BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk memberikan kekebalan khususnya terhadap seseorang yang sehat,dengan tujuan utama untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. salah satunya penyakit campak yang sering kali menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007). Berbagai upaya akan dilakukan agar anak tumbuh sehat. Salah satunya dengan memberikan imunisasi atau vaksinasi sesuai jadwal. Program imunisasi bertujuan melindungi bayi sejak baru lahir hingga usia anak-anak dari berbagai serangan penyakit berbahaya. Vaksin yang diberikan dalam bentuk suntikan atau sirup yang merangsang tubuh untuk menghasilkan antibody yang berguna untuk melawan penyakit (Indriarti, 2007). Menurut kepmenkes RI No. 828, cakupan desa atau kelurahan Universal Child Immunization (UCI) merupakan desa atau kelurahan dimana 80 % dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun dengan target imunisasi 2010 mencapai 100 %. Untuk mempercepat eliminasi penyakit polio diseluruh dunia,who membuat rekomendasi untuk melakukan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Indonesia melakukan PIN dengan memberikan satu dosis polio pada bulan September 1995, 1996, dan 1997. Pada tahun 2002, PIN dilaksanakan kembali dengan menambahkan imunisasi campak di beberapa daerah. Setelah adanya 1
2 kejadian luar biasa (KLB) acute flaccid paralysis (AFP) pada tahun 2005. Dengan adanya PIN tersebut, frekuensi imunisasi polio bisa lebih dari seharusnya. Tetapi WHO menyatakan bahwa polio sebanyak tiga kali cukup memadai untuk imunisasi dasar polio. Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Tetapi kita masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014, yang berarti cakupan imunisasi di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia telah mencapai 80% atau lebih (www.depkes.go.id, 2011). Departemen kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak Program Imunisasi untuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak yang dicakup PPI untuk satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, empat kali imunisasi polio, satu kali imunisasi campak dan tiga kali imunisasi HepatitisB (Riskesdas, 2007). Untuk imunisasi campak variasi cakupan juga terjadi menurut provinsi, terendah di Banten (62,5%) dan tertinggi di DI Yogyakarta (99,2%). Bila cakupan imunisasi campak digunakan sebagai indicator imunisasi lengkap, secara keseluruhan Indonesia sudah mencapai Uiversal Child Immunization (UCI). Walaupun demikian, bila dilihat menurut provinsi masih terdapat 12 provinsi yang belum mencapai UCI (Riskesdas, 2007). Dapat dilihat secara keseluruhan, persentase imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi dan terrendah BCG (77,9%), campak (77,9%), polio (66,7%) dan
3 terendah DPT-HB3 (61,9%). Bila dilihat masing-masing imunisasi menurut provinsi, Papua mempunyai cakupan terendah untuk semua jenis imunisasi yang meliputi BCG (53,6%),campak (47,1%) dan polio (40,5%),sedangkan persentase DPT_HB3 terendah terdapat di Sulawesi Barat (35,7%). Provinsi di Yogyakarta mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk semua jenis imunisasi dasar yang meliputi BCG (100,0%), Campak (96,4%) dan polio (96,4%). Persentase imunisasi lengkap, semua jenis imunisasi dasar yang sudah didapatkan anak umur 12-23 bulan. Terlihat bahwa secara keseluruhan cakupan imunisasi lengkap sebesar 53,8% dan tidak lengkap sebesar 33,5%. Persentase imunisasi lengkap antar provinsi terdapat variasi yang besar, persentase imunisasi lengkap terendah di Papua (28,2%) dan tertinggi di Yogyakarta (91,1%) (Riskesdas, 2010). Tidak terdapat perbedaan cakupan tiap jenis imunisasi menurut jenis kelamin, tetapi perbedaan menurut daerah. Cakupan untuk tiap jenis imunisasi selalu lebih tinggi antara 7,2 13,7 % di daerah perkotaan di bandingkan daerah perdesaan. Makin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi tingkat pengeluaran per kapita perbulan, makin tinggi cakupan tiap jenis imunisasi.perbedaan cakupan imunisasi anak menurut pendidikan antara kepala keluarga yang tidak sekolah dan dengan pendidikan perguruan tinggi antara 17,1 25,4 % (Riskesdas, 2007). Imunisasi yang dianjurkan merupakan program imunisasi non-ppi, anjuran ini berdasarkan rekomendasi dari organisasi profesi kedokteran anakyakni Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis imunisasi ini merupakan pelengkap dari program imunisasi yang dianjurkan pemerintah bagi anak-anak Indonesia (Djamaludin,dkk, 2010).
4 Riesnawiati, (2005), dalam Indriarti, (2007) bayi dan anak-anak pada umumnya diberi imunisasi aktif karena imunisasi jenis itu mampu memberikan kekebalan lebih lama. Disisi lain, imunisasi pasif hanya diberikan dalam keadaan sangat mendesak, bila tubuh anak diduga belum memiliki kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman penyakit ganas seperti tetanus. Usahakan melakukan imunisasi untuk setiap anak. Setiap kunjungan kerumah sakit harus digunakan sebagai kesempatan untuk mencek dan memperbaharui status imunisasi anak. Jangan sampai status imunisasinya terabaikan. Dan harus dipikirkan dengan serius akibat-akibat bagi si anak dan komunitas (Darinawan, Juffrie, 2008). Puskesmas Helvetia dan puskesmas Padang Bulan merupakan unit pelaksanan teknis pusat pelayanan masyarakat (Puskesmas) penulis memperoleh data cakupan standart pelayanan minimal imunisasi dasar di puskesmas Helvetia dan di puskesmas Padang bulan. Sebaiknya pemberian imunisasi dasar bayi usia 1-2 tahun sudah lengkap. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Cakupan Program Imunisasi Dasar di Puskesmas Helvetia dan Puskesmas Padang Bulan Terhadap Standart Pelayanan Minimal 2012.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana hasil cakupan program imunisasi dasar terhadap standart pelayanan minimal imunisasi di Puskesmas Helvetia dan Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hasil cakupan program Imunisasi dasar terhadap Standart pelayanan minimal imunisasi di Puskesmas Helvetia dan di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2021. 2. Tujuan khusus a. Untuk Mengidentifikasi hasil pencapaian cakupan program imunisasi dasar terhadap Standart Pelayanan Minimal imunisasi di Puskesmas Helvetia Medan 2012. b. Untuk Mengidentifikasi hasil pencapaian cakupan program imunisasi dasar terhadap Standart Pelayanan Minimal imunisasi di Puskesmas Padang bulan Medan 2012. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi masyarakat dalam pemberian imunisasi anak.
6 2. Bagi Instansi Kesehatan. Sebagai bahan untuk penyuluhan dan Informasi dalam meningkatkan pelayanan khususnya tentang Imunisasi. 3. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan peneliti, sudah sejauh mana pencapaian target pemberian imunisasi.