BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a di bumi yang dipindahkan, diolah ke suatu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. jenis kontraknya, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V Hasil Pembahasan Kontraktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN LIMBAH KONSTRUKSI PEKERJAAN BETON PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TINGGI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Tugas Akhir M.Faiz Wirawan / Ferdia Chandra BAB I PENDAHULUAN

Bab II STUDI PUSTAKA. Menurut Galvilan dan Bernold (Galvilan et al., 1994) penggunaan material dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K)

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

IDENTIFIKASI MATERIAL WASTE PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Ruko San Diego Pakuwon City Surabaya)

BAB 1 PENDAHULUAN. Crane konstruksi pertama kali diciptakan oleh orang Yunani kuno dan didukung

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasarnya pekerjaan finishing ing adalah pekerjaan akhir dari sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka akan memuat teori dan hasil penelitian penelitian

BAB IV Analisis Data

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. hingga akhir pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini berguna untuk mengetahui

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

BAB III STUDI LITERATUR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB II STUDI PUSTAKA

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB, USAHA MINIMALISASI DAN PROGRAM PERHITUNGAN SISA MATERIAL DINDING

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.10 Oktober 2016 ( ) ISSN:

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

EBOOK PROPERTI POPULER

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai

PROPORSI KOMPONEN BIAYA HARGA BAHAN, UPAH DAN ALAT PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. optimal dalam hal kinerja, mutu dan waktu, serta keslamatan kerja.

PEMBUATAN BATU BATA DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MACAM SAMPAH. Oleh: Taufik Dwi Laksono

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Limbah Ervianto (2012) menjelaskan bahwa limbah dihasilkan dari berbagai aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan salah satunya dihasilkan pada sektor industri konstruksi. Tchobanoglous dkk (1993) mendefinisikan solid waste / limbah padat adalah semua limbah yang timbul dari aktivitas manusia dan hewan yang biasanya berbentuk padat yang dibuang sebagai hal yang tidak berguna atau tidak diinginkan. Pada masa awal kehidupan manusia, pembuangan dari limbah manusia dan lainnya tidak menjadi masalah yang signifikan karena populasi yang kecil dan lahan untuk pembuangan masih luas. Peningkatan masalah akibat pembuangan limbah meningkat drastis pada awal dari Revolusi Industri di Eropa. Sutrisna (2012) mendefinisikan limbah konstruksi sebagai perbedaan antara nilai dari material yang didatangkan dan digunakan secara tepat dengan material yang dialihkan ke tempat lain akibat kerusakan, pemesanan berlebih, dan permasalahan seperti perubahan desain. Limbah tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: material, tenaga kerja, dan peralatan. Material yang menjadi limbah konstruksi umumnya adalah material yang tidak dapat diperbaharui atau didaur ulang. Sedangkan menurut Napier (2008), limbah konstruksi didefinisikan sebagai limbah yang dihasilkan akibat aktivitas konstruksi, seperti : material yang 6

rusak atau tercecer, material konstruksi sementara, bahan kemasan material, dan limbah yang dihasilkan akibat kesalahan pekerja. 2.2. Manajemen Limbah Menurut Hwang dan Yeo (2011), manajemen limbah meliputi : pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, perawatan, pemulihan dan pembuangan limbah. Didefinisikan sebagai pendekatan sistem yang komprehensif, terintegrasi, dan rasional terhadap pencapaian dan pemeliharaan kualitas lingkungan yang dapat diterima dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Manajemen limbah sebagai sarana untuk mengendalikan biaya pembuangan, serta memfasilitasi metode alternatif lain seperti daur ulang dan penggunaan kembali untuk mengurangi jumlah limbah. Perencanaan manajemen limbah didefinisikan sebagai dokumen strategi yang disusun untuk mencapai tujuan pengelolaan dan pencegahan limbah, menambahkan pembatasan dampak lingkungan dari limbah terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Ada lima langkah utama dalam manajemen limbah, yaitu: reduce / mengurangi, reuse / penggunaan kembali, recycle / daur ulang, recover / memulihkan, dan disposal / pembuangan. Kelimanya merupakan strategi yang diterapkan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hwang dan Yeo (2011), penerapan manajemen limbah pada proyek konstruksi bermanfaat sebagai berikut: 1. Penghematan biaya dan maksimalkan keuntungan Pengurangan volume limbah, penggunaan kembali, dan daur ulang akan menghasilkan penghematan biaya. Pembelian material konstruksi yang tidak 7

