UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI KENDALI BANJIR DAERAH GENANGAN KECAMATAN ANTANG

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH HUBUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN DAN KEMIRINGAN LAHAN TERHADAP LAJU EROSI

REDUKSI ALIRAN PERMUKAAN DENGAN RESAPAN BERPORI PADA DAERAH GENANGAN SURFACE FLOW REDUCTION AT APUDDLE AREA BY POROUS RECHARGE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOS PADA TANAH UNTUK MENGURANGI GENANGAN DI KELURAHAN BULAK, KECAMATAN KENJERAN, KOTA SURABAYA

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1.3 Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Timbun di Aceh

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

C I N I A. Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL

PENGARUH PERSENTASE KADAR BATU PECAH TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH PASIR (Studi Laboratorium)

PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I Dewa Gede Jaya Negara*, Anid Supriyadi*, Salehudin*

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KORELASI ANTARA HASIL UJI KOMPAKSI MODIFIED PROCTOR TERHADAP NILAI UJI PADA ALAT DYNAMIC CONE PENETROMETER

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

Tinjauan Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

PENGARUH TUTUPAN VEGETASI PADA TANAH TIMBUNAN TERHADAP INFILTRASI DAN ALIRAN PERMUKAAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

BAB II LANDASAN TEORI

Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN

BAB III. INFILTRASI DAN PERKOLASI

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

Agus Susanto 1), Puput Adi Putro 2) Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102,

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembangnya suatu daerah dan semakin terbatasnya lahan untuk pembangunan

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

PENGARUH KADAR ABU BATU TERHADAP HASIL UJI KOMPAKSI SUATU TANAH PASIR

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

Transkripsi:

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR Johannes Patanduk, Achmad Bakri Muhiddin, Ezra Hartarto Pongtuluran Abstrak Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir. Indonesia sebagai salah satu negara tropis juga mengalami hal yang sama, demikian pula terhadap kota-kota besar yang ada di Indonesia. Kota Makassar sebagai salah satu kota yang berada di kawasan pantai, seringkali mengalami banjir. Menurut Dinas Pekerjaan Umum (PU), daerah kawasan yang tergenang air diakibatkan karena tidak berfungsinya sistem drainase atau juga daerah alamiah yang tergenang hanya pada saat banjir. Secara umum penyebab dari masalah genangan yang sering terjadi di kota Makassar disebabkan oleh pengaruh pasang surut air laut, merupakan daerah relatif rendah dari muka air laut, kurangnya pemeliharaan (penyempitan penampang saluran/gorong-gorong) akibat endapan tanah/sampah, hambatan hidrolis, kurang berfungsinya sistem street inlet, dan beban saluran yang terlalu besar. Penelitian ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kandungan air tanah dapat dilakukan dengan memberikan material berpori dalam tanah untuk meningkatkan daya atau kapasitas resapan lapisan tanah, sehingga limpasan permukaan yang terjadi dapat diminimalisir karena air yang mengalir di permukaan akan dimungkinkan berinfiltrasi ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih banyak dan dalam waktu yang lebih singkat. Pembuatannya dilakukan dengan cara mengganti lapisan tanah dengan menggunakan material berpori. Metode pengambilan data berupa uji laboratorium dimana sampel tanah penelitian diambil dari jalan Racing centre dan jalan Pettarani III, sedangkan material berpori berupa batu gunung dan batu bongkahan bangunan. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan sampel tanah jalan Racing centre dan jalan Pettarani III memiliki nilai permeabilitas,099 x 0-4 cm/detik dan,856 x 0- cm/detik yang menunjukkan bahwa kemampuan dalam meresap air sangat kecil. Dibandingkan dengan mengganti lapisan tanah dengan material berpori yakni batu gunung dan batu bongkahan bangunan yang memiliki nilai permeabilitas 4,505 x 0- cm/detik dan,955 x 0- cm/detik sehingga mampu meresap air lebih cepat. Lapisan material berpori batu gunung mampu mereduksi limpasan hingga 4,5% dan batu bongkahan bangunan mampu mereduksi limpasan hingga 49,5% sehingga dapat menjadi alternatif pengganti lapisan tanah daerah genangan untuk meminimalisir terjadinya banjir. Kata kunci: Makassar, genangan, resapan, permeabilitas, material berpori PENDAHULUAN Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Indonesia sebagai salah satu negara tropis juga mengalami hal yang sama, demikian pula terhadap kota-kota besar yang ada di Indonesia. Kota Makassar sebagai salah satu kota yang berada di kawasan pantai, seringkali mengalami banjir. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir merupakan gejala / fenomena yang mempunyai latar belakang yang kini kian kompleks, merupakan bagian dari siklus iklim (Hamid, 006). Menurut Dinas Pekerjaan Umum (PU), daerah kawasan yang tergenang air diakibatkan karena tidak berfungsinya sistem drainase atau juga daerah alamiah yang tergenang hanya pada saat banjir. Genangan dalam bahasa pengairan dimaknai sebagai air yang terkumpul di suatu tempat yang tidak tersalurkan karena elevasi tempat tersebut lebih rendah dari daerah sekitarnya. Secara umum penyebab dari masalah genangan yang sering terjadi di Kota Makassar disebabkan oleh pengaruh pasang surut air laut, merupakan daerah relatif rendah dari muka air laut, kurangnya pemeliharaan (penyempitan penampang saluran/gorong-gorong) akibat endapan tanah/sampah, hambatan hidrolis (kemiringan atau hambatan di dalam penampang saluran, banyaknya belokan dll), kurang berfungsinya sistem street inlet, dan beban saluran yang terlalu besar. Dengan keadaan yang demikian bila musim hujan tiba, terdapat beberapa wilayah Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 9045, INDONESIA Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 9045, INDONESIA

yang tergenang banjir. Salah satunya adalah daerah jalan Racing centre dan jalan Pettarani III. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah banjir, diantaranya pembangunan kanal dengan sistem drainase wilayah skala besar (masterplan drainase kawasan) maupun desain desain aturan rencana tata ruang wilayah untuk mengurangi dampak perubahan tata guna lahan. Akan tetapi, perencanaan tersebut kurang mampu mengatasi permasalahan banjir yang terjadi. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian mendalam untuk menemukan alternatif pemecahan masalah yang lain. Dari daur hidrologi, dapat dipahami bahwa air tanah yang berinteraksi dengan air permukaan serta komponen komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permukaan (Handoyo, 008). Salah satunya yaitu dengan memaksimalkan kandungan air tanah. Seperti yang diuraikan diatas, untuk memaksimalkan kandungan air tanah dapat dilakukan dengan memberikan material batuan berpori dalam tanah untuk meningkatkan daya atau kapasitas resapan lapisan tanah, sehingga limpasan permukaan yang terjadi dapat diminimalisir karena air yang mengalir di permukaan akan dimungkinkan berinfiltrasi ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih banyak dan dalam waktu yang lebih singkat. Pembuatannya dilakukan dengan cara mengganti lapisan tanah dengan menggunakan material berpori, seperti batu gunung ataupun batu bongkahan bangunan. Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:. Mengkaji karakteristik tanah dasar dan parameter kapasitas resapan aliran permukaan, dengan membuat model resapan berpori.. Mengetahui besar nilai koefisien permeabilitas (k) pada suatu material tanah, material batu gunung dan material batu bongkahan bangunan sebagai fungsi resapan berpori.. Mengetahui pengaruh karakteristik material berpori terhadap laju limpasan dan resapan. 4. Mengkaji efektifitas resapan berpori dalam meningkatkan fungsi resapan dengan menghitung reduksi air permukaan. SIKLUS HIDROLOGI Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai bentuk hujan atau bentuk presipitasi lain dan akhirnya mengalir kembali ke laut (Soemarto, 987). Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Siklus hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu:. Siklus pendek,. Siklus sedang,. Siklus panjang. INTENSITAS CURAH HUJAN Hujan merupakan komponen yang penting dalam siklus hidrologi. Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah hujan (mm/jam). Rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan pada hujan buatan dari alat simulasi hujan adalah sebagai berikut: V I x 600...() At. dimana; I =Intensitas curah hujan (mm/jam) V = volume air (ml) A = luas penampang (cm ) t = waktu (menit)

