BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pelangsungan berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki tujuan nasional yang tertuang dalam Undang-undang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional di Indonesia termasuk di dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20 Pasal 3. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20 Pasal 3, tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas 2006: 68). Berkembangnya potensi peserta didik agar mampu memenuhi kriteria Undang-Undang Nomor 20 Pasal 3 Sistem Pendidikan Nasional memerlukan proses. Proses tersebut dikatakan sebagai proses belajar. Proses belajar berlangsung dalam satuan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Salah satu pendidikan dasar di jalur formal yaitu Sekolah Dasar (SD) (Depdiknas 2006: 66). Pendidikan di SD mencakup semua mata pelajaran. Mata pelajaran yang ada di SD terdiri dari mata pelajaran yang bersifat eksak dan non eksak. Mata pelajaran di SD yang bersifat eksak antara lain: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Daerah, Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), serta Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD bertujuan agar peserta didik terampil berbahasa lisan dan tulis. Mata pelajaran Bahasa Indonesia ini memberikan keterampilan kepada peserta didik tentang bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan benar yang diwujudkan secara lisan maupun tulis. 1

2 Selain itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, serta berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Menurut Iskandarwassid (2009 :226) bahasa dipergunakan pada sebagian besar aktivitas manusia, tanpa bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaannya, menyampaikan keinginan, memberikan saran dan pendapat. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa yang dimiliki oleh peserta didik dapat menjadi indikasi semakin baik pula penggunaan bahasa peserta didik dalam berkomunikasi/berbicara. Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari adalah keterampilan berbicara sebagai media komunikasi lisan yang efektif. Lazarton (2001:104) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa sangat berpengaruh dalam keterampilan berbicara. Keterampilan berbahasa tersebut mencakup keempat aspek, seperti: yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Tarigan (2008:3) menyatakan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak. Menurut Nunan (2011 :48) Berbicara merupakan kemampuan memproduksi ujaran secara lisan dan sistematis untuk menyatakan suatu maksud tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa keterampilan berbicara dilakukan secara sistematis, runtut, dan terpola. Pembicaraan itu sendiri bertujuan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Mempunyai keterampilan berbicara tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak orang yang pandai menulis, tetapi ketika diminta menyampikan tulisannya dalam bentuk lisan hasilnya tidak begitu bagus. Begitu pula sebaliknya, banyak orang yang dapat berbicara dengan baik, tetapi menemui kendala ketika diminta menuliskan idenya. Senada dengan hal tersebut, Arsjad dan Mukti (1993:1) berpendapat bahwa kadang-kadang pokok pembicaraan yang disampaikan oleh sesorang cukup menarik, tetapi karena penyajiannya kurang

3 menarik, hasilnyanya pun kurang memuaskan. Oleh karena itu, keterampilan berbicara perlu dilatihkan. Bertolak dari beberapa pendapat di atas, syarat seseorang mempunyai keterampilan berbicara secara lancar tidak hanya dari pengetahuan tentang ciri-ciri bahasa, tetapi juga dari kemampuannya untuk memproses informasi bahasa tersebut (Harmer, 2001: 269). Walaupun sebagian orang menganggap mudah untuk bisa berbahasa lisan atau berbicara, tetapi tidak semua orang memiliki keterampilan untuk berbahasa lisan atau berbicara secara baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pembicaraan keterampilan berbahasa lisan di pendidikan formal khususnya di Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa lisan (berbicara) dan tulis yang terintegrasi tersebut akan dimulai pada pembelajaran di kelas awal, yaitu Sekolah Dasar. Keterampilan berbahasa lisan maupun tulis pada peserta didik di SD dapat dilatihkan melalui salah satu mata pelajaran di SD, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mulai diberikan di kelas 1 SD. Selain itu, keterampilan berbahasa lisan (berbicara) di SD merupakan inti dari proses pembelajaran di sekolah, karena dengan pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengekspresikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan. Setiap keterampilan yang sudah dibahas di atas memiliki hubungan yang erat serta dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikiran seseorang. Semakin terampil sesorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pulalah jalan pikirannya. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berati sama pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan 1993:1).