diperlukan dapat disubstitusi dengan penggunaan kembali atau daur ulang sehingga tidak menimbulkan tambahan biaya. Semakin sedikit limbah yang dihasilkan dari proyek konstruksi akan mengurangi biaya pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA), sehingga berdampak pada pengurangan biaya proyek. Pada tahap perencanaan, jenis material yang akan digunakan juga harus diperiksa ketersediaannya di pasaran supaya tidak menghambat proses konstruksi dan menyebabkan pembengkakan biaya proyek. 2. Mengurangi permintaan akan tempat pembuangan Meminimalkan jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir membuat kebutuhan akan lahan pembuangan berkurang, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkuangan seperti suara berisik dan polusi akibat emisi dari insenerator. Manfaat ini perlu diperhatikan karena setiap harinya lahan yang digunakan untuk tempat pembuangan akan semakin berkurang. Daur ulang dan penggunaan kembali dapat dilakukan untuk mengurangi volume limbah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. 3. Peningkatan manajemen sumber daya Manajemen limbah melibatkan perencanaan dan kontrol akan sumber daya yang akan digunakan pada proyek dengan tujuan untuk mengkontrol jumlah limbah yang dihasilkan. Karena itu, kontrol sumber daya yang lebih baik akan dicapai dengan pengurangan limbah seperti halnya dengan peningkatan dari keseluruhan performa manajemen sumber daya. 8

4. Peningkatan citra perusahaan Mengimplementasikan manajemen limbah sebagai salah satu kebijakan perusahaan dapat meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan ramah lingkungan. Hal ini dapat meningkatkan minat klien terhadap perusahaan tersebut, sehingga perusahaan memiliki nilai tambah dan daya saing yang lebih baik. 5. Peningkatan produktivitas dan kualitas Produktivitas dapat ditingkatkan dengan menghindari delay / penundaan yang disebabkan akibat pemesanan / pembelian kembali material yang telah rusak, terbuang, dan terpakai. Pemilihan material yang berkualitas dan durabilitas yang baik akan mengurangi jumlah limbah yang diakibatkan oleh penggantian barang yang bermutu rendah. Selain itu, metode pengerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kesalahan pekerjaan yang menyebabkan diperlulkan adanya perbaikan. Napier (2008) menjelaskan bahwa kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan berbagai tindakan dan perencanaan untuk menekan jumlah limbah konstruksi. Berikut beberapa jenis tindakan yang dapat diterapkan: 1. Memahami dan memperhatikan fungsi dan nilai suatu material. Lebih baik menggunakan material yang dapat digunakan untuk beberapa pekerjaan dibandingkan dengan menggunakan beberapa material hanya untuk menyelesaikan satu pekerjaan. 2. Efisien. Jika sedikit material yang diperlukan, makin sedikit pula limbah yang dihasilkan. 9

3. Memahami standar dimensi dari material dan produk yang akan digunakan. Carilah material yang sesuai dengan desain yang digunakan, jika dimungkinan maka hal ini dapat mengurangi pekerjaan pemotongan yang dapat mengakibatkan limbah. 4. Jika mungkin, pilihlah sistem konstruksi yang tidak memerlukan bangunan atau dukungan sementara. 5. Jika mungkin, pilihlah material yang tidak bergantung pada bahan perekat. Kemasan bahan perekat menjadi salah satu limbah yang dihasilkan pada proyek konstruksi. Selain itu, bahan perekat juga menghambat proses daur ulang dari komponen tertentu. 6. Jika mungkin, kurangi kebutuhan untuk material finishing, pelapis, perekat, dan kemasan. 7. Jika mungkin, hindari pengunaan material yang sensitif akan kerusakan, mudah terkontaminasi, rentan terhadap cuaca dan lingkungan, mudah tercecer, dan material lain yang dapat meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan. Ling dan Nguyen (2013) menjelaskan bahwa strategi manajemen limbah dapat dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu: 1. Pengadaan Pemilihan barang dan jasa harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, bukan hanya memperhatikan harganya saja. Pemilihan peralatan yang lebih tahan lama dapat berkontribusi dalam mengurangi limbah yang terjadi. 10

2. Manajemen subkontraktor dan pekerja Memilih subkontraktor dan pekerja harus dengan tepat, jika perlu gunakan jasa subkontraktor dan tenaga kerja yang sudah memiliki catatan kerja yang baik. 3. Pelatihan dan pengawasan Pelatihan pada bidang pekerjaan tertentu dan pengawasan pada manajemen limbah penting dilakukan karena banyaknya pekerja yang masih belum berpengalaman. 4. Penanganan dan pengendalian material Limbah dari material konstruksi pada area proyek dapat diakibatkan karena rusak dan tercecer, terkontaminasi, kadaluarsa, kelebihan suplai, diluar spesifikasi, pencurian, dan perusakan. Penanganan dan pengendalian material yang baik akan meningkatkan kualitas material yang digunakan. 5. Komunikasi dan dokumentasi Komunikasi yang kurang baik dan kurangnya data dapat berdampak pada manajemen limbah. Kebingungan sering terjadi akibat pembuatan spesifikasi yang tidak lengkap dan dokumentasi kontrak yang tidak memadai dapat menyebabkan delay atau kesalahan dalam memesan material, dan selebihnya terjadi pemborosan di lapangan. Efektivitas dari manajemen limbah pada proyek konstruksi dapat dipastikan dengan: jumlah material yang dipakai dalam proyek, jumlah limbah yang dipakai kembali atau didaur ulang, performa dari material yang digunakan kembali atau 11