INFILTRASI DAN LIMPASAN PERMUKAAN Infiltrasi dan perkolasi biasanya disamakan dengan rembesan (permeabilitas) yaitu proses meresapnya air ke dalam tanah. Sedangkan air larian atau limpasan permukaan merupakan aliran air di atas permukaan tanah. Limpasan permukaan sangat dipengaruhi oleh presipitasi, infiltrasi, evatranspirasi, dan kandungan air tanah. Hal diatas dapat dinyatakan dalam formula rasional sebagai berikut: Q = C I A..() dimana: Q = debit (m /detik) C = koefisien rembesan/limpasan FAKTOR INFILTRASI DAN LIMPASAN PERMUKAAN Faktor faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dan infiltrasi yaitu intensitas curah hujan, distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran, kemiringan lereng, jenis tanah, kondisi permukaan tanah, kepadatan tanah, kelembaban tanah, dan energi kinetik. KARAKTERISTIK RESAPAN BERPORI Keterdapatan air tanah tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung air tanah yang disebut akuifer. Akuifer adalah formasi bebatuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air, seperti misalnya pasir dan kerikil lepas (Seyhan, 977). Pada suatu akuifer, air tanah menempati lubang batuan yang dikenal sebagai pori pori batuan maupun lubang yang besar. Sifat batuan lain yang berhubungan dengan air tanah adalah akuitard. Akuitard adalah formasi batuan dengan susunan sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat melalukannya dalam jumlah yang terbatas seperti misalnya pada rembesan atau bocoran. (Walton, 970). KLASIFIKASI MATERIAL BERPORI Permeabilitas tergantung pada ukuran rata rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Permeabilitas merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu mediaporous. Pengujian permeabilitas dilakukan di laboratorium menggunakan. Metode Constant Head Metode ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien permeabilitas yang tinggi.. Metode Falling Head Metode ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang rendah. Dalam membedakan antara tanah berbutir kasar dan berbutir halus, digunakan saringan no. 00 (0,075 mm): Tanah berbutir kasar adalah butiran yang tertahan saringan no. 00 dan kandungan fraksinya > 50%. Tanah berbutir halus adalah butiran yang lolos saringan no. 00 dan kandungan fraksinya < 50%. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen laboratorium pada bulan juli 0 dimana sampel di uji di dalam Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dengan beberapa metode pengujian untuk mengetahui besarnya limpasan dan resapan yang terjadi pada setiap material. Sampel berupa tanah terganggu yang diambil dari jalan Racing centre dan jalan Pettarani III, sedangkan material berupa batu gunung dan batu bongkahan bangunan.

