BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan. Perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

II. LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha khususnya sektor industri yang mana akan menimbulkan

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Simpulan. Berikut ini merupakan simpulan atas hasil penelitian dan pembahasan yang telah

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (manajemen) dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri

BAB I PENDAHULUAN. luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo. Dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODAL KERJA UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT MILLENNIUM INTERNASIONAL, TBK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan komunikasi dan manajemen untuk membobilisasi manusia, uang,dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. Polemik yang terjadi di Indonesia sekarang ini, masih belum bisa

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

BAB II LANDASAN TEORITIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JUMLAH AKTIVA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. operasional sehari-hari disebut modal kerja. melalui hasil penjualan. Uang yang diterima melalui hasil penjualan akan

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB I PENDAHULUAN. Modal kerja merupakan salah satu komponen penting dalam. menjalankan aktivitas usaha perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan regional, pengembangan jiwa kewirausahaan sangat

BAB II URAIAN TEORITIS

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BAGIAN I. PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Suatu bisnis yang bertanggung jawab secara sosial mempertimbangkan tidak hanya apa yang terbaik bagi perusahaannya saja, tetapi juga apa yang terbaik bagi masyarakat umum. Bisnis-bisnis memiliki tanggung jawab kepada beberapa pihak utama yang berkepentingan (stakeholder), termasuk lingkungan, karyawan, pelanggan, investor, dan komunitas, minimal dalam radius operasi usaha (Ambadar, 2008 ). Menurut Wibosono (2007) ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya antara lain : a. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat dan menyadari bahwa mereka beroperasi dalam usaha tatanan lingkungan masyarakat. b. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkarakan citra dan performa perusahaan.

c. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan Konsep formal kemitraan sebenarnya telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 yang berbunyi, Kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri. (Sumardjo, Sulaksana, Darmono, 2004). Rachbini (1999) menyatakan kemitraan adalah salah satu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan usaha antara pelaku ekonomi, yaitu antara usaha besar dan menengah dengan usaha kecil/koperasi akan mewujudkan demokrasi ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi. Karena usaha kecil dan koperasi merupakan bagian terbesar dari pelaku perekonomian nasional.

Usaha mikro, kecil dan menengah telah diakui sangat strategis dan penting tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi tetapi juga untuk pembagian pendapatan yang merata. Karena peranannya yang sangat strategis dan penting. Indonesia memberikan perhatian khusus bagi perkembangan-perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah, termasuk membina lingkungan dengan iklim usaha yang kondusif, memfasilitasi dan memberikan akses pada sumberdaya produktif dan memperkuat kewirausahaan serta daya saingnya (Hadipuro dan Wijanto, 2000). Menurut Hafsah (2000) menyatakan untuk memperkuat usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilakukan dengan strategi kemitraan. Kemitraan dalam hal ini merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Dimana proses ini harus benar-benar dicermati sejak awal sehingga permasalahan yang timbul dapat diketahui baik besarnya permasalahan maupun langkah-langkah yang diambil. Kemitraan sangat tergantung pada komitmen dan prinsip saling menguntungkan. Kemitraan yang dilakukan oleh pelaku mitra hendaknya harus dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan usaha karena melalui sistem ekonomi terbuka sekarang ini daya tarik pasar akan selalu mendorong munculnya pendatang baru, terutama usaha berskala besar yang dapat memberikan ancaman bagi usaha berskala kecil menengah. Ancaman yang dimaksud adalah usaha besar umumnya dapat memenangkan persaingan dengan teknik-teknik bersaing, ilmu pengetahuan

dan tekonologi yang modern dan sebagainya. Tanpa kerjasama atau kemitraan cepat atau lambat banyak usaha kecil akan terkalahkan oleh usaha besar (Linton, 1997). Saydam (2006) menjelaskan di Indonesia, terdapat sejumlah departemen dan lembaga pemerintah non departemen yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam perumusan kebijaksanaan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan implementasinya (pelaksanaan program-program pembinaan) termasuk Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop), Menteri Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Walaupun dalam Undang-Undang No.9 tahun 1995 telah ditetapkan apa yang dimaskud dengan Usaha Kecil (UK), dan melalui Instruksi Presiden (Inpres) No.10 tahun 1999 mengenai definisi usaha menengah, namun dalam prakteknya, banyak di antara departemen dan badan pemerintah tersebut punya kriteria sendiri-sendiri yang berbeda dalam mendefinisikan Usaha Kecil Menengah (UKM). Dalam Undang-Undang No.9/1999 tersebut ditetapkan bahwa Usaha Kecil (UK) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk harga tanah dan bangunan tempat usaha, b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah,

c) Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar, d) Berbentuk badan usaha yang dimiliki orang perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Besar. Menurut Badan Pusat Statistik, mengukur Usaha Kecil Menengah (UKM) berdasarkan jumlah pekerja. Usaha Kecil (UK) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha. Usaha Rumah Tangga adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling banyak 4 orang termasuk pegusaha. Usaha Menengah Besar (UMB) adalah unit usaha yang mengerjakan lebih dari 20 orang. Menurut Inpres No.10/1999 tersebut, Usaha Menengah (UM) adalah suatu unit usaha dengan nilai asset netto (diluar tanah dan gedung) antara Rp 200 juta hingga Rp 10 miliar, diatas nilai tersebut disebut usaha besar (Definisi menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang mengukur usaha kecil menengah berdasarkan nilai investasi awal/aset). Menurut Saydam (2006), usaha menengah merupakan kegiatan ekonomi rakyat dengan kriteria :

a) Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah sampai dengan paling banyak 10 miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, b) Usaha itu berdiri sendiri, bukan perusahaan cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah skala besar, c) Berbentuk badan usaha yang dimilki orang, perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum termasuk koperasi. Bentuk-bentuk pola kemitraan tergantung pada apa yang diinginkan dan tergantung kepada yang akan dikerjasamakan. Pola kemitraan yang telah direkomendasikan yaitu: a) Pola kemitraan inti plasma Pola kemitraan inti plasma adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti. Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal: a. Penyediaan dan penyiapan lahan b. Pemberian saprodi. c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi. d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi. e. Pembiayaan. f. Bantuan lain seperti efesiensi dan produktifitas usaha.

b) Pola kemitraan kontrak Pola kemitraan kontrak adalah pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. c) Pola dagang umum Pola dagang umum adalah hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. d) Pola kemitraan keagenan Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar mitra e) Pola kerjasama operasional Pola kerjasama operasional adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk mengusahakan budidaya pertanian. (Sumardjo, Sulaksana, Darmono, 2004).

2.2 Landasan Teori PKBL adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dahulu dikenal dengan nama Program Pembinaan Usaha Kecil & Koperasi (Program PUKK). Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana bagian laba Badan Usaha Miliki Negara (BUMN). Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN sebesar 1-2 % (Tambunan, 2002). Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) kemudian mengalami perubahan terakhir yang sekaligus menjadi landasan hukum PKBL adalah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN No:KEP-236/MBU/2003, tanggal 17 Juni 2003 Tentang Program kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Serta diterbitkan Surat Edaran Menteri BUMN No:SE-433/MBU/2003, tanggal 16 September 2003. Tentang Petunjuk Pelaksanaan program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program Bina Lingkungan. Maka sejak tahun 2004 Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) diganti dengan nama Program Kemitraan dan Bina lingkungan (PKBL) (Bagian PKBL PTPN III, 2009). Kemitraan sangat tergantung pada komitmen atau prinsip saling menguntungkan sebagai dasar tumbuhnya kemitraan yang berjalan lancar. Di negara Indonesia kondisi ideal belum sepenuhnya tercipta. Kemitraan akan berjalan berkesinambungan jika pihak-pihak yang bermitra semua memperoleh manfaat. Banyak kasus menyatakan kemitraan sering tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya

oleh pelaku mitra, hal ini disebabkan oleh kesalahan untuk menilai apa yang sesungguhnya yang dibutuhkan oleh penduduk, penilaian yang diberikan secara sepihak oleh pelaku usaha sehingga telah menghasilkan suatu hubungan kemitraan yang sia-sia karena tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang dianggap membutuhkannya. Manfaat yang diterima oleh pelaku usaha berkaitan erat dengan peran sertanya dalam kegiatan tersebut. Peran serta kadang-kadang didefinisikan sehubungan dengan manfaat yang diterima masyarakat dari pembangunan (Dipta, 2008). Menurut Didik (2010) pengertian dampak secara umum adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya sesuatu. Dampak itu sendiri juga bisa berarti konsekuensi sebelum dan sesudah adanya sesuatu. Dampak dapat mengakibatkan sesuatu hal yang postif dan yang negatife dari adanya sesuatu tersebut. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa memisahkan diri dari manusia lain. Dalam menjalani kehidupan, manusia mempunyai beberapa kebutuhan seperti kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan cita-cita dan lain-lain. Di samping itu juga mempunyai berbagai keinginan yang selalu mereka usahakan guna memuaskan apa yang mereka butuhkan. Untuk memenuhi setiap kebutuhan dan keinginan tersebut, setiap individu selalu akan terlibat dalam kehidupan bermasyarakat (Sismarni, 2009). Dalam pengertian ekonomi, usaha atau bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok individu yang dilaksanakan secara

legal dengan menggunakan dan mengkombinasikan sumberdaya atau faktorfaktor produksi untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh manfaat finansial, yaitu laba bisnis atau laba usaha. Perencanaan adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemilihan visi, misi dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran. Dari kedua pengertian di atas sekarang dapat didefinisikan arti perencanaan usaha yaitu sebagai proses penentuan visi, misi dan tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program dan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis tertentu (Sihombing, 2004). Manajemen pengetahuan adalah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi, bagaimana memanajemen suatu usaha dan administrasinya (Anonimus a, 2010). Manajemen keuangan sebagai cara mengolah sumber-sumber dana (financing) dan mengalokasikan dana (investment) tersebut secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan usaha atau bisnis. Manajemen keuangan dinilai sangat penting karena bertujuan untuk meminimalisasi resiko dan memaksimalkan keuntungan melalui perencanaan dan pengelolaan keuangan secara sistematik. "Keuntungan"

yang dimaksudkan merupakan nilai lebih yang diperoleh melalui operasi usaha, baik dalam bentuk material maupun nonmaterial. Dalam penerapannya, manajemen keuangan mempunyai tiga fungsi: investasi, pendanaan, dan dividen. Manajemen keuangan dapat berfungsi sebagai investasi karena mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang dapat mendatangkan keuntungan di masa datang. Alokasi ini, pada dasarnya, digunakan agar perusahaan mencapai komposisi optimum, dimana perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam pembayaran hutang jangka pendek (likuiditas), namun juga tidak banyak memiliki kas menganggur (idle cash). Fungsi pendanaan sendiri berhubungan dengan bagaimana cara mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Terakhir, fungsi dividen berkaitan tentang pembagian dividen. Dividen sendiri merupakan bagian dari laba yang akan dibagikan dan didistribusikan kepada para pemegang saham. (Buchari Alma, 2008). Pendapatan dapat ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Dalam aspek fisik pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan (Anonimus b, 2010). Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli yang diukur dengan nilai yang wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima

perusahaan dikurangi jumlah discount barang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas. Pendapatan dapat dihitung dengan rumus : I = TR TC Keterangan : I = Income/Pendapatan Total Revenue (TR) = Total penerimaan yang akan diperoleh seorang produsen apabila memproduksi sejumlah unit barang tertentu. Total Cost (TC) = Biaya total yang merupakan jumlah dari biaya tetap dengan biaya variabel (Anonimus b, 2010). Metode Uji-Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test) Metode Wilcoxon Signed Rank Test dimaksudkan sebagai alat untuk menguji perbedaan dari dua mean yang yang diperoleh dari dua himpunan data dengan cara pengambilan data secara bertahap. Untuk melakukan analisis pada pengujian Wilcoxon Rank Test, karena datanya merupakan data kualitatif maka sebelum pengujian dilakukan hendaknya data tersebut di rank terlebih dahulu. Ada 3 model pengijian pada analisis ini, antara lain; 1. Pengujian dua pihak ( pihak kiri dan pihak kanan) Contoh : H o : Me 1 = Me 2 H o : Me 1 Me 2