didaur ulang, seberapa dampak yang timbul akibat limbah yang dihasilkan, dan tingkat keberhasilan dari manajemen proyek. 2.3. Karakteristik Proyek Pada penelitian yang akan dilakukan, persepsi mengenai manfaat manajemen limbah konstruksi akan diteliti perbedaannya berdasarkan karakteristik proyeknya. Karakteristik proyek konstruksi diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: 1. Nilai Proyek Nilai proyek adalah jumlah nominal biaya yang dikeluarkan untuk membiayai suatu proyek dan dianggap berpengaruh terhadap manfaat manajemen limbah konstruksi. Pada penelitian ini, proyek konstruksi dikategorikan menjadi empat kategori berdasarkan total biaya proyek (dalam rupiah), yaitu: dibawah 10 milyar, 10 milyar s/d 100 milyar, 100 milyar s/d 1 triliun, dan diatas 1 triliun. 2. Jenis Proyek Pada penelitian ini, proyek dikelompokkan menjadi dua berdasarkan jenisnya yaitu: residensial dan komersial. Proyek perumahan dan hotel termasuk bangunan residensial, berfungsi sebagai tempat tinggal / hunian. Proyek komersial dapat berupa perkantoran, pusat perbelanjaan / mall, dan ruko. Proyek infrastruktur termasuk dalam salah satu jenis proyek, akan tetapi tidak dibahas pada penelitian ini. 12

3. Durasi Proyek Durasi proyek merupakan salah satu karakteristik proyek yang diteliti. Durasi proyek dibagi menjadi tiga kategori yaitu: dibawah 6 bulan, 6 bulan s/d 1 tahun, dan diatas 1 tahun. 4. Material Utama Proyek Baja dan beton adalah material utama yang sering digunakan pada proyek konstruksi. Baja dapat didaur berulang kali tanpa terjadi degradasi sifat atau kinerja dalam kualitas. Konstruksi baja juga menghasilkan limbah yang sangat sedikit. Lain halnya dengan baja, meskipun beton termasuk material yang dapat didaur ulang, terjadi kesulitan dalam memisahkan agregat penyusun beton untuk digunakan kembali dalam komponen beton struktural baru. 2.4. Klasifikasi Limbah Penggunakan material bangunan dapat menghasilkan berbagai jenis limbah. Limbah yang dihasilkan akibat proses konstruksi sangat beragam jenisnya, yaitu: kayu, beton, batu alam, agregat, puing, logam, plastik, kaca, gypsum, asbes, debu, keramik, cat, zat yang berbahaya (pelarut, zat kimia, material berbahan minyak tanah, limbah medis, dan material lain yang tercemar). Pada penelitian ini, diambil enam jenis utama material bangunan yaitu: beton, tulangan, bekisting, batu bata, keramik, dan cat untuk diteliti. Tabel 2.1 menjelaskan mengapa material bangunan dapat menjadi limbah / terbuang. 13

Tabel 2.1. Material Konstruksi dan Alasan Terjadinya Limbah Material Bagaimana limbah terjadi Alasan terjadi limbah Beton Baja Tulangan Kayu Bekisting Batu Bata Membeli / memesan terlalu banyak Kehilangan selama transportasi Terkikis / terbuang Pemotongan Pemotongan Pemotongan Rusak selama transportasi Jumlah yang diperlukan tidak diketahui secara tepat akibat perencanaan yang kurang baik Settlement beton akibat waktu perjalanan yang lama Metode yang kurang tepat saat pengecoran berlangsung Penggunaan yang tidak sesuai ukuran Penggunaan papan kayu yang tidak sesuai ukuran Penggunaan produk yang tidak sesuai ukuran Pembongkaran suplai Pemotongan Ukuran yang tidak sesuai Keramik Retak selama masa transportasi Kelalaian penanganan oleh suplier Membeli terlalu banyak Jumlah yang diperlukan tidak Cat diketahui secara tepat akibat perencanaan yang kurang baik Sumber : Assessing the Level of Material Wastage Affected by Subcontracting Relationships and Projects Types wih Their Correlations, Tam dkk (2007). 1. Beton Beton adalah material yang sering digunakan untuk struktur bangunan. Limbah beton dapat terjadi akibat kelebihan jumlah dari pemesanan beton ready mix ataupun pengadukan secara manual. Adanya kesalahan dalam penghitungan dari jumlah beton yang diperlukan dikarenakan perencanaan yang kurang matang atau karena akibat komunikasi yang kurang baik, sehingga menghasilkan kelebihan pemesanan / over ordering. Sebagian limbah juga terjadi akibat proses transportasi yang lama, menyebabkan 14