Laju Resapan (mm/menit) No Penelitian ini menggunakan data primer yang merupakan data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian laboratorium. Pengujian karakteristik material dilakukan menggunakan metode Constant Head yang selanjutnya dimasukkan dalam alat permodelan modifikas rainfall simulator dimana ketinggian air diatur sedemikan rupa hingga memperoleh ketinggian yang konstan. Permodelan benda uji / sampel meliputi pemadatan tanah 60% (acuan metode yang digunakan ialah ASTM Test Designation D- 698 dan AASHTO Test Designation T-99) dan pemodelan resapan berpori sesuai dengan karakteristik masing masing material berpori. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Material Tanah Hasil uji material tanah pada penelitian ini ditampilkan rekap hasil pengujian tanah pada daerah genangan, dapat di lihat pada tabel. Tabel. Rekap hasil pengujian tanah pada daerah genangan. Jenis Pengujian Satuan Lokasi Pengambilan Sampel Jl. Racing Centre Jl. Pettarani III Specific Grafity (Gs),7,49 Tabel. Hasil perhitungan laju resapan pada pengujian tanah. Sampel Tanah Jl. Racing Centre Laju Waktu Resapan Resapan 0.45 0.4 0.5 0. 0.5 0. 0.5 0. 0.05 0 Sampel Tanah Jl. Pettarani III Laju Waktu Resapan Resapan (menit) (ml) (mm/menit) (menit) (ml) (mm/menit) 5 0 0 5 0 0 0 80 0,056 0 95 0,004 5 5 0,04 5 5 0,07 0 455 0,45 0 50 0,664 5 650 0,08 5 75 0, 0 855 0,74 0 975 0, 5 95 0,05 5 045 0,44 40 50 0,68 40 90 0,808 45 55 0,40 45 75 0,408 50 70 0,4 50 05 0,476 55 85 0,4 55 05 0,476 60 85 0,4 60 05 0,476 5 0 5 0 5 0 5 40 45 50 55 60 Waktu (menit) Gambar. Grafik hubungan laju resapan terhadap waktu pada sampel tanah. Sampel tanah jl. Racing centre Sampel tanah jl. Pettarani III 4 Kepadatan Tanah a. Kadar air b. Berat Vol. Basah (w) c. Berat Vol. Kering (d) Analisa Saringan dan Hidrometer % gr/cm gr/cm % % 40,74,850,00 7,6 berbutir kasar 7,4 Berbutir halus 5,00,740,00 64,8 berbutir kasar 5, berbutir halus Permeabilitas Cm/det,099 x 0-4,856 x 0-4 Laju Resapan dan Laju Limpasan Pada Tanah Dari hasil perhitungan laju resapan pada sampel tanah dapat dilihat pada tabel. Pada gambar, menunjukkan laju resapan sampel tanah Jl. Racing centre terjadi pada menit ke-0 dengan laju resapan sebesar 0,056 mm/menit. Resapan konstan terjadi pada saat menit ke-55, berarti tanah sudah jenuh terhadap resapan. Sedangkan laju resapan sampel tanah Jl. Pettarani III dengan ketebalan lapisan tanah 5 cm terjadi pada menit ke-0 dengan laju resapan sebesar 0,004 mm/menit, dimana resapan konstan terjadi pada saat menit ke-50, yang berarti tanah sudah jenuh terhadap resapan. 4

Laju Limpasan (mm/menit) 6 5 4 0 Pada tabel memperlihatkan rekapitulasi hasil perhitungan laju limpasan sampel tanah. Tabel. Hasil perhitungan laju limpasan pada pengujian tanah. Sampel Tanah Jl. Racing Centre Laju Waktu Limpasan Limpasan Sampel Tanah Jl. Pettarani III Laju Waktu Limpasan Limpasan (menit) (liter) (mm/menit) (menit) (liter) (mm/menit) 5 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 5 7,8,496 5 6,5,080 0 0,5,80 0 9,5,040 5,5 4,000 5 0,4,8 0, 4,56 0,5 4 5 4,6 4,67 5,5 4,0 40 4,9 4,768 40 4, 4,5 45 5,5 4,888 45 4,5 4,640 50 5,85 5,07 50 4,9 4,768 55 5,85 5,07 55 5, 4,896 60 5,85 5,07 60 5, 4,896 5 0 5 0 5 0 5 40 45 50 55 60 Waktu (menit) Sampel tanah jl. Racing centre Sampel tanah jl. Pettarani III Gambar. Grafik hubungan laju limpasan terhadap waktu pada sampel tanah. Pada gambar, menunjukkan laju limpasan sampel tanah sampel Jl. Racing centre yaitu waktu yang digunakan terjadi limpasan pada menit ke-5 dengan laju limpasan sebesar,496 mm/menit dan limpasan konstan pada menit ke-50 dengan laju limpasan sebesar 5,07 mm/menit. Ini berarti bahwa genangan terjadi pada menit ke-50. Sedangkan laju limpasan sampel tanah Jl. Pettarani III dengan ketebalan lapisan tanah 5 cm memperlihatkan waktu yang digunakan terjadi limpasan pada menit ke-5 dengan laju limpasan sebesar,080 mm/menit. Limpasan konstan pada menit ke- 55 dengan laju limpasan sebesar 4,896 mm/menit. Ini berarti bahwa genangan terjadi pada menit ke-55. Sifat Indeks Dan Klasifikasi Tanah Hasil uji karakteristik sampel tanah Jl. Racing centre dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi hasil pemeriksaan karakteristik tanah Jl. Racing centre. Jenis Pemeriksaan. Kadar air asli 40,74 %. Berat jenis spesifik.7 Hasil Pemeriksaan. Gradasi butiran Lempung (lolos saringan 00) =, % 4. Batas-batas atterberg 5. Klasifikasi Tanah Batas Cair (LL) = 40,49 % Batas Plastis (PL) = 6,6 % Batas Susut (SL) =,57 % Indeks Plastis (PI ) = 4, % USCS SC AASHTO A--7 yaitu tanah Sand Clay atau Pasir Berlempung Campuran Pasir Lempung Hasil uji karakteristik sampel tanah Jl. Pettarani III dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi hasil pemeriksaan karakteristik tanah Jl. Pettarani III. Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan. Kadar air asli 5.00 %. Berat jenis spesifik,749. Gradasi butiran Lempung (lolos saringan 00) = 5.4 % 4. Batas-batas atterberg 5. Klasifikasi Tanah Batas Cair (LL) = 4.44 % Batas Plastis (PL) = 5.8 % Batas Susut (SL) =.0 % Indeks Plastis (PI ) = 5.6 % USCS SC AASHTO A--7 yaitu tanah Sand Clay atau Pasir Berlempung Campuran Pasir Lempung 5

