PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO (Studi Kasus: BNI Cabang Tangerang)



dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembantu Krian mahasiswa dapat memberikan kesimpulan dan saran kepada

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko


BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis perhitungan..., Justina Susiloningsih, FE UI, Universitas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PT. : : : ABSTRAK

Manajemen Risiko Proyek. Dr. Ir. Erizal, MAgr. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Persaingan tersebut membuat bank harus merancang strategi pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan dalam memilih bank dan produk produk yang diberikan. bersaing, serta pelayanan yang memuaskan. Produk produk jasa

Risk Management Framework. ISO 31000, ERM COSO, dan PMBOK AYU SM DIAN IS MRTI KELAS A

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

T R I Y O N O D

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memperoleh pengetahuan yang cukup secara terus. potensial dengan produk atau jasa yang ditawarkan.

DAFTAR ISI PETUNJUK PENGGUNAAN ATM LESTARI 1 GANTI PIN 3 CEK SALDO 7 PENARIKAN UANG 10 TRANSFER 16

PEMBAHASAN KASUS SUMBER DANA BANK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu tuntutan untuk menciptakan layanan yang berkualitas ataupun dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan deposito ib mudharabah Bank

SYARAT DAN KETENTUAN LAYANAN MEGA INTERNET

BAB 3 3 METODE PENELITIAN

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) Rekening Ponsel

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MANAJEMEN RISIKO PROYEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. nasabah di Bank BRI Unit Koba. Adapun kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukanpada Bank

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : masyarakat dalam pemenuhan biaya menunaikan ibadah haji.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan dapat dengan mudah menarik

EDUKASI KEUANGAN UNTUK PELAJAR SMP DAN SMA DEPARTEMEN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM BANK INDONESIA 2014

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN PERUSAHAAN TENTANG KEMITRAAN STOKIS

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/ perusahaan penyusunan strategi sangat diperlukan untuk mencapai

MAKIN MUDAH BAYAR ASURANSI ZURICH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Makin mudah bayar asuransi Zurich

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai produk layanan perbankan yang ditawarkan kepada nasabah muncul dengan

ANALISIS KUALITAS LAYANAN ATM TERHADAP KEPUASAN NASABAH

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan di Indonesia berkembang pesat sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. nasabah yang meningkat, menjadi alasan tingginya eskalasi persaingan antar bank.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke 21, terjadi pergerakan dan perubahan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tingkat persaingan antar bank semakin tinggi, baik dalam inovasi produk,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan nasabah perbankan saat ini. Nasabah perbankan ibarat putri yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Pada situasi persaingan perbankan, bank-bank membutuhkan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, memberikan banyak peluang bisnis yang bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi sangat dibutuhkan oleh banyak perusahaan dalam. peningkatan kinerja mereka. Perusahaan sering membuat suatu proyek untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terbaik dan unggul bagi para pengguna jasanya.

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENANGANAN KELUHAN ATM DALAM RANGKA PENINGKATAN KEPUASAN. A. Faktor-faktor Penyebab Nasabah di PT. Bank BNI Syariah Cabang

PANDUAN PEMBAYARAN VIRTUAL ACCOUNT

Table of Contents FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sidoarjo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : penarikan tunai atau kliring penambahan jasa giro dan bunga.

PIAGAM AUDIT INTERNAL

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/15/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARA JASA PENGOLAHAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PELAKSANAAN PEMBUKAAN TABUNGAN FAEDAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH CABANG PEMBANTU RUNGKUT SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan adalah instrumen penting dalam memperlancar

Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari. dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penulis, serta kegunaan penelitian yang akan dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern

DI BANK RAKYAT. Oleh: SHOFIAR

FAQ AKSES ADIRA FINANCE (Khusus Wilayah Jabodetabekser dan Jabar)

PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa melalui berbagai produknya. Banyaknya bank yang berdiri,

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. dan lain-lain. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memiliki teknologi informasi yang berperan dalam mendukung

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam dunia perbankan mengakibatkan banyaknya perubahan untuk masa

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

BAB I PENDAHULUAN. benefit yang menarik nasabah untuk memberikan kepercayaannya. Dahulu

Bankers Update PERAN KONFIRMASI DAN VERIFIKASI DALAM MITIGASI RISIKO OPERASIONAL BULETIN IKATAN BANKIR INDONESIA. Vol. 09/2017 DI TERBITKAN OLEH:

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47

UNISKA TABUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia perbankan sebagai salah satu industri yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi perusahaan-perusahaan yang ingin menjadi market leader.

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang bagus dipercaya dapat mempengaruhi nilai dan kepuasan nasabah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan beserta hasil-hasilnya, dan pertumbuhan stabilitas ekonomi nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Hampir semua perusahaan baik yang berskala kecil hingga besar telah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi merupakan hal yang wajib. Peranan teknologi dalam. transaksi perbankan, sehingga meningkatkan retensi penggunaan jasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya mobilitas fasilitas elektronik dan on-line menyebabkan setiap

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan terjadi persaingan antara perusahaan-perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PELAKSANAAN REKENING TABUNGAN SIMANJA PADA BANK PAPUA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin penting dalam masyarakat. Bank menjadi pilihan terbaik bagi

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO (Studi Kasus: BNI Cabang Tangerang) Ismail H Asrul 1, Siska Trisnaeny 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila asrul@univpancasila.ac.id Abstrak Formless hadir untuk memudahkan nasabah dan memberikan layanan yang berbeda terhadap nasabah bank. Namun seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan formless di BNI masih terdapat beberapa masalah ditandai dengan adanya keluhan dari nasabah mengenai penggunaan sistem formless. Untuk memperbaiki sistem formless dikembangkan sebuah model proses dengan pendekatan manajemen risiko. Pendekatan risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen risiko ISO 31000. Penilitian ini meliputi tahapan menentukan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, sampai perancangan perlakuan risiko. Metode yang digunakan dalam identifikasi risiko penelitian ini adalah Risk Breakdown Structure (RBS). Respon perlakuan risiko pada penelitian ini adalah memperbaiki model proses sistem formless yang sudah ada. Salah satu hasil penelitian ini menghasilkan interface resi tanda terima yang baru disertai cekbox konfirmasi pada dokumen transaksi. Katakunci : ISO 31000, Formless, Model Proses, Risk Breakdown Structure, Manajemen Resiko 1. PENDAHULUAN Di era globalisasi sekarang perkembangan di segala bidang sedang mengalami pertumbuhan yang berkembang pesat. Hal tersebut pun terlihat di dalam industri perbankan. Hampir semua bank di Indonesia memliki produk tabungan dengan fitur yang sama, fasilitas e-chanel yang sama, suku bunga yang kompetitif, serta undian berhadiah yang ditawarkan kepada nasabahnya. Dengan semakin banyaknya bank yang berdiri maka akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat dalam memperoleh nasabah baru maupun mempertahankan nasabah. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut maka pihak bank harus mengerti dan memahami apa yang menjadi keinginan dan harapan nasabah. Lingkungan yang selalu mengalami perubahan menjadi harapan nasabah terhadap kualitas jasa yang terus mengalami dinamika. Harapan dan keinginan nasabah akan menjadi umpan balik bagi bank dan hal tersebut dapat dilihat dari 99

tanggapan nasabah terhadap jasa pelayanan yang telah diberikan oleh pihak bank. Pelayanan adalah harapan yang terbesar yang di harapkan nasabah dalam bertransaksi di dalam bank. Jika nasabah dilayani dengan baik maka respon yang positif pun akan diterima oleh bank dan akan berdampak positif bagi penambahan dana pihak ketiga (DPK) dan berimbas kedalam image bank tersebut di masyarakat. Apabila bank tidak memperhatikan aspek-aspek pelayanan tersebut maka dapat mengakibatkan berpindahnya nasabah ke bank lain yang dianggap lebih dapat memenuhi keinginan dalam pelayanan. Hal ini tentu saja akan merugikan pihak bank yang bersangkutan. Maka dari itu dalam hal memberikan pelayanan yang cepat dan maksimal dalam melayani nasabahnya BNI menggunakan sistem formless dalam bertransaksi perbankan. Sistem formless digunakan untuk mempercerpat pelayanan dalam hal menabung dan transfer uang ke rekening BNI. Namun dalam kenyataannya implementasi sistem formless masih menimbulkan banyak masalah. Adanya keluhan nasabah atas transaksinya yang menggunakan sistem formless. Selain itu adanya risiko opersional yang dikarenakan kesalahan dalam menyebutkan nomer rekening oleh nasabah sehingga menimbulkan kesalahan dalam pendokumentasian transaksi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan sistem formless yang dapat meminimalisasikan risiko yang akan terjadi. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengembangkan model sistem formless yang lebih baik dari sistem yang berjalan sekarang sehingga keluhan nasabah mengenai penggunaan formless dalam transaksi perbankan berkurang. 2. STUDI KEPUSTAKAAN 2.1. Teori tentang Formless Transaksi Formless adalah suatu cara bertransaksi yang dilakukan antara nasabah dengan Bank tanpa mempergunakan atau mengisi dokumen aplikasi/formulir transaksi yang disediakan Bank, namun permintaan transaksi dilakukan antara nasabah dengan Bank melalui komunikasi lisan/verbal, dan atas transaksi tersebut Bank menerbitkan resi sebagai bukti [2]. 2.2. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen umum. Proses manajemen risiko meliputi lima kegiatan, yaitu komunikasi dan konsultasi, menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko, monitoring dan review [1]. Asesmen risiko terdiri dari identifikasi risiko,analasis risiko, dan evaluasi risiko. Metodologi manajemen risiko tidak hanya dikeluarkan oleh ISO saja, namun Project Management Institute juga mengeluarkan metodologi manajemen risiko. Namun metodologi manajemen risiko yang dikeluarkan oleh PMI fokus pada fase proyek saja [4]. Sedangkan ISO 31000:2009 walaupun terkesan lebih generik namun meliputi baik fase proyek maupun operasional. Tahapannya pun 100 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO [Ismail H. Asrul]

sangatlah mirip, dimana pada Project Management Body of Knowledge 4 th pada bagian Project Management Process dikenal terdapat 6 proses pada manajemen risiko, yaitu: Plan Risk Management, Identify Risk, Perform Qualitative Risk Analysis, Perform Quantitative Risk Analysis, Plan Risk Responses, dan Monitoring and Control Risk. 3. METEDOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahapan yang berlaku pada ISO 31000, sedangkan metode pemodelan proses menggunakan flow chart. Gambar 1. Metodologi Manajemen Risiko berdasarkan ISO 31000:2009 Dalam Penelitian ini, penulis melakukan studi kasus di Bank Negara Indonesia kantor cabang Tangerang. Studi kasus dilakukan di unit teller BNI kantor cabang Tangerang. Objek studi kasus adalah nasabah yang melakukan transaksi pengiriman dan penyimpanan uang di teller. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data keluhan, data waktu transaksi,dan tingkat akurasi. Data keluhan didapat dari keluhan-keluhan yang datang dari nasabah mengenai transaksi formless. Data ini berasal dari record keluhan yang di terima customer service setiap harinya. 3.1. Menentukan Konteks Menentukan batasan atau parameter internal dan eksternal yang dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan risiko dalam kegiatan perbaikan sistem. Selain batasan internal dan eksternal, pendekatan-pendekatan manajemen risiko lainnya perlu didefinisikan pada tahap ini seperti: matrik risiko, selera risiko, definisi dampak, definisi kemungkinan, dan lain-lain. 101

3.2. Identifikasi Risiko Dalam penelitian ini metode identifikasi risiko yang digunakan adalah Risk Breakdown Structure (RBS). Namun sebelum risiko dapat diidentifikasi sebelumnya perlu dipetakan proses bisnis pada sistem yang diamati. Metode flow chart digunakan dalam memetakan proses bisnis pada penelitian ini. 3.3. Analisis Risiko Menganalisis dampak dan peluang risiko yang telah teridentifikasi ditahap identifikasi risiko. Kemudian risiko teridentifikasi tersebut diperingkatkan dengan cara menghitung risk event-nya (mengalikan nilai kemungkinan terhadap nilai dampaknya). 3.4. Evaluasi Risiko Evaluasi Risiko bertujuan untuk membantu dalam menentukan strategi perlakuan risiko dengan mengenali penyebab serta sumber risiko yang teridentifikasi. 3.5. Perlakuan Risiko Pada tahap ini diperlukan sebuah tindakan untuk memilih strategi perlakuan risiko dan mengimplementasikan perlakuan tersebut. Terdapat 4 respon utama dalam manajemen risiko yaitu avoid, transfer, mitigatio, dan accept. 3.6. Pemodelan Sistem Usulan Perlakuan risiko yang telah dirancang kemungkinan besar dapat mengubah proses bisnis saat ini. Sehingga proses bisnis baru yang diperoleh setelah risikorisiko teridentifikasi dikelola diyakini merupakan sistem yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga pada tahap ini dilakukan perancangan model proses usulan sistem formless baru yang memiliki proses-proses yang dapat mencegah dan atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko negatif serta dampak buruk pada sistem formless. Dan model usulan untuk perbaikan di masa yang akan datang mempertimbangkan kondisi di BNI KCU Tangerang. 4. PENGUMPULAN DATA Hasil survey tim diperoleh data transaksi pada bulan Mei s/d Juni 2007 dari seluruh transaksi, transaksi setoran tunai memiliki komposisi paling besar yakni 71,8% sedangkan sisanya 28,2% adalah pemindahbukuan, pemidahbukuan dengan passbook, pembayaran pinjaman dan pemimdahbukuan cek. Transaksitransaksi tersebut sebagaian besar dilakukan dengan menggunakan slip atau form yakni sebesar 98,36%, sedangkan sisanya sebesar 1,64% tanpa slip atau formless. Namun seiringnya perkembangan layanan jasa perbankan, maka prosentase layanan formless juga semakin meningkat mengingat sistem ini lebih efisien dan efektif dibandingkan sistem konvensional. Namun layanan formless ini ternyata masih jauh dari sempurna tergambar pada jumlah keluhan nasabah terhadap kesalahan transaksi pada sistem ini. Data keluhan dalam tiga bulan terakhir yaitu bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 adalah sebagai berikut : 102 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO [Ismail H. Asrul]

Tabel 1. Data keluhan Oct-Des 2012 Bulan Jumlah Keluhan Jumlah Nominal Transaksi Oktober 2012 5 keluhan Rp.22.870.000 November 2012 8 keluhan Rp.9.874.000 Desember 2012 12 keluhan Rp. 62.019.000 Sumber: Data olahan Penelitian ini difokuskan pada proses transaksi pengiriman uang, dimana dari berbagai transaksi pada unit teller transaksi inilah yang mendapatkan keluhan terbanyak. Menurut dugaan sementara, hal ini disebabkan oleh transaksi ini yang tidak melibatkan penghitungan uang tunai (bandingkan dengan transaksi setor maupun tarik tunai) sehingga proses verifikasinya pun lebih sedikit. Pada Gambar 2 di bawah ini proses bisnis dipetakan dengan menggunakan flowchart. Sistem Informasi Teller Nasabah Gambar 2. model proses sistem formless saat ini di BNI Tangerang Flowchart di atas sudah dapat mewakili tiga transaksi utama pada teller (transfer, tarik, setor). Apabila nasabah ingin melakukan transaksi setor, maka pada proses interview teller melakukan proses tambahan yaitu menerima dan menghitung uang. Apabila transaksi tarik, maka proses tambahan teller adalah menghitung uang dan menyerahkan ke nasabah. 103

Gambar 3. Resi atau form bukti transaksi saat ini Pada Transaksi formless nasabah akan mendapatkan sebuah dokumen bukti transaksi (dapat dilihat pada Gambar 3 di atas) yang tercetak langsung oleh sistem ketika teller sudah mengkonfirmasi transaksi. 5. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.1. Menetapkan Konteks Dengan ditetapkannya konteks berarti manajemen organisasi menentukan batasan atau parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan risiko, menentukan lingkup kerja dan kriteria risiko untuk proses-proses selanjutnya. Konteks yang ditetapkan haruslah meliputi semua parameter internal dan eksternal yang relevan dan penting bagi organisasi. Konteks eksternal pada kasus ini meliputi regulasi Bank Indonesia, hubungan dengan bank lain, serta nilai kepuasan nasabah. Sedangkan konteks internal meliputi sistem yang akan diperbaiki hanya sistem formless BNI cabang Tangerang, visi misi BNI, kebijakan BNI, dan SOP sistem formless. 3.1.1. Menentukan Definisi Kemungkinan dan Dampak Kemungkinan sering dinyatakan dengan probabilitas yang diