BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh laba. Didasarkan atas kegiatan utama yang dijalankan secara garis besar jenis perusahaan dapat digolongkan menjadi perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur (Soemarso, 2004). Pada dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, dagang maupun manufaktur memiliki tujuan utama yaitu untuk memperoleh laba dan menjaga kesinambungan perusahaan di masa yang akan datang. Profitabilitas bagi perusahaan merupakan masalah yang sangat penting. Bagi pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidak perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan, maka ada peluang untuk meningkatkan gaji karyawan (Nina, 2010). Profitabilitas yang stabil akan menguntungkan manajemen, seperti mempertahankan posisi jabatan apabila kinerja diukur dengan tingkat laba yang mampu dihasilkan. 1
2 Kinerja manajemen perusahaan dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan tersebut. Dalam hal ini, profitabilitas merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir risiko dalam investasi atau meminjamkan dana (Nuvita, 2012). Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan berarti perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, sehingga tingkat laba yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Profitabilitas yang fluktuatif dan menurun inilah yang memicu timbulnya tindakan perataan laba (Meni, 2013). Risiko keuangan juga memicu timbulnya perataan laba. Risiko keuangan berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi aktivitas kewajiban pendanaannya. Hal ini biasa dikenal dengan istilah leverage yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2007). Semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mengimbangi tingkat resiko yang tinggi maka pihak manajemen berupaya untuk melakukan tindakan perataan laba guna mengurangi risiko perusahaan sehingga investor tidak takut untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
3 Nilai perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Nilai perusahaan secara umum merupakan pandangan investor terhadap perusahaan yang dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun (Noerirawan, 2012). Menurut Rachmawati dan Triatmoko (2007), bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah harga saham maka nilai perusahaan akan semakin rendah. Biasanya para pemegang saham dalam mengambil keputusan investasi akan terpusat pada nilai saham perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi diasumsikan bahwa perusahaan tersebut memiliki tata kelola yang baik. Biasanya perusahaan dengan nilai perusahaan yang tinggi akan cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai perusahaan tetap tinggi sehingga dapat menarik para investor (Suranta dalam Dhamar dan Aria, 2010). Hal ini mendorong pihak manajemen untuk melakukan perataan laba agar nilai perusahaan selalu tinggi agar para investor akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Perusahaan bisa mendapatkan laba yang sangat tinggi kemudian akan menurun drastis pada periode berikutnya, dan hal ini dipandang oleh
4 investor sebagai lahan yang tidak aman untuk berinvestasi. Pada akhirnya, manajer bisa mengambil kesimpulan bahwa ada kecenderungan bahwa laba adalah satu-satunya hal yang diperhatikan dari seluruh bagian dalam laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan kecenderungan tersebut memancing manajer untuk melakukan disfunctional behavior (perilaku tidak semestinya) dalam laporan keuangannya (Budiasih, 2009). Laporan keuangan merupakan suatu cerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manjemen adalah laba (Ary, 2008). Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba (income smoothing). Menurut Scott (2009) dalam Yashinta (2013), terdapat dua tujuan manajemen perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba. Pertama, manajemen perusahaan berusaha untuk menambah tingkat transparasi laba dalam mengkomunikasikan hal yang bersifat informasi internal perusahaan, dalam hal ini perataan laba yang dilakukan bersifat efisien. Sedangkan yang kedua adalah manajemen perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri, dalam hal ini perataan laba bersifat oportunistik. Praktik perataan laba yang bersifat
5 oportunitik inilah yang membuat investor salah dalam mengambil keputusan investasinya. Menurut Beidleman, dalam Ahmed Riahi dan Belkaoui (2007), mendifinisikan perataan laba sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi yang abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik. Praktik perataan laba meliputi usaha pihak manajemen untuk membuat laba yang dilaporkan menjadi lebih besar atau lebih kecil sesuai dengan tujuan dari manajemen tersebut. Manajemen akan memperkecil laba yang dilaporkan jika laba yang sebenarnya terlalu besar. Begitu pula sebaliknya, manajemen akan memperbesar laba jika laba yang sebenarnya terlalu kecil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Manajemen menjaga tingkat fluktuasi agar nilai laba cenderung stabil setiap tahunnya. Laba yang stabil memberikan presepsi pada investor bahwa tingkat return saham yang diharapkan tinggi dan tingkat risiko dari saham rendah, sehingga tingkat kinerja dari perusahaan tersebut kelihatannya baik (Endang, 2009). Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum dan dilakukan banyak negara. Pada umumnya, praktik perataan laba terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir dkk, 2002). Praktik perataan laba dilakukan dengan sengaja dan
6 dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Akibatnya, investor tidak memperoleh informasi yang akurat, yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka. Fenomena perataan laba di Indonesia pernah terjadi pada PT. Kimia Farma Tbk yang diduga menggelembungkan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (2002) diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk yang mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun 31 Desember 2001 sebesar 32,7 miliar dari laba bersih PT. Kimia Farma Tbk. Kasus praktik perataan laba juga pernah terjadi pada PT. Indofarma Tbk tahun 2004, dimana Bapepam menemukan bahwa terdapat nilai barang dalam proses PT. Indofarma Tbk lebih tinggi dari nilai yang seharusnya (overstated). Akibatnya harga pokok penjualan akan understated sebesar 28,8 miliar dan laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang sama pula. Selain itu, kasus perataan laba seperti pada kasus manipulasi penjualan terjadi juga pada PT. Bank Lippo Tbk yang menerbitkan laporan keuangan ganda. Kasus tersebut menjadi fenomena tersendiri bagi dunia bisnis karena menunjukkan bagaimana manipulasi laporan keuangan dapat dijadikan cara untuk menipu investor, petugas pajak, pemilik perusahaan, kreditor dan lain-lain.
7 Berdasarkan beberapa kasus di atas dapat disimpulkan bahwa kasus praktik perataan laba bukanlah hal yang baru di tengah-tengah perekonomian Indonesia. Tindakan tersebut dilakukan agar laporan keuangan perusahaan selalu terlihat baik sehingga para investor tidak memberikan nilai buruk dan akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Salah satu indikator bagi para investor dalam melihat perusahaan potensial dan menguntungkan adalah dengan memperhatikan penjualan dan laba bersihnya (Meni, 2013). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dunia otomotif semakin lama semakin marak dan mengalami kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru untuk menarik dan memenuhi kebutuhan konsumen. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia sendiri semakin pesat banyaknya produsen otomotif dunia menanamkan investasi besar di Indonesia. Alasan peneliti menjadikan perusahaan otomotif sebagai objek penelitian dikarenakan peneliti menilai perusahaan otomotif memiliki pangsa pasar dan jumlah konsumen yang cukup besar di Indonesia serta mengalami peningkatan tiap tahunnya. Kebutuhan konsumen akan alat transportasi terutama dibidang sepeda motor juga semakin meningkat. Selain harganya terjangkau, sistem pembayarannya pun juga dapat dilakukan secara kredit atau angsuran. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat penjualan dan pada akhirnya berdampak pada tingkat pertumbuhan laba
8 perusahaan. Jadi tidak menutup kemungkinan manajemen akan melakukan perataan laba atau memanipulasi data laporan keuangan untuk menarik para investor menanamkan sahamnya. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yashinta Pradyamitha Cendy (2013), terdapat beberapa hal-hal yang berbeda adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini lebih memfokuskan praktik perataan laba pada perusahaan manufakur dalam kelompok sub sektor otomotif yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada penelitian terdahulu meliputi semua perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI), kecuali perusahaan jasa keuangan. 2. Periode pengamatan dalam penelitian terdahulu meliputi periode tahun 2009 sampai dengan 2011. Penelitian ini meliputi periode mulai tahun 2009 sampai dengan 2013. 3. Penelitian ini mengganti variabel cash holding dengan variabel risiko keuangan sebagai variabel independennya. 4. Pada penelitian ini cara mengukur perataan laba dengan Indeks Eckel yaitu membandingkan Coefficient Variation (CV) perubahan laba dengan perubahan penjualan. Pada penelitian terdahulu perataan laba diukur dengan menggunakan rasio standar deviasi dari arus kas operasi terhadap standar deviasi laba sebelum pajak.
9 Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan dan Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI? 2. Apakah risiko keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI? 3. Apakah nilai perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?
10 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian masalah diatas, tujuan dari penelitin ini adalah untuk menganalisis secara empiris mengenai: a) Pengaruh profitabilitas terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. b) Pengaruh risiko keuangan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. c) Pengaruh nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. 2. Kontribusi Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai berikut: a) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan praktik perataan laba pada perusahaan otomotif, serta untuk penelitian yang akan datang diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan penelitian-penelitian berikutnya.
11 b) Manfaat Praktis 1) Bagi Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen perusahaan dalam membuat kebijakan-kebijakan di perusahaan dan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang sehingga tujuan utama perusahaan untuk mencapai laba dapat tercapai. 2) Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu investor untuk mencermati laporan keuangan yang terdapat dalam perusahaan otomotif dan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam keputusan untuk berinvestasi.