II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

Teknik Budidaya Tanaman Durian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Dairi merupakan salah satu daerah

Teknologi Budidaya Kedelai

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

Teknologi Produksi Ubi Jalar

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!!

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Hama penyakit utama tanaman kopi

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditi Kopi dan Aspek Ekonomisnya. Kopi merupakan salah satu komponen industri pertanian yang penting di Indonesia. Pada tahun 1986 sektor usaha tani Indonesia mempekerjakan sedikitnya 8 juta orang, termasuk didalamnya 2 juta petani kopi rakyat. Kopi pun merupakan sumber penghidupan bagi 1, 6 juta keluarga petani dan lebih kurang 70.000 keluarga karyawan yang bekerja di berbagai perkebunan kopi di Indonesia (Spillane, 1991). Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ 9,740,453.00 (Pusat Data dan Statistik Pertanian, 2006). Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat. 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi datu atau lebih output (produk). Dalam kaitannya dengan pertanian, produksi merupakan esensi suatu perekonomian. Untuk berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan pada sektor pertanian adalah adanya kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungan antara produksi dengan input tertentu atau disebut fungsi produksi. Dalam pengelolaan sumberdaya produksi, aspek penting yang dimasukkan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah aspek alam (tanah), modal dan

9 tenaga kerja, selain itu juga aspek manajemen. Pengusahaan pertanian selalu dikembangkan pada luasan lahan pertanian tertentu. Pentingnya faktor produksi tanah bukan saja dilihat dari luas atau sempitnya tanah, tetapi juga macam penggunaan tanah (tanah sawah, tegalan) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah, dataran tinggi). Untuk meningkatkan komoditas kopi perlu diketahui hubungan berbagai faktor mikro, baik aspek produksi seperti luas areal produktif, luas areal baru, penanaman kembali, produksi kopi, maupun aspek produksi kopi yang berkaitan dengan permintaan dan harga kopi serta aspek perdagangan ekspor kopi. Usaha peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu dengan menambah penggunaan tenaga kerja, modal dan teknologi pada luas lahan yang tetap, dan ekstensifikasi yaitu dengan cara memperluas areal penanaman tanpa menambah modal, tenaga kerja dan teknologi. Peranan hama dan penyakit pada usahatani kopi semakin terasa bila dikaitkan dengan ekspor. Dalam setiap program perlindungan tanaman di Indonesia, PHT telah merupakan dasar kebijaksanaan pemerintah dengan dasar hukum Inpres No.3 Tahun 19861 UU No. 12 Tahun 1992 menyarankan dalam melaksanakan kebijakan PHT hendaknya mengutamakan keterpaduan komponenkomponen yang kompatibel dan serasi dengan lingkungan setempat (Saptana 2007). Teknologi PHT yang siap diadopsi oleh petani harus dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani, tidak mahal, sederhana dan memiliki resiko kegagalan kecil. Teknologi ini dapat dihasilkan melalui penelitian bersifat

10 multidisiplin dan interdisiplin, dilaksanakan di lahan petani oleh petani dengan bimbingan peneliti dan penyuluh (Saptana 2007). Adopsi teknologi PHT oleh petani sangat dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi petani. Dengan alasan terbatasnya modal, masa panen satu tahun sekali, serta harga jual kopi yang terus turun beberapa tahun terakhir ini, dapat menjadi faktor penghambat adopsi teknologi PHT oleh petani. Untuk mengurangi hambatan ini, perlu tersedia teknologi PHT yang mudah diterapkan oleh petani, efektif mengendalikan hama penyakit, tidak mahal, menguntungkan usahatani dan memiliki resiko kegagalan kecil (Saptana 2007). Tanaman kopi memerlukan naungan dengan tujuan agar intensitas cahaya matahari tidak terlalu kuat. Naungan diberikan sedang-sedang saja, tidak terlalu berat, sebab naungan yang terlau berat dapat mengurangi pembuahan. Beberapa jenis pohon pelindung yang digunakan adalah dadap (Erythrina litosperma), jeunjing (Albizzia falcata), lamtoro (Leucaena glauca) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 2006). Pertanaman kopi yang kurang naungan dapat digunakan tanaman penutup tanah yang berfungsi sebagai mulsa dan penahan erosi. Tanaman penutup tanah yang biasa digunakan adalah Calopogonium spp., Centrosema spp., Psopcarpus spp., Koro dan wedusan. 2.2.1 Lahan/Areal Perkebunan Sumber daya alam merupakan salah satu hal penting untuk diperhatikan dalam menanam kopi karena kesalahan dalam memilih lahan dan lingkungan sekitarnya, akan membawa dampak yang sangat luas terhadap keberhasilan budi

11 daya kopi. Kesesuaian lahan merupakan ukuran kecocokan suatu lahan yang digunakan, termasuk untuk budidaya tanaman kopi. Sebelum memulai penanaman, alangkah baiknya bila terlebih dahulu melakukan evaluasi terhadap lahan yang akan digunakan. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai sumber daya lahan sehingga bisa didapatkan informasi yang jelas mengenai seluk beluk lahan sesuai dengan yang dibutuhkan. 2.2.2 Pupuk Upaya untuk meningkatkan produktivitas kopi secara berkelanjutan adalah meningkatkan produksi dengan pemupukan disertai dengan memperbaiki kondisi lahan dengan pemberian pupuk organik. Penggunaan pupuk organik akan berdampak tidak saja dapat meningkatkan kadar hara tanah dan produktivitas tanaman kopi, juga mengendalikan serangan nematode parasit. Pupuk organik kompos dapat dibuat sendiri dari bahan berupa limbah pertanian (sisa sisa tanaman) maupun limbah industri pertanian. Kompos akan membantu kodisi lahan yang disukai tanaman kopi antara lain lapisan atas dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable. Penggunaan pupuk secara terpadu (kombinasi pupuk organik dan anorganik) akan menaikan produktivitasnya yang kini masih rendah 500 kg/ ha/ thn guna mencapai potensi hasil sesuai genetisnya bisa mencapai 1500 kg/ ha/ tahun). Pemupukan yang dilakukan umumnya 2 kali dalam setahun yaitu pada saat awal musim hujan dan di akhir musim hujan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pada tahun pertama setiap tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 50g, SP-36 25g, dan KCL 20g, semakin tinggi umur

12 tanaman maka semakin banyak dosis pupuk yang diberikan agar mengahasilkan masa kemasakan buah yang bagus dan kualitas yang bagus pula. 2.2.3 Bibit Pemindahan kecambah kopi ke persemaian harus dilakukan dengan sangat hati hati supaya akar tidak rusak. Pemindahan ini tidak boleh dilakukan dengan cara mencabut, melainkan harus dicongkel dengan sebilah bambu atau solet. Sebelum bibit dipindahkan ke persemaian harus diseleksi bentuk perakarannya terlebih dahulu, karena akar yang pertumbuhannya bengkok kurang baik, tanaman menjadi kerdil. Tanah persemaian dicangkul sedalam 70 cm atau lebih, karena bibit akan berada dipersemaian agak lama sekurang kurangnya 9 bulan. Agar struktur tanah menjadi baik, setelah pencangkulan itu sudah bersih dari batu-batuan dan sisa-sisa kayu, kemudian barulah diberi pupuk organik. Pupuk tersebut dapat berupa pupuk kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau dan lain sebagainya. Selanjutnya pada tanah persemaian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1.20 m dan panjang 10 m, dan bedengan tersebut dibuat membujur ke arah utara selatan. Penanaman dilakukan dengan sangat hati-hati, dengan maksud supaya akar dan batang kepelan tidak rusak. Untuk keperluan tersebut, tempat-tempat yang akan ditanami harus dibuat lubang terlebih dahulu dengan suatu alat tertentu, misalnya bilah bambu atau tusuk. Kemudian barulah bagian akar dan batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang dengan tangan kiri, dan tangan kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati-hati sekali. Jarak antara daun kepelan dengan tanah lebih kurang 3 cm.

13 2.2.4 Iklim Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit. Pohon kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, terlebih pada musim kemarau karena angin akan meningkatkan penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusak tanaman di bawahnya. Curah hujan yang optimum berkisar 2.000 3.000 mm per tahun dengan lebih kurang tiga bulan kering. Masa kering ini diperlukan bagi pembentukan priomordia bunga, pembungaan dan penyerbukan terutama bagi kopi Arabika. Tanaman kopi tumbuh subur di zona 200 Lintang Utara- 200 Lintang Selatan. Perkembangan tanaman kopi dipengaruhi tingkat elevasi, tempratur, penyinaran, curah hujan, dan angin. Kopi tumbuh subur pada ketinggian kurang lebih 500-2000 meter dari permukaan laut. Temperatur udara berkisar 17-24 0 C mempengaruhi kesuburan tanaman kopi dan bergantung pada jenis kopi yang ditanam. Tanaman kopi salah satu tanaman yang membutuhkan curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar 2000-3000 milimeter pertahun dan tiga bulan masa kering. Tanaman kopi membutuhkan sinar matahari secara teratur tetapi tidak secara langsung dan tidak dalam jumlah besar. Untuk itu, menanam kopi harus diselingi dengan tanaman pelindung. Bagi tanaman kopi angin merupakan unsur pembantu

14 penyerbukan. Oleh karena itu, kopi tumbuh subur di daerah sejuk dengan angin semilir. 2.2.5 Tanah Tanah yang dibutuhkan untuk tanaman kopi berbeda-beda menurut keadaan dari mana tanaman tersebut berasal. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah untuk tanaman kopi tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang-kurangnya ke dalaman air tanah 3 meter dari permukaan. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Karena tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek. Tanah pasir berat pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara hasilnya sangat memuaskan. karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembuahan. Sebaliknya, pada tanah-tanah yang ditanami kembali (replanting), pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu

15 tanam ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanannya juga berbeda. Kondisi tanah yang ideal untuk tanaman kopi adalah solum yang cukup dalam, tekstur tanah lempung atau lempung berpasir, struktur tanah gembur, kandungan humus paling sedikit 3%, drainase baik dan ph 5.0 6.5. Tanaman kopi memerlukan pupuk organik yang diberikan secara teratur untuk mencukupi kandungan unsur organik minimal 3%. Tercukupinya kebutuhan unsur hara akan menumbuhkan akar tumbuhan kopi yang kuat sehingga proses penyerapan zat nutrisi dari tanah bisa berlangsung optimal. Sistem drainase kurang baik dapat menyebabkan akar mudah busuk, tanaman kopi tumbuh kerdil, dan kekuningan. 2.2.6 Tenaga Kerja Petani kopi dalam mengelola kebunnya memerlukan tenaga kerja tambahan untuk membantu dalam mengelola kebunnya. Tenaga kerja yang digunakan biasanya yang sudah mengerti dalam mengelola kebun kopi tersebut. Tenaga kerja yang digunakan biasanya untuk keperluan sanitasi kebun, pemupukan tanaman kopi, penyemprotan dan dalam pemanenan. Dalam hal ini, petani harus bisa membagi hasil panen untuk biaya pupuk dan tenaga kerja yang digunakan sehingga tidak rugi. Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan batang tunggal dan pemangkasan batang ganda. Pemangkasan berbatang tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang sekunder seperti arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan diperkebunan rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai pada perkebunan di

16 daerah dataran rendah dan basah. Berdasarkan tujuannya, pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi menjadi tiga macam yaitu: Pemengkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan. Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga untuk membuang cabang-cabang yang terkena penyakit atau hama. Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami penurunan produksi, hasil kuranng dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk yang sudah tak beraturan. Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan untuk menjaga ketersediaan nutrisi. Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih muda. Penyiangan dilakukan setiap dua minggu, dan bersihkan gulma yang ada dibawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar, pengendalian gulma yang ada diluar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup tanah. Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja. Selain itu ada juga Pemangkasan Lepas Panen (PLP) sering disebut sebagai pangkasan produksi. Pelaksanaan pangkasan produksi bertujuan agar produksi kopi untuk tahun berikutnya dapat berbuah lebat. Dengan mengatur cabang-cabang produktif dan membuang cabang cabang yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

17 Pemangkasan produksi akan mudah dilakukan bila bentuk tanaman sudah berbentuk simetris, karena cabang-cabang tersebut harus dipangkas atau dipotong sehingga dalam pelaksanaannya tidak begitu memerlukan ketrampilan khusus. Lain halnya bila bentuk tanaman tidak teratur pertumbuhan cabangnya atau berbentuk payung dalam melaksanakan pemangkasan lepas panen harus memiliki ketrampilan dan keahlian dalam memangkas cabang mana yang harus dipotong dan dibuang. Pada pelaksanaan pemangkasan produksi atau pemangkasan lepas panen cabang-cabang yang perlu dipotong dan dibuang adalah cabang-cabang sebagai berikut : 1. Cabang mati / kering 2. Cabang tidak produktif / cabang tua ( B 4 ) 3. Cabang balik 4. Cabang Cacung 5. Cabang Kpas 6. Cabang Sakit 7. Tunas air 8. Kuping Lowo Rejuvinasi atau peremajaan sangat penting dilaksanakan pada tanaman yang sudah tidak produktif atau pada tanaman tua, dalam pelaksanaannya bisa dilakukan secara bertahap bisa juga secara total. Peremajaan/rejuvunasi sececara bertahap dapat dilakukan dengan sistim sewing samping, dimana dalam pelaksanaannya hanya bagian sisi samping dari

18 tanaman kopi yang dipotong dan sisi samping lainnya dibiarkan tumbuh. Sehingga dengan demikian petani kopi masih bisa memanen kopinya sambil menunggu pelaksanaan peremajaan. Setelah sisi samping dipangkas akan tumbuh tunas air dari batang pokok, dan tunas air tersebut dilakukan penyambungan pada ketinggian 100 cm 140 cm. Bila tunas air disambung dan menunjukkan gejalah jadi baru batang pokok dipotong diatas tumbuh tunas air. Peremajaan total yaitu memotong batang pokok tanaman kopi secara bersama- sama dalam hamparan kebun tanpa menyisakan satupun pohonnya. Tinggi pemotongan tergantung tujuan pembentukan tanaman, bila mengingginkan bentuk mercy dipotong pada ketinggian 80 cm 100 cm dan bila mengingginkan bentuk paying dipotong pada ketinggian 140 cm 160 cm. Pelaksanaan peremajaan/rejuvinasi sebaiknya dilaksanakan setelah panen kopi atau pada bulan Agustus sampai bulan Oktober, sehingga tunas air/cabang autotrop bisa dilakukan penyambungan pada bulan januari atau pada bulan Pebruari. 2.2.7 Penggunaan Biopestisida Tanaman kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyak jenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama pada tanaman kopiyang tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis yang merupakan hama utama tanaman kopi, yaitu hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, penggerek cabang hitam Xylosandrus

19 compactus, penggerek cabang coklat X.morigerus, kutu hijau Coccus viridis, dan penggerek batang merah Zeuzera coffea (Kadir dkk., 2003). Kehilangan hasil yang sangat berarti pada tanaman kopi adalah kerusakan oleh hama penggerek buah kopi atau hama bubuk buah kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera:Scolytidae). Hama ini dapat menyebabkan kerugian yang serius dengan berkurangnya produksi maupun turunnya mutu kopi akibat biji berlubang. Kerugian hasil yang ditimbulkan adalah sebesar 20-40% dengan intensitas serangan rata-rata sebesar 40%. Pengendalian dengan insektisida sukar dilakukan karena hampir semua stadium perkembangan serangga H.hampei berada di dalam buah kopi dan kadang kala ketinggian pohon kopi dapat melebihi tinggi manusia, sehingga aplikasi insektisida kurang efektif (Tobing, dkk dalam Virma, 2008). Dalam masalah penurunan produktivitas dan mutu kopi di Indonesia karena petani masih mengandalkan penggunaan insektisida. Penggunaan insektisida sintetik disamping meninggalkan residu pada produk, juga dapat membunuh parasitoid hama penggerek buah kopi yaitu Cephalonomia stephanoderis Betr.; Prorops nasuta Waterston (Hymenoptera, Bethylidae) dan Heterospilus coffeicola Schm. (Hymenoptera: Braconidae) yang terdapat pada ekosistem yang sama dengan hama H. hampei (Barerra et al., 1990 dan Kalshoven, 1981). Padahal keberadaan parasitoid tersebut penting dipertahankan, karena dapat menekan hama secara alami. Selain itu penggunaan insektisida kimia diduga kurang efektif karena hampir semua stadium perkembangan serangga berada dalam buah.

20 Agen pengendalian hayati yang mempunyai prospek baik dalam mengendalikan hama PBKo adalah yang dikemas dalam bentuk pestisida hayati, pemangsa, dan parasitoid. Pestisida hayati merupakan pilihan utama untuk dikembangkan di Indonesia karena risiko yang rendah terhadap pencemaran lingkungan, mudah penggunaannya karena petani sudah terbiasa dengan berbagai alat pengendalian, khususnya alat semprot, dan harganya relatif lebih murah dibandingkan harga pestisida kimia (Mangoendihardjo dan Wagiman, 1989). Penggunaan patogen serangga bila berhasil mengendalikan suatu hama, akan lebih memapankan patogen dalam suatu ekosistem, sehingga dapat menjadi agens pengendalian alami bagi hama sasaran (Untung dan Mangoendihardjo, 1994). 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Produksi Dalam konteks teori produksi kaitannya dengan pertanian, faktor penting dalam pengelolaan sumber daya produksi adalah faktor alam (tanah), modal dan tenaga kerja selain itu juga faktor manajemen. Modal yang dimaksud termasuk biaya pembelian pupuk, pestisida dan bibit. Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian. Faktor produksi tanah, modal dan keahlian dianggap tetap jumlahnya sedangkan faktor produksi tenaga kerja jumlahnya berubah-ubah. Hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai digambarkan dalam hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang

21 digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. Faktor produksi dikenal dengan istilah input sedangkan jumlah produksi biasa disebut sebagai output. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk umum: Q = f (K, L, R, T) Dimana Q adalah output atau keluaran yang merupakan jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai faktor produksi, K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah Tanah (resources) dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah resources dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Di samping itu untuk, untuk satu tingkat produksi tertentu, dapat pula digunkan gabungan faktor produksi yang berbeda. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang tersebut (Sukirno, 2011). 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis pengaruh penggunaan biopestisida terhadap biaya pengelolaan kebun dan peningkatan produksi petani kopi antara lain:

22 1. Rosmahani, dkk (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Aplikasi atau penerapan PHT (PHT dengan menggunakan pestisida nabati (biopestisida)) efektif menekan serangan penyakit karat daun kopi, populasi nematoda parasit (P. coffeae dan R. Similis., menyebabkan keragaan tanaman kopi arabika lebih tegar dan subur. Penggunaan biopestisida juga dapat meningkatkan produksi biji kopi basah 2,88 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan cara petani. Tetapi pengendalian dengan menggunakan biopestisida belum memberikan peningkatan pendapatan karena harga jual biji kopi rendah yaitu 1.750,-/kg glondong basah. Harga jual rendah karena hasil biji kopi dikawasan Jabung rendah (total produksi biji kopi basah kurang dari 1 ton). Jika produksi biji kopi basah dalam satu kawasan lebih dari 1 ton maka harga jual biji kopi basah lebih tinggi yaitu Rp.2.500,-/kg, sehingga penerapan biopestisda akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 1.818.860,- dibandingkan dengan cara petani setempat. Biaya produksi aplikasi Biopestisida sebesar Rp.4.954.200,-/ha 2. Sudaryati (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor faktor yang berpengaruh terhadap produksi kopi secara signifikan adalah luas lahan, jumlah tanaman. 3. Nainggolan (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variablevariabel harga kopi domestik, harga ekspektasi kopi domestik, harga teh, harga gula dan pendapatan perkapita, sebesar 96,93% dan sisanya sebesar 3,07% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor ekonomi yang

23 signifikan yang memengaruhi permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara ialah harga kopi domestik, harga ekspektasi kopi domestik, harga gula dan pendapatan per kapita. 4. Martina (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa luas lahan dan upah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kopi petani, sedangkan luas lahan, upah tenaga kerja dan biaya pemeliharaan berpengaruh nyata secara serentak terhadap produksi kopi petani. Pendapatan petani kopi tidak hanya didasarkan kepada jumlah produksi kopi yang dihasilkan tetapi juga tergantung pada harga kopi yang terjadi pada tingkat petani. Harga kopi pada tingkat petani sangat tergantung pada perubahan harga pada tingkat ekspor yang memperlihatkan adanya pengaruh tidak langsung kegiatan ekspor terhadap pendapatan petani. 5. Hasbiullah (2006), dalam penelitiannnya yang berjudul Analisis Pengaruh Tenaga Kerja dan Luas Lahan Terhadap Produksi Kopi di Kabupaten Enrekang menyimpulkan hasil analisa terlihat bahwa tenaga kerja dan luas lahan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktifitas kopi di Kabupaten Enrekang. Dari hasil regresi terlihat bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan luas lahan memiliki pengaruh yang positif dalam menentukan produksi. Ini dilihat dari semakin meningkatnya penggunaan tenaga kerja dan luas lahan yang digunakan berpengaruh terhadap peningkatan produksi kopi di Kabupaten Enrekang.

24 2.4. Kerangka Pemikiran Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi hasil produksi. Dengan tingginya produksi biji kopi, Indonesia juga harus berupaya agar dapat menjadi eksportir biji kopi dan olahannya yang terbesar di dunia. Penyebab utama penurunan produksi kopi saat ini bahkan diseluruh negara penghasil kopi diakibatkan oleh serangan hama penggerek buah kopi. Salah satu teknik pengendalian yang sudah dikembangkan di Indonesia adalah dengan pengelolaan kebun dan penggunaan Biopestisida. Penggunaan biopestisida digunakan untuk mengendalikan serangan hama pada tanaman kopi. Akibat dari serangan hama yang tinggi dapat menyebabkan penurunan produksi kopi. Bila pengendalian hama pada tanaman kopi ini dilakukan dengan menggunakan pestisida maka dapat menimbulkan residu pestisida pada buah kopi yang menyebabkan kopi di Indonesia mengalami penolakan oleh negara lain yang mengimpor kopi dari Indonesia, sehingga salah satu cara pengendalian serangan hama ini dilakukan dengan penggunaan biopestisida. Dimana penggunaan biopsetisida ini salah satu cara yang efektif dalam pengendalian hama PBKo sehingga produksi buah kopi dapat meningkat dengan berkurangnya serangan hama PBKo. Selain penggunaan biopestisida dalam pengendalian serangan hama PBKo dapat juga dilakukan dengan pengelolaan kebun yang baik, pengelolaan kebun ini dilakukan dengan pemangkasan tunas-tunas liar pada tanaman kopi, sehingga unsur hara yang diperoleh dari tanah dan juga dari daun berguna untuk peningkatan produksi buah kopi. Selain pemangkasan, untuk peningkatan

25 produksi buah kopi juga dapat dilakukan dengan sanitasi di sekitar piringan tanaman kopi, sanitasi ini bertujuan untuk membersihkan buah-buah kopi yang terjatuh disekitar piringan tanaman kopi. Buah-buah disekitar piringan kopi ini juga merupakan tempat berkembangnya hama PBKo. Sehingga kebersihan piringan kopi dari buah yang jatuh dan juga gulma yang tumbuh perlu diperhatikan. Alur kerangka berfikir dalam penelitian dijelaskan pada Gambar 1. Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) PENGGUNAAN BIOPESTISIDA PRODUKSI KOPI PENGELOLAAN KEBUN Sanitasi Pemangkasan Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1. Penggunaan biopestisida dan pengelolaan kebun berpengaruh nyata secara serempak dan parsial terhadap produksi kopi petani di Kabupaten Simalungun.

26 2. Penggunaan biopestisida yang lebih dominan dalam meningkatkan produksi kopi di Kabupaten Simalungun dari pada pengelolaan kebun.