Berat Isi Kering (gr/cm) Berat Isi Kering (gr/cm) Dari kedua sampel tanah penelitian menunjukkan karakteristik material tanah (yaitu plastisitas dan distribusi ukuran partikel) dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut adalah: Campuran pasir berlempung Sifat plastisitas sedang Karakteristik Tingkat Kepadatan Pengujian kompaksi Proctor standar dilakukan untuk mengetahui karakteristik pemadatan dari sampel tanah..70.60.50.40.0 g =.0.0.00 0.90 g =,5 gr/cm dry 0.80 0 4 5 6 7 8 9 40 4 4 4 44 45 46 47 48 49 50 5 5 5 54 55 Kadar Air (%) Gambar. Kurva kompaksi Proctor standar untuk sampel tanah Jl. Racing centre..70.60.50.40.0.0.0.00 0.90 0.80 4 5 6 7 8 9 0 4 5 6 7 8 9 40 4 4 4 44 45 46 47 48 Kadar Air (%) Gambar 4. Kurva kompaksi Proctor standar untuk sampel tanah Jl. Pettarani III. Pada gambar, untuk hasil kompaksi Proctor standar untuk sampel tanah Jl. Racing centre, diperoleh kadar air optimum yaitu 8,7% dan berat isi tanah kering pada saat kadar air optimum yaitu,5 gr/cm. Pada gambar 4, untuk hasil kompaksi Proctor standar untuk sampel tanah Jl. Pettarani III, diperoleh kadar air optimum yaitu 5,7% dan berat isi tanah kering pada saat kadar air optimum yaitu, gr/cm. Permeabilitas Material Berpori Hasil uji material berpori pada pengujian permeabilitas dengan metode Constant Head dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi hasil pengujian permeabilitas material berpori. Jenis Sampel Panjang Sampel (cm) Volume Air Yang Di Ukur (ml) Batu Gunung 0 500 Batu Bongkahan Bangunan 0 500 Koefisien Permeabilitas I (cm/detik) II Rata- Rata 4,54 x 4,47 x 4,505 x 0-0 - 0 -,99 x,9 x,955 x 0-0 - 0 - Nilai permeabilitas material berpori jauh lebih besar dari material tanah berpengaruh besar terhadap efektifitas resapan. Efektifitas resapan material berpori lebih tinggi dari efektifitas resapan material tanah terlihat pada angka koefisien permeabilitas yang lebih besar. Karakteristik Interaksi Pori dan Tingkat Penyerapan pada Material Berpori Hasil pengujian penyerapan material berpori dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi hasil pengujian tingkat penyerapan material berpori. Jenis Sampel Batu Gunung Batu Bongkahan Bangunan Tingkat Penyerapan Air (%),56 6,5 Diperoleh bahwa batu gunung memiliki tingkat penyerapan,56 % dan pada batu bongkahan bangunan memiliki tingkat penyerapan 6,5 %, maka dengan nilai tersebut semakin besar tingkat penyerapan 6

Laju Limpasan (mm/menit) Laju Resapan (mm/menit) 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0. 0. 0. 0 yang terjadi semakin banyak resapan yang terjadi dan begitupun sebaliknya. Laju Resapan Lapisan Material Berpori Dari hasil perhitungan laju resapan pada sampel material berpori dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi hasil perhitungan laju resapan material berpori. Waktu Material Berpori (Batu Gunung) 5 0 5 0 5 0 5 40 45 50 55 60 Waktu (menit) Material Berpori (Batu Bongkahan Bangunan) Resapan Laju Resapan Resapan Laju Resapan (menit) (ml) (mm/menit) (ml) (mm/menit) 5 0 0 0 0 0 4 0,0 75 0,04 5 54 0,7 675 0,6 0 44 0,45 500 0,48 5 60 0,58 750 0,56 0 700 0,544 950 0,64 5 80 0,579 50 0,7 40 906 0,609 55 0,75 45 988 0,66 455 0,785 50 960 0,67 650 0,848 55 985 0,65 750 0,88 60 985 0,65 750 0,88 Sampel tanah jl. Racing centre Material batu gunung Gambar 5. Grafik hubungan laju resapan terhadap waktu pada material berpori. Pada gambar 5, grafik rekapitulasi laju resapan pada sampel tanah Jl. Racing centre dan sampel tanah dengan lapisan material berpori (batu gunung dan batu bongkahan bangunan) memperlihatkan bahwa laju resapan dengan lapisan material berpori lebih besar dibandingkan dengan laju resapan sampel tanah Jl. Racing centre. Hal ini menunjukkan bahwa porositas material berpori sangat rendah, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menampung air yang keluar lebih cepat. Laju Limpasan Lapisan Material Berpori Pada tabel 9 memperlihatkan rekapitulasi hasil perhitungan laju limpasan sampel material berpori. Tabel 9. Rekapitulasi hasil perhitungan laju limpasan material berpori. 7 6 5 4 0 Waktu Material Berpori (Batu Gunung) 5 0 5 0 5 0 5 40 45 50 55 60 Waktu (menit) Material Berpori (Batu Bongkahan Bangunan) Limpasan Laju Limpasan Limpasan Laju Limpasan (menit) (liter) (mm/menit) (liter) (mm/menit) 5 0 0 0 0 0, 0,84 8,5,7 5,5 4,5,68 0 5, 4,864 4,9 4,768 5 6,5 5,8 6,5 5,8 0 6, 5,5 8, 5,84 5 4, 4,544 9,5 6,4 40,6 4,5 6,8 5,76 45,4,968, 4,4 50,8,776,5,68 55,,584 0,6,9 60,,584 0,6,9 Gambar 6. Grafik hubungan laju limpasan terhadap waktu pada material berpori. Sampel tanah jl. Racing centre Material batu gunung Material batu bongkahan bangunan 7

Pada gambar 6, memperlihatkan grafik limpasan konstan terjadi pada menit ke-50 dengan laju limpasan pada sampel tanah Jl. Racing center sebesar 5,07 mm/menit dan untuk sampel tanah dengan lapisan material berpori konstan pada menit ke-55, material batu gunung memiliki laju limpasan,584 mm/menit sedangkan batu bongkahan bangunan memiliki laju limpasan,9 mm/menit. Laju limpasan material berpori lebih kecil dibandingkan dengan laju limpasan sampel tanah Jl. Racing centre, sehingga material berpori yang digunakan dalam penelitian dapat menjadi alternatif pengganti tanah daerah genangan. Reduksi Material Tanah dan Material Berpori Hasil pengujian limpasan yang diambil pada saat volume air menjadi konstan. Tabel 0. Rekapitulasi pengujian limpasan. Dari tabel 0 diatas dapat dihitung nilai reduksi dengan menggunakan rumus berikut: Sampel tanah Jl. Racing centre (Lapisan material berpori: batu gunung) Reduksi yang terjadi = Material Sampel Tanah Jl. Racing Centre Limpasan tanah limpasan batu gunung = 5,85,, Waktu (Jam) limpasan batu gunung x 00 % = 4,5 % Volume Konstan Limpasan (liter) Batu Gunung, Batu Bongkahan Bangunan 5,85 0,6 x 00% Sampel tanah Jl. Racing centre (Lapisan material berpori: batu bongkahan bangunan) Reduksi yang terjadi = Limpasan tanah limpasan bongkahan bangunan = 5,85 0,6 0,6 limpasan bongkahan bangunan x 00 % = 49,5 % x 00% Dari perhitungan nilai reduksi diatas, lapisan material berpori batu gunung mampu mereduksi limpasan sampai 4,5% dan lapisan material batu bongkahan bangunan mampu mereduksi limpasan sampai 49,5%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:. Untuk sistem klasifikasi dari hasil pemeriksaan karakteristik pada sampel tanah penelitian baik tanah jalan Racing centre dan tanah jalan Pettarani III menurut USCS dan AASHTO, diperoleh dari grafik klasifikasi tanah menurut USCS SC dan AASHTO A--7 dapat disimpulkan bahwa kedua tanah tersebut termasuk dalam klasifikasi pasir berlempung dengan sifat plastisitas sedang.. Karakteristik material a. Karakteristik material tanah lokasi tergenang pada jalan Racing centre dan jalan Pettarani III memiliki nilai permeabilitas yang dihasilkan yaitu,099 x 0-4 cm/detik dan,856 x 0-4 cm/detik. b. Karakteristik material berpori dari jenis material yaitu batu gunung dan batu bongkahan bangunan memiliki 8

nilai permeabilitas yang dihasilkan yaitu 4,505 x 0 - cm/detik dan,955 x 0 - cm/detik.. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran butiran material berpori berpengaruh pada laju resapan dan limpasan. Material berpori yang memiliki ukuran butiran yang lebih besar memiliki koefisien permeabilitas yang besar pula sehingga mengakibatkan laju resapan lebih besar, sedangkan laju limpasan semakin kecil. 4. Dari hasil perhitungan, material berpori batu gunung mampu mereduksi sebanyak 4,5% dan batu bongkahan bangunan mampu mereduksi sebanyak 49,5% dari limpasan yang terjadi pada sampel tanah. Oleh karena limpasan pada tanah lebih besar dibandingkan limpasan pada material berpori dan material berpori mampu mereduksi dari limpasan yang terjadi maka dapat disimpulkan bahwa lapisan material batu gunung maupun batu bongkahan bangunan dapat menjadi alternatif pengganti tanah untuk meminimalisir terjadinya banjir. Saran. Penelitian ini hanya menggunakan dua material berpori, oleh sebab itu disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan material lain yang ada di lapangan dengan model yang lain.. Agar data yang diperoleh lebih baik, sebaiknya digunakan alat ukur dengan ketelitian yang lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Hamid, Abdul., 006, Pekerjaan Antisipasi Bencana Banjir, (Online), Tersedia: http://www.rapi-nusantara.net.com. ( 9 Oktober 00) Handoyo, B., 008, http: // www.malang.ac.id / e-learning/fmipa / BudiHandoyo / geografi.htm. Tanggal 5 mei 008. Seyhan, Ersin, 977, Fundamentals of Hydrology, Geografisch institut der Rijks-Universiteit te Utrech, Utrecht. Soemarto, C.D., 987, Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya. Tim Penyusun, 0, Penuntun Praktikum Laboratorium Hidrolika, Edisi kesebelas, Laboratorium Hidrolika, Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Tim Penyusun, 0, Penuntun Praktikum Laboratorium Mekanika Tanah, Edisi kedelapan, Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Tim Penyusun, 0, Penuntun Praktikum Laboratorium Rekayasa Transportasi, Edisi kedelapan, Laboratorium Rekayasa Transportasi, Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Walton, W.C., 970, Ground Water Resources Evaluation, Jhon Wiley and Sons Inc., New York. 9