 2. Untuk mengetahui tentang penerapan model discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS pokok bahasan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi di kelas IV SDN Kebun Baru 2 JL. Veteran No. 28 Kota Cirebon. 3. Untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model Discovery Learning pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi di kelas IV SDN Kebun Baru 2 tahun ajaran 2015-2016. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Agar penerapan model discovery learning meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS pokok bahasan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi di kelas IV SDN Kebun Baru 2 JL. Veteran No. 28 Kota Cirebon. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Memberikan masukan bagi guru bahwa pembelajaran IPS pokok bahasan bahasan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi dengan menggunakan model discovery learning sangat

11 membantu siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa. b. Bagi Perserta Didik Para perserta didik dapat merasakan betapa besar pengaruh pembelajaran ini untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa untuk meningkat motivasi dan prestasi belajar siswa. c. Bagi Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model Discovery Learning dapat di gunakan dalam peningkatan motivasi dan presentasi belajar siswa. Dengan demikian kualitas sekolah dapat meningkat, jadi kualitas dalam pendidikan pun dapat meningkat. G. Definisi Operasional Untuk menjelaskan istilah-istilah dalam penelitian, diperlukan adanya batasan-batasan istilah tersebut. Penulisan mendefinisikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut : 1. Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut

12 dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga untuk kemudian bertindak untuk melakukan sesuatu. Dalam A. M. Sardiman (2005:75) motivasi adalah belajar juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan yang tidak suka. Kesimpulan : bahwa motivasi belajar adalah suatu usaha atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita atau keinginan yang di impikan oleh setiap manusia. 2. Hasil belajar atau Prestasi belajar adalah kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan prestasi bisa dilihat dari perilakukanya dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun motoric (Sukmandinata, 2005). Hasil belajar siswa menurut Susanto (2014:5) adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegitan belajar. Karena belajar itu merupakan suatu proses dari seeorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilahu yang relatif mantap. Kesimpulan : hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh naka setelah melalui kegitan belajar dan nilai akhir yang maksimal yang diraih oleh para perserta didik selama dalam proses belajar di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 3. Discovery Learning adalah model pembelajran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum di ketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebgaian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk

13 membimbing siswa memperoleh pengetahuannya sendiri, sehingga terciptanya suasana belajar yang hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Guru memciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin memcoba, bersikap mandiri dan memotivasi siswa. Kesimpulan : Discovery Learning adalah motode pembelajran dengan cara siswa memperoleh pengetahuan seluruhnya ditemukan sendiri. 4. Menurut Edgar B. Wesley (1980), mengemukakan bahwa: Studi Sosial adalah Ilmu-ilmu Sosial yang disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah. Sedangkan menurut John Jarolimek (1967) menyatakan bahwa: Studi Sosial merupakan bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang materi pelajarannya terdiri dari ilmu-ilmu social seperti; Sejarah, Geografi, Ekonimi, Antropologi, Soiologi, Politik, Psykologis Sosial bahkan termasuk Ilmu Filsafat. Kesimpulan : Studi Sosial dapat pula dikatakan sebagai bagianbagian dari ilmu sosial yang diseleksi atau dipilih untuk tujuan pengajaran.