Tolak Ho 0 Tolak Ho ( Terima Ho) Dimana untuk α = 5%, maka 1-α = 95%, berarti Z = α α/2 2. Pengujian satu pihak ( pihak kiri saja) Contoh : H o : Me 1 Me 2 H o : Me 1 < Me 2 Tolak Ho Terima Ho Dimana untuk α = 5%, maka 1-α = 95%, berarti Z α/2 = α 0,05 3. Pengujian satu pihak ( pihak kanan saja) Contoh : H o : Me 1 Me 2 H o : Me 1 > Me 2 Terima Ho Tolak Ho Dimana untuk α = 5%, maka 1-α = 95%, berarti

Z = 1 0,05 (Supangat, 2007). 2.3 Kerangka pemikiran Program Kemitraan dan Bina Lingkunga (PKBL) merupakan program Pembinaan Usaha Kecil (PUK) dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih. Konsep dan implementasi kemitraan di Negara Indonesia harus mengacu pada undang-undang usaha kecil. Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang Kebijakan Usaha Kecil, kemitraan diartikan sebagai suatu usaha untuk menumbuhkan iklim usaha yang mendorong Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) melakukan kemitraan, antara lain berupa stimulan tanpa adanya unsur paksaan sehingga terlaksananya teknologi, manajemen dan kesempatan berusaha bagi Usaha Kecil (UK) dapat terjadi secara wajar (Prawirokusumo, 2001). Sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara KEP- 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan usaha kecil menengah, maka PT. Perkebunan Nusantara III selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berpedoman kepada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara dapat melaksanakan kerjasama (kemitraan) dengan usaha kecil menegah di sekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III).

PT. Perkebunan Nusantara III selaku BUMN Pembina atau Mitra Binaan menyisihkan 1-2% dari laba perusahaan setelah pajak untuk disalurkan dalam dana kemitraan terhadapa usaha kecil dan menengah atau mitra binaan yang diharapkan dapat memandirikan usaha kecil menengah di sekitar wilayah usaha perusahaan. Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III melaksanakan program kemitraan dengan usaha kecil menengah (UKM). Dimana program kemitraan tersebut menimbulkan sebuah dampak terhadap usaha kecil menengah. Dalam hal ini peneliti akan meneliti mengenai dampak sosial dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari program kemitraan terhadap usaha kecil menengah. Dampak sosial meliputi perencanaan kegiatan usaha, menejemen usaha, menejemen keuangan, pelaksanaan kegiatan usaha dan pengetahuan dan keterampilan para mitra binaan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara III. Dampak ekonomi meliputi pendapatan, modal dan biaya para mitra binaan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah mengikuti program kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara III. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam dampak sosial antara lain : a) Perencanaan kegiatan usaha : pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari dan perkembangan skala usaha.

b) Menejemen usaha : promosi usaha (spanduk, brosur), diskon, stempel usaha dan pemasaran. c) Menejemen keuangan : target pendapatan setiap bulan, pembukuan/laporan keuangan usaha. d) Pelaksanaan kegiatan usaha sebelum dan sesudah mengikuti program kemitraan. e) Pengetahuan dan keterampilan mitra binaan sebelum dan sesudah mengikuti program kemitraan. Dalam hal dampak ekonomi yang perlu diperhatikan adalah : a. Pendapatan mitra binaan baik sebelum dan sesudah tergabung menjadi mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III. b. Modal mitra binaan. Modal yang dibutuhkan dan diperoleh oleh mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III dan kelancaran dalam pengembalian modal. c. Biaya. Biaya-biaya yang terdapat dalam operasional perusahaan baik sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III.

PTPN III Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) Kegiatan Usaha Kecil Menengah Dampak Sosial Ekonomi a) Perencanaan kegiatan usaha: pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari dan skala usaha b) Menejemen usaha: promosi usaha (spanduk,brosur), stempel usaha dan pemasaran c) Menejemen keuangan: target pendapatan setiap bulan, pembukuan/laporan keuangan usaha d) Pengetahuan dan keterampilan e) Pelaksanaan kegiatan usaha a) Pendapatan: pendapatan sebelum dan sesudah kemitraan b) Modal: lancar/tidak lancar dalam pengembalian modap pinjamanmodal c) Biaya: biaya sebelum dan sesudah kemitraan Menyatakan hubungan Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian Untuk identifikasi masalah (3) memiliki hipotesis penelitian bahwa terdapat dampak program pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terhadap sosial ekonomi usaha kecil menengah masyarakat di daerah penelitian.