PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam (Katalog BPS, 2011) Produksi kedelai tahun 2010 (ATAP) sebesar 907,03 ribu ton biji kering,menurun sebanyak 67,48 ribu ton (6,92 persen) dibandingkan tahun 2009.Penurunan produksi tersebut terjadi di luar Jawa sebesar 53,85 ribu ton dandi Jawa sebesar 13,63 ribu ton. Produksi kedelai tahun 2011 (ARAM II) diperkirakan sebesar 819,45 ributon biji kering, menurun sebanyak 87,59 ribu ton (9,66 persen) dibandingkantahun 2010. Penurunan produksi kedelai tahun 2011 tersebut diperkirakanterjadi di Jawa sebesar 85,25 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 2,34 ribu ton.penurunan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena turunnya luas panenseluas 68,79 ribu hektar (10,41 persen), sedangkan produktivitas mengalamikenaikan sebesar 0,11 kuintal/hektar (0,80 persen). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 (ATAP) produksi kedelai nasional sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau turun sebesar 55,74 ribu ton (6,15 persen) dibanding tahun 2010. Dan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2012 (ARAM I), produksi kedelai nasional diperkirakan sebesar 779,74 ribu ton biji kering atau turun sebesar 71,55 ribu ton (8,40 persen) dibandingkan tahun 2011 sebesar 851,29 ribu ton biji kering (ATAP). Penurunan
tersebut terjadi karena adanya perkiraan penurunan luas panen seluas 55,56 ribu hektar (8,93 persen). Sedangkan produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,08 kuintal/hektar (0,58 persen). Hal ini menunjukkan penurunan produksi kedelai nasional di setiap tahunnya selama 3 tahun terakhir yang disebabkan oleh semakin menurunnya luas lahan atau luas panen di setiap tahunnya walaupun produktivitas selalu mengalami kenaikan per hektar luas lahan atau panen. Pengembangan kedelai di dalam negeri diarahkan melalui strategi peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Peningkatan produktivitas dicapai dengan penerapan teknologi yang sesuai (spesifik) bagi agroekologi/wilayah setempat (Simatupang, dkk, 2005). Di sisi lain masih banyak tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya. Tanah salin adalah salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek toksik dan peningkatan tekanan osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman (Slinger and Tenison, 2005). Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan aluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara defenisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5% (Suriadikarta dan Sutriadi, 2007). Ada beberapa usaha untuk melakukan budidaya di lahan salin antara lain dengan menanam varietas kedelai yang toleran terhadap salinitas. Upaya
penggunaan kultivar toleran salin hingga saat ini masih terkendala oleh terbatasnya ketersediaan kultivar kedelai unggul berdaya hasil tinggi dan toleran salin. Sumbangan inovasi teknologi hasil penelitian berupa varietas unggul baru spesifik lokasi merupakan andalan untuk meningkatkan produksi baik melalui program peningkatan produktivitas maupun perluasan areal. Fokus penelitian melestarikan dan mendayagunakan plasma nutfah tanaman kedelai guna menopang kegiatan pemuliaan berkelanjutan dan produktif menghasilkan varietas unggul baru (Simatupang, dkk, 2005). Sumber ketahanan terhadap salinitas pada kedelai sampai saat ini sangat terbatas sehingga perbaikan untuk karakter tersebut dilakukan melalui metode seleksi berbagai varietas kedelai di lapanganmetode ini telah digunakan untuk meningkatkan sifat resistensi padabeberapa jenis tanaman, baik cekaman biotik maupun abiotik. (Mariskadkk, 2004). Penanaman galur kedelai yang toleran di lahan salin, merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan budidaya dan pertanaman kedelai.untuk keperluan tersebut perlu dilakukan penelitian tentang respon fisiologis yang dapat digunakan sebagai penanda untuk tanaman yang toleran terhadap salinitas dengan konsentrasi NaCl tinggi. (Simatupang. dkk, 2005) Pada Penelitian sebelumnya, seleksi beberapa varietas kedelai toleran salinitas telah dilakukan di lahan salin Kecamatan Percut. Diperoleh 5 varietas yang mampu beradaptasi yaitu Grobogan, Anjasmoro, Bromo, Cikuray dan Detam 2 namun, produksi masih sangat rendah. Diantara 5 varietas tesebut 3 varietas yaitu Grobogan, Cikuray dan Detam 2 dapat menghasilkan polong berbiji, varietas
Anjasmoro dan Bromo hanya menghasilkan polong. Untuk memperbaiki potensi produksi secara genetis dilakukan melalui seleksi adaptasi bertahap. Pada penelitian Silvia (2011) menunjukkan bahwa seleksi dua varietas yaitu Grobogan dan Detam 2 yang merupakan seleksi induk, diperoleh bahwa varietas Grobogan dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik pada kondisi tanah salin dibandingkan Varietas Detam 2 dengan batas seleksi minimum varietas Grobogan (2.82) lebih besar dari varietas Detam 2 (0.92). Dan dari bobot 100 biji varietas Grobogan (V1) 17.48 lebih tinggi dari varietas Detam 2 (V2) 9.09. Selanjutnya penelitian yang sama oleh Siahaan (2011) pada kedelai varietas grobogan generasi F1 diperoleh bahwa varietas Grobogan dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah salin dengan batas seleksi minimum varietas Grobogan 10% (0,457). Pada penelitian Wahyudi (2012) pada kedelai varietas grobogan generasi F2 terjadi kemejauan seleksi dengan batas seleksi minimum varietas grobogan 10% (9.310) yang diperlihatkan dengan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan generasi yang sebelumnya.pada penelitian Aminah (2012) pada kedelai varietas Grobogan generasi F3 terjadi kemunduran seleksi. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai seleksi varietas kedelai Grobogan generasi F4 pada tanah salin. Tujuan Penelitian Untuk memilih tanaman kedelai yang dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah salin pada generasi F4.
Hipotesis Penelitian - Ada nomor tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi untuk ditanam lanjut pada generasi F5. - Terjadi peningkatan hasil seleksi produksi pada generasi F4 dibanding dengan produksi generasi F3. - Ada komponen produksi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap hasil produksi pada seleksi varietas kedelai pada generasi F4. Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang Membutuhkan.