sebagian adukan beton mengendap. Bentuk cetakan / bekisting yang tidak tepat juga dapat menyebabkan pemborosan beton. 2. Baja Tulangan Untuk tulangan pada struktur beton, pada umumnya digunakan material berupa baja tulangan. Limbah baja tulangan dapat terjadi saat proses pemotongan. Kesalahan pemotongan dapat terjadi karena kesalahan tenaga kerja ataupun akibat perubahan desain. Kerusakan akibat karat dapat terjadi selama penyimpanan. 3. Kayu Bekisting Bekisting berupa papan kayu yang sering digunakan sebagai cetakan struktur beton. Penyebab utama terjadinya limbah dapat diakibatkan karena kesalahan pemotongan maupun rusak setelah digunakan. Papan kayu yang masih baik seharusnya dapat digunakan kembali akan rusak jika tidak hati hati saat proses pembongkarannya. 4. Batu Bata Batu bata adalah material yang umumnya digunakan untuk dinding. Penyebab utama terjadinya limbah yaitu saat proses pemotongan. Pada kasus pembongkaran muatan, kerusakan terjadi karena material mudah pecah / rapuh. Bata yang tidak digunakan akan terbuang begitu saja dan menyebabkan timbulnya limbah dalam jumlah yang signifikan. 5. Keramik Limbah keramik dapat terjadi karena kesalahan pemotongan dan ukuran yang tidak sesuai dengan desain, diakibatkan kurang baiknya koordinasi dan 15

komunikasi. Limbah juga terjadi akibat pecahnya keramik selama proses transportasi. 6. Cat Cat adalah bahan yang digunakan untuk melindungi dan memberi warna pada permukaan dinding, plafon, kusen, maupun besi. Limbah cat dapat disebabkan akibat kelebihan pembelian dan kesalahan pemesanan. Kesalahan lain dapat ditimbulan selama proses pekerjaan. 2.5. Jenis Kontrak antara Kontraktor Utama dengan Subkontraktor Jenis kontrak antara kontraktor utama dengan subkontraktor diteliti perbedaannya dalam hal volume limbah material yang dihasilkan. Kontrak dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: dikerjakan sendiri / tanpa subkontraktor, subkontraktor tenaga saja, dan subkontraktor tenaga & material. Tabel 2.2. Jenis Kontrak dengan Subkontraktor dan Hubungannya dengan Limbah yang Dihasilkan Jenis Kontrak Tanggung Jawab dalam Limbah yang Dihasilkan Dikerjakan Sendiri / Tanpa Subkontraktor Subkontraktor Tenaga Saja Subkontraktor Tenaga dan Material Kontraktor utama menyediakan tenaga kerja dan pembelian material. Kontraktor utama secara langsung mengontrol dan membayar untuk limbah yang terjadi. Kontraktor utama membeli material dan subkontraktor menyediakan tenaga kerja. Kontraktor utama membayar untuk limbah yang terjadi. Subkontraktor membeli material dan menyediakan tenaga kerja. Kontraktor utama secara tidak langsung membayar untuk limbah yang dihasilkan melalui harga yang lebih mahal dikarenakan menggunakan jasa subkontraktor. Sumber : Assessing the Level of Material Wastage Affected by Subcontracting Relationships and Projects Types wih Their Correlations, Tam dkk (2007). 16

Dari perbedaan ketiga jenis kontrak antara kontraktor utama dengan subkontraktornya, diharapkan ditemukan perbedaan yang signifikan dilihat dari jumlah volume limbah yang dihasilkan. Pada umumnya, proyek yang diawasi langsung dan dikerjakan tanpa subkontraktor menghasilkan limbah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan subkontraktor. Hal ini terjadi karena kontraktor utama belum tentu dapat melakukan pengawasan secara maksimal terhadap subkontraktor, terutama jika digunakan banyak subkontraktor pada proyek tersebut. Subkontraktor tenaga saja umumnya menghasilkan limbah material yang lebih banyak jika dibandingkan dengan subkontraktor borongan (tenaga dan material). Pada jenis kontrak ini diperlukan pengawasan ketat supaya material yang menjadi milik kontraktor utama ataupun pemilik proyek digunakan secara efisien dan tepat sesuai desain yang ditetapkan. Untuk jenis kontrak subkontraktor tenaga dan material, baik upah tenaga dan biaya material menjadi tanggungan subkontraktor sehingga limbah material yang dihasilkan cenderung lebih sedikit dibanding dengan jenis kontrak subkontraktor tenaga saja. 17