BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

2015 PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 INDIKATOR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di aparat pemerintahan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari temuantemuan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

V. IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chairil Fajar Hadiansyah, 2015

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri;

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2018 KEPALA PUSDIKLAT BPS. Drs. Razali Ritonga, MA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN

ALUR KARIR PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

PEMERINTAH KOTA DUMAI

-3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Bali.

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

2016, No Nomor 544); 4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendid

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 554 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

Profesionalisme Pengelolaan Diklat dengan Prinsip Tahu, Mau, dan Tanggung Jawab (TMT)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia yang tangguh serta berkualitas untuk mengantisipasi segala perubahan yang akan terjadi. Sumber daya manusia adalah salah satu asset yang sangat penting dalam suatu organisasi, yang sekaligus juga merupakan mitra organisasi dalam menjalankan aktivitasnya karena merekalah yang menghasilkan dan melaksanakan pekerjaan. Pentingnya kualitas sumber daya manusia tersebut dikarenakan peranannya sebagai motor penggerak yang dapat mempengaruhi kemampuan dan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pada prinsipnya, di organisasi manapun pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu condition sine qua non, atau sesuatu yang tidak dapat dihindarkan yang senantiasa harus secara terus menerus dilakukan. Seperti banyak diketahui, bagaimanapun canggihnya sarana dan prasarana organisasi namun jika tanpa ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maka organisasi tersebut akan sulit untuk maju dan berkembang. Sehubungan dengan peranan sumber daya manusia yang sangat penting dan strategis dalam organisasi pemerintah maka sangat perlu dilakukan pengembangan pegawai yang salah satunya berupa pendidikan dan pelatihan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam pengembangan organisasi pemerintah saat ini salah satu yang terpenting adalah upaya peningkatan kualitas 1

2 sumber daya manusia melalui proses pendidikan dan pelatihan yang lebih diarahkan pada pembentukan pribadi, pembentukan dan penanaman nilai di dalam diri pegawai sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pusdiklat Kementerian Agama adalah instansi yang mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga administrasi serta pembinaan UPT (Unit Pelaksana Teknis) diklat Teknis Keagamaan berdasarkan kebijakan teknis dan administrasi yang ditetapkan oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Fungsi Pusdiklat di lingkungan kementerian Agama adalah: 1. Penyiapan bahan perumusan visi, misi dan kebijakan di bidang Pusdiklat 2. Pelaksanaan koordinasi kegiatan di bidang penyusunan rencana, program dan anggaran pendidikan dan pelatihan di lingkungan Kementerian Agama 3. Penyelenggaraan pengelolaan penyusunan dan pengembangan standar nasional kediklatan meliputi : analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan, desain program, kurikulum, sarana, tenaga dan peserta pendidikan dan pelatihan 4. Penyelenggaraan penyusunan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang bersifat nasional dengan instansi terkait serta pembinaan dan pengembangan kelompok widyaiswara 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan Berdasar tugas dan fungsi Pusdiklat di atas, maka memberikan yang terbaik kepada para pegawai yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Pusdiklat

3 akhirnya menjadi suatu keharusan yang tak dapat ditawar lagi. Hal ini hanya bisa dilakukan jika unsur-unsur penyelenggara pendidikan dan pelatihan bahumembahu untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan sebaikbaiknya. Adapun penyelenggara pendidikan dan pelatihan adalah semua pegawai di Pusdiklat Kementerian Agama yang terlibat dalam kegiatan kediklatan. Unsur pegawai yang ada di dalam Pusdiklat Kementerian Agama terdiri dari pegawai dengan jabatan struktural, staf umum, dan jabatan fungsional widyaiswara. Jabatan struktural dalam hal ini adalah jabatan Kepala Pusdiklat (eselon 2), Kepala Bidang (eselon 3), dan Kepala seksi (eselon 4). Staf Umum (non eselon) adalah para pegawai yang membantu operasionalisasi kegiatan Pusdiklat. Sedangkan jabatan fungsional widyaiswara menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga Pendidikan dan Pelatihan pemerintah. Dengan kata lain, widyaiswara menjadi sumber daya yang mempunyai arti penting bagi instansi Pusdiklat dalam menjalankan tugas dan fungsinya memberikan penyelenggaraan pedidikan dan latihan kepada para pegawai di lingkungan kementerian Agama. Sebuah pendidikan dan pelatihan dikatakan berhasil jika peserta pendidikan dan pelatihan puas menerima materi pendidikan dan pelatihan yang disampaikan seorang widyaiswara yang kompeten.

4 Kinerja seorang widyaiswara salah satunya dapat diukur dari banyaknya mata diklat yang diampu. Dengan semakin banyak mata diklat yang diampu, maka akan semakin tinggi kinerjanya. Untuk bisa mengampu suatu mata diklat tertentu, bisa didapatkan dari antara lain: 1. Latar belakang pendidikan formal yang relevan 2. Pengalaman menduduki jabatan tertentu yang berkaitan 3. Mengikuti diklat/training of trainer (tot) Pendidikan formal akan sulit diupayakan untuk penyesuaian banyak mata diklat. Kalaupun itu memenuhi, maka hanya beberapa mata diklat saja yang bisa sesuai. Apalagi jika yang bersangkutan menjadi seorang widyaiswara yang latar belakang pendidikan formalnya ternyata tidak sesuai dengan mata diklat mata diklat yang ada. Sementara pengalaman menduduki jabatan tertentu juga belum tentu bisa didapatkan semua widyaiswara, terutama yang sejak pengangkatan Calon PNS sudah untuk formasi widyaiswara. Dengan demikian, yang paling memungkinkan dilakukan/diupayakan untuk meningkatkan kompetensi seorang widyaiswara adalah dengan mengikuti diklat/tot dari mata diklat yang ada di instansinya, yang nantinya akan berguna untuk diajarkan kembali kepada peserta pendidikan dan pelatihan. Bahkan sejak Januari 2014 seorang widyaiswara baru dapat mengajar pendidikan dan pelatihan kepemimpinan jika sudah lulus Training of Fascilitator (TOF). Aspek pendidikan dan pelatihan menjadi semakin penting dan mendesak dalam peningkatan kualitas widyaiswara agar mempunyai kemampuan manajerial dan teknis fungsional untuk menjalankan tugasnya dalam memberikan

5 materi kepada pegawai dilingkungan Kementerian Agama baik dari tingkat staf, struktural, maupun tenaga fungsional. Berdasarkan pernyataan di atas, diduga bahwa rendahnya kinerja widyaiswara Pusdiklat Kementerian Agama disebabkan oleh minimnya pendidikan dan pelatihan yang diikuti. Berikut komposisi pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan yang ada pada Pusdiklat Kementerian Agama seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1: Komposisi Widyaiswara Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pusdiklat Kementerian Agama No Pendidikan Tenaga Teknis Total Persentase (%) Administrasi Keagamaan 1 Strata 3 (S 3) 3 1 4 9.5 2 Strata 2 (S 2) 8 13 21 50 3 Strata 1 (S 1) 6 11 17 40.5 JUMLAH 17 25 42 100 Sumber : Pusdiklat Kementerian Agama, 2014 Dari Tabel 1.1 diperoleh gambaran tentang komposisi widyaiswara yang dimiliki Pusdiklat Kementerian Agama berdasarkan tingkat pendidikan, memiliki tingkat pendidikan S1 sebanyak 17 orang (40.5%), tingkat S2 sebanyak 21orang (50%) dan tingkat S3 sebanyak 4 orang (9.5%). Tabel 1.2: Jumlah Mata Diklat yang bisa diampu widyaiswara Pusdiklat Kementerian Agama di Tahun 2013 Uraian Tenaga Administrasi Teknis Keagamaan Jumlah Diklat 33 47 Jumlah mata diklat 355 485 Jumlah mata diklat yang diampu widyaiswara Pusdiklat Kemenag 92 132 Persentase yang diampu 26% 27% widyaiswara Pusdiklat Kemenag Sumber : Pusdiklat Kementerian Agama, 2014

6 Dari Tabel 1.2, bisa dilihat indikasi rendahnya kinerja dari banyaknya mata diklat yang tidak bisa diampu oleh para widyaiswara. Hal ini tentu sangat disayangkan karena dilihat dari latar pendidikan formal widyaiswara di atas, yang memiliki pendidikan pasca sarjana cukup besar yaitu 59,5%. Selain itu juga kenaikan pangkat jabatan widyaiswara salah satunya ditentukan oleh banyaknya angka kredit yang diperolehnya dari mengajar. Dari tabel diatas, bisa juga dilihat bahwa proporsi mata diklat lebih banyak diampu oleh pengajar dari luar, yang bisa berasal dari pejabat, praktisi, maupun widyaiswara yang berasal dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang lain. Hal ini disebabkan karena kompetensi widyaiswara yang ada tidak memenuhi persyaratan untuk mengajar mata dikat mata diklat inti tertentu. Memang tidak mungkin semua mata diklat yang ada bisa diampu oleh widyaiswara dari dalam, namun paling tidak angkanya bisa lebih besar dari yang tercantum di tabel. Selain itu, rendahnya kinerja widyaiswara juga dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan oleh peserta pendidikan dan pelatihan selama periode Juli sampai Desember 2013. Lembar penilaian diberikan oleh panitia pendidikan dan pelatihan setelah mata diklat diberikan oleh widyaiswara.

7 Tabel 1.3: Rekap Hasil Penilaian Widyaiswara Periode Juli Desember 2013 Kategori Penguasaan Materi Sistematika Penyajian Penggunaan Bahasa Pencapaian Tujuan Kurang sekali (50 60) - - - - - - - Kurang (61 - - - - - - - 70) Cukup (71 80) 88,1 % 71,4 % 71,4 % 81,0 % 59,1 % 66,7 % 73% Baik (81 90) 11,9 % 28,6 % 28,6 % 19,0 % 30,9 % 33,3 % 27% Baik sekali (91 - - - - - - - 100) Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kerapian Kerjasama Rata-rata Selama ini widyaiswara yang ada hanya mengajar mata diklat-mata diklat dasar, seperti Dinamika Kelompok, Kepemimpinan di Alam Terbuka (out bound), Aktualisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Pelayanan Prima, dll. Mata diklat-mata diklat tersebut di atas, adalah mata diklat yang bisa diampu oleh sebagian besar widyaiswara yang ada. Sementara mata diklat-mata diklat inti seperti manajemen keuangan Negara, komunikasi, Perpajakan, Kearsipan, Manajemen Perkantoran, Keprotokolan, dll adalah mata diklat yang bisa didapat dari Training of Trainer (tot) yang nantinya bisa dijadikan sebagai dasar widyaiswara mengampu mata diklat tersebut. Selain dari sisi kompetensi, kinerja seseorang salah satunya juga dapat dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi adalah hal yang sangat dibutuhkan sebagai pendorong untuk melakukan tindakan tertentu termasuk dalam bekerja. Jika seseorang bekerja tanpa motivasi, maka orang tersebut tidak akan menjalankan tugasnya secara optimal bahkan tidak peduli apakah tujuan tercapai atau tidak.

8 Faktor-faktor yang memepengaruhi motivasi bisa berasal dari internal maupun eksternal pegawai. Dengan demikian, pelaksanaan suatu tugas tanpa didukung dengan latar belakang pendidikan dan latihan serta motivasi kerja yang tinggi akan mengurangi upaya pencapaian pelayanan secara efektif dan efisien. Dalam kaitan ini, berdasarkan pengamatan pendahuluan penulis, Pusdiklat Kementerian Agama belum sepenuhnya melaksanakan pengembangan sumber daya manusia khususnya melalui pendidikan dan pelatihan serta belum sepenuhnya ada upaya untuk membangkitkan motivasi kerja pegawai untuk meningkatkan kinerja. Bertitik tolak pada pernyataan di atas, ternyata bukan saja pendidikan dan pelatihan yang diduga mempengaruhi kinerja pegawai, tetapi motivasi pegawai juga diduga mempengaruhi kinerja pegawai Pusdiklat Kementerian Agama. Kondisi tersebut lama kelamaan bisa jadi akan menurunkan kredibilitas widyaiswara dan organisasi. Oleh sebab itu Pusdiklat Kementerian Agama perlu terus menerus berupaya meningkatkan kualitas widyaiswaranya agar kinerjanya optimal dalam mewujudkan tujuan organisasi. Selain hal di atas, juga dapat dilihat dari beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan diklat dan motivasi yang rata-rata hasil penelitiannya hampir sama yaitu bahwa baik diklat, motivasi kerja, dan diklat bersama-sama dengan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan baik di dalam maupun luar negeri yang termuat dalam jurnal-jurnal dalam dan luar negeri. Beberapa penelitian tersebut antara lain ditulis oleh Saputra (2012),

9 Thaha dan Kadir (2009), demikian juga Forivera (2013). Selain itu juga Tabassi dan Bakar (2012). Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian terdahulu maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan dan Latihan serta Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pusdiklat Kementerian Agama. 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya Pusdiklat Kementerian Agama dituntut untuk memiliki widyaiswara yang mempunyai kemampuan, pengetahuan serta keterampilan yang memadai. Tetapi pada kenyataannya kinerja widyaiswara masih rendah, sehingga sulit tujuan dicapai secara baik. Rendahnya kinerja widyaiswara ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena yang terjadi, dapat diidentifikasi masalahnya antara lain: 1. Banyaknya mata diklat yang tidak dapat diampu oleh widyaiswara dari Pusdiklat sendiri 2. Rendahnya nilai widyaiswara dalam mengajar mata diklat yang inti, terutama untuk poin penguasaan materi 3. Kurangnya motivasi kerja karena kurang variatifnya mata diklat yang diampu 4. Kurangnya kerjasama antara sesama widyaiswara

10 Untuk mencapai kinerja widyaiswara yang baik diperlukan program pengembangan melalui pendidikan dan pelatihan. Kegiatan pengembangan sumber daya manusia ini, sangat penting dan perlu dilakukan secara terus menerus sesuai dengan tuntutan dan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan organisasi, redisigning pekerjaan serta meningkatnya permasalahan yang dihadapi pegawai yang akan didiklat. Pendidikan dan pelatihan untuk widyaiswara adalah upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan keterampilan manusia, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kinerja widyaiswara dalam memberikan pendidikan dan pelatihan para pegawai di lingkungan Kementerian Agama dengan segala perubahan-perubahan regulasi yang ada. Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses sistematik untuk mengubah perilaku, pengetahuan dan motivasi para pegawai, serta untuk memperbaiki kesesuaian antara karakteristik pekerja dan syarat-syarat jabatan atau pekerjaan dengan salah satu unsur yang menyebabkan suatu pendidikan dan pelatihan berhasil adalah karena pengajar/widyaiswaranya. Namun demikian, meskipun sumber daya manusia telah diberikan pendidikan dan pelatihan yang intensif, namun jika faktor-faktor manajemen yang lain tidak mendukung, maka motivasi kerja pegawai yang diharapkan tidak dapat tercapai sebagaimana mestinya. Akibat rendahnya motivasi kerja maka pegawai akan bekerja seperlunya atau bisa jadi bekerja dibawah kemampuan yang sebenarnya (under employment). Hal ini juga berlaku pada widyaiswaranya jika

11 motivasi kerja yang diharapkan tidak mendukung, maka kinerjanya juga akan rendah juga. 1.2.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja widyaiswara di Pusdiklat Kementerian Agama? 2. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja widyaiswara di Pusdiklat Kementerian Agama? 3. Apakah pendidikan dan pelatihan serta motivasi berpengaruh secara bersamasama terhadap widyaiswara di Pusdiklat Kementerian Agama? 1.2.3. Batasan Ruang Lingkup Penelitian Mengingat keterbatasan peneliti baik dari sumber daya maupun jangkauan, maka penelitian ini dibatasi hanya dalam lingkup widyaiswara saja di lingkungan Pusdiklat Kementerian Agama. Kinerja widyaiswara sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, tapi dalam penelitian ini dibatasi pada pendidikan dan pelatihan dan motivasi widyaiswara, agar pembahasan tidak terlalu meluas. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui : 1. Kekuatan dan arah pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja widyaiswara di Pusdiklat Kementerian Agama

12 2. Kekuatan dan arah pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja widyaiswara di Pusdiklat Kementerian Agama 3. Kekuatan dan arah pengaruh pendidikan dan pelatihan serta motivasi kerja secara bersama-sama terhadap widyaiswara di Pusdiklat Kementerian Agama 1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian Kegunaan ilmiah/teoritis pada penelitian ini adalah : a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pengembangan Sumber Daya Manusia terutama widyaiswara pada Pusdiklat Kementerian Agama. b. Sebagai bahan kajian bagi para peneliti lainnya, khususnya yang berminat menindaklanjuti penelitian ini dengan harapan mampu menciptakan model pembinaan widyaiswara yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi dan motivasi kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya di masa sekarang dan masa yang akan datang. 1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian Kegunaan praktis pada penelitian ini adalah : a. Sebagai rekomendasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan untuk widyaiswara Pusdiklat Kementerian Agama dalam rangka meningkatkan kompetensi dan motivasi kerja dalam mencapai kinerja widyaiswara. b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi institusi lain yang memiliki permasalahan yang sama, khususnya yang berkaitan dengan potensi sumber daya manusia widyaiswara.