4 Berdasarkan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan aktivitas untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Keterampilan berbicara juga mampu memunculkan dan melahirkan generasi masa depan yang kritis, cerdas, kreatif dan berbudaya serta salah satu mata pelajaran yang dapat menjembatani dan menjadi salah satu alat pemersatu terpenting bagi seluruh umat manusia maupun pendengar. Di dalam kelas khusus pembelajaran keterampilan berbicara, diharapkan peserta didik dapat mengekspresikan pikiran, mengungkapkan perasaan, keinginan, saran dan pendapat secara lisan maupun tulis. Kedua pengungkapan tersebut, baik secara lisan maupun tulis tidak langsung dapat dikuasai oleh peserta didik begitu saja. Peserta didik harus belajar untuk dapat menguasai keterampilan berbahasa lisan dan tulis dengan baik melalui sebuah proses pembelajaran yang dapat membantu mereka menemukan mengenai aspek-aspek yang diinginkan secara tepat. Peserta didik yang mengikuti kelas Bahasa Indonesia boleh jadi sudah menguasai keterampilan berbicara di dalam Bahasa Indonesia, tetapi keterampilan yang dikuasai itu terutama berupa keterampilan berbicara dalam keadaan bersemuka (satu lawan satu) atau dalam kelompok kecil, itupun terjadi dalam situasi yang tidak resmi. Bagi banyak siswa/peserta didik, kegiatan berbicara secara resmi (berbicara di depan umum), meskipun itu hanya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, dapat merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan. Jika hal tersebut dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, keadaan seperti ini tentu mengakibatkan kelas terkesan tidak hidup karena itu di situ tidak terjadi interaksi seperti yang seharusnya. Begitu juga yang sering terjadi dalam permasalahan di kelas, guru aktif menerangkan, tetapi siswa hanya mendengarkan bahan yang diajarkan. Padahal, keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi juga oleh keaktifan para siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Akibatnya, suasana pembelajaran kurang menggairahkan. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru pun dituntut untuk

5 meningkatkan profesionalismenya dalam pembelajaran khususnya pada keterampilan berbicara. Seorang guru tidak selayaknya masuk ke dalam kelas dan mengajar seadanya tanpa persiapan sama sekali. Karena setiap bahan pembelajaran butuh model atau metode yang dijabarkan lewat model pembelajaran agar substansi pembelajaran tercapai secara maksimal. Guru memiliki kewajiban memilih metode maupun model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi dan mempertimbangkan setiap hal dalam pemilihan metode maupun model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal dengan efektif dan efisien. Oleh sebab itu, pengajaran yang baik menjadi tanggung jawab para pengajar. Sebagai seorang guru, guru harus jeli melihat keadaaan para siswasiswinya baik di dalam pembelajaran atau pun di luar pembelajaran. Begitu pula ketika proses belajar-mengajar dimulai, guru harus mampu menyusun strategi atau metode pembelajaran yang ampuh untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan, terlihat bahwa keterampilan berbicara di Sekolah Dasar tersebut kurang begitu diperhatikan. Penekanan pembelajaran berbahasa umumnya masih terletak pada keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara lebih dikesampingkan sehingga tidak jarang masih terdapat siswa yang tidak bisa menyampaikan pesan/informasi dalam bahasa lisan secara baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa masih banyak siswa Sekolah Dasar yang kurang mampu mengekspresikan diri lewat kegiatan berbicara atau dengan kata lain keterampilan berbicara siswa masih tergolong rendah. Siswa seringkali malu ketika diminta berbicara atau berbicara di depan kelas. Bahkan tidak jarang beberapa siswa masih merasa takut berdiri dan berbicara di hadapan teman sekelasnya. Bahkan ada siswa yang berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa segalanya jika berdiri di depan kelas untuk berbicara.

6 Kondisi ini dimungkinkan karena rendahnya penguasaan siswa akan topik yang dibahas sehingga siswa tidak mampu memfokuskan hal-hal yang ingin diucapkan. Akibatnya, arah pembicaraan menjadi kurang jelas sehungga inti dari bahasan tersebut tidak tersampaikan. Hal yang bertolak dengan harapan ideal tersebut belum sepenuhnya terintegrasi dengan baik, khususnya pada pembelajaran keterampilan berbicara pada Bahasa Indonesia. Siswa belum banyak dilibatkan pada kegiatan praktik berbicara yang sesuai dengan konteks nilai-nilai Bahasa Indonesia, sehingga tujuan pembelajaran belum dapat terukur dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan pedoman untuk mengetahui ketercapaian pada pembelajaran keterampilan berbicara. Permasalahan rendahnya keterampilan berbicara siswa juga terjadi pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. Data yang diperoleh dari hasil pembelajaran keterampilan berbicara oleh guru kelas 4 sebelum peneliti mengadakan tindakan menunjukkan bahwa hanya terdapat 14 siswa atau 38,89% dari 36 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas KKM), sedangkan sisanya 22 siswa atau 61,1% mendapat nilai dibawah 70. Kenyataan yang demikian dapat diindikasikan bahwa keterampilan berbicara siswa di Sekolah Dasar masih rendah khususnya pada kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai landasan yang melatarbelakangi adanya upaya meningkatkan proses dan hasil keterampilan berbicara pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. Bertolak dari observasi awal dan hasil wawancara dengan guru kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dapat diidentifikasikan beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah rendahnya keterampilan berbicara pada siswa diantaranya: (1) Sikap siswa ketika berbicara dalam kegiatan berbicara terlihat tegang dan kurang rileks. Pada umumnya siswa merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan kelas. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kualitas tuturan siswa dalam berbicara dan siswa masih kesulitan dalam mengucapkan bahasa lisan yang akan disampaikan (2) Kurangnya latihan keterampilan berbicara

7 yang diterapkan dalam pembelajaran. Keadaan ini mengakibatkan siswa kurang terlatih kemampuan berbicaranya terutama di depan kelas dan ketepatan dalam menggunakan bahasa masih kurang. Siswa kurang mampu mengorganisasi perkataannya sehingga pembicaraan ternilai kurang runtut (sistematis) dan masih terbata-bata. (3) Proses pembelajaran keterampilan berbicara yang diterapkan guru masih menggunakan metode yang konvesional sehingga mengurangi minat dan antusias bagi siswa. Metode mengajar guru yang masih konvesional membuat pembelajaran berbahasa pada keterampilan berbicara menjadi sesuatu yang membosankan bagi siswa. Beberapa faktor penyebab rendahnya keterampilan berbicara tersebut jika tidak segera diatasi akan berdampak pada rendahnya keterampilan berbicara siswa yang berkelanjutan. Keadaan tersebut juga menyebabkan siswa kurang terampil berbicara terutama pada saat tampil berbicara di depan kelas sehingga siswa tidak bisa mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis dan guru bekerja sama untuk mendiskusikan dan menemukan solusi dari permasalahan yang terdapat pada keterampilan berbicara yang dialami siswa. Maka, melalui observasi serta masalah yang penulis temukan, penulis tertarik untuk memperbaiki hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dengan cara menerapkan model SAVI melalui metode Role Playing. Dalam penerapan model maupun metode ini,diharapkan dapat memperbaiki proses belajar maupun hasil belajar keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bertolak dari uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan suatu upaya dalam meningkatkan keterampilan berbicara melalui penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Menggunakan Model SAVI Dengan Metode Role Playing Siswa Kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) dan wawancara peneliti dengan guru kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dan peserta didik kelas 4, peneliti menemukan beberapa penyebab rendahnya hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara. Penyebab tersebut antara lain: a. Pemahaman konsep materi kurang b. Rendahnya tingkat penyerapan terhadap materi yang dijelaskan oleh guru c. Kurangnya kemampuan berbicara siswa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar d. Lambannya dalam menyelesaikan tugas karena faktor kurang pemahaman mengenai materi yang disampaikan e. Guru kurang menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas berkaitan dengan nilai siswa yang tergolong rendah tersebut diakibatkan karena guru kurang kreatif dalam menerapkan model maupun metode yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara. Oleh sebab itu penerapan model maupun metode yang cocok menjadi salah satu patokan dalam memperbaiki hasil belajar keterampilan berbicara siswa seperti halnya dalam menggunakan model SAVI dan metode Role Playing. Mengingat bahwa pembelajaran SAVI lebih banyak melibatkan seluruh alat indera/pikiran, sehingga dalam penerapan model ini, siswa dengan mudah menerima materi yang diajarkan oleh guru. Sedangkan Role Playing mempunyai kecocokan dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Metode bermain peran (role playing) membuat siswa seolah-olah ada dalam situasi yang digambarkan dalam teks percakapan melalui telepon dimana dapat mendorong peserta didik untuk menampilkan situasi yang diharapkan. Peserta didik dapat

9 mengeluarkan kemampuan yang dimiliki dengan maksimal dalam menguasai keterampilan berbicara. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maupun identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji penulis dalam penelitian adalah Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara pada Bahasa Indonesia Menggunakan Model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy) dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan Tahun Ajaran 2015-2016 sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy) dengan metode Role Playing (bermain peran) dalam peningkatan proses pembelajaran keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan? b. Apakah peningkatan proses pembelajaran melalui model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually) dan metode Role Playing (Bermain Peran) dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan Tahun Ajaran 2015/2016? 1.4 Tujuan Penelitian Dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dengan metode Role Playing siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan tahun ajaran 2015/2016. b. Meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui peningkatan proses pembelajaran dengan menggunakan model

10 pembelajaran SAVI dengan metode Role Playing siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan tahun ajaran 2015/2016. 1.5 Manfaat Penilitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis 1.5.1 Manfaat Teoretis a. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara pada bahasa Indonesia dapat ditingkatkan dengan menggunakan model SAVI dengan metode Role Playing. b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan dan khasanah keilmuan khususnya tentang pembelajaran bahasa, terutama pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model SAVI dengan metode Role Playing. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Siswa: 1) Meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara 2) Siswa akan merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif dengan bermain peran (role playing) 3) Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi bagi siswa pada kelompok bermain peran. 4) Melatih siswa berbicara menggunakan bahasa yang baik dan tepat 5) Meningkatkan keterampilan berbicara siswa sehingga hasil belajar akan meningkat secara signifikan. b. Bagi Guru: 1) Guru dapat menerapkan model SAVI dengan metode role playing dalam meningkatkan pembelajaran keterampilan berbicara.

11 2) Guru dapat termotivasi agar bisa menerapkan metode maupun model pembelajaran yang menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran. 3) Guru dapat lebih memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik terutama pada penggunaan bahasa Indonesia yang tepat pada saat berbicara. 4) Untuk meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. c. Bagi Sekolah: 1) Meningkatkan perbaikan dan keberhasilan proses pembelajaran di sekolah yaitu terkait pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model SAVI dengan metode role playing. 2) Mendorong guru lain untuk menerapkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dengan menggunakan model SAVI dengan metode Role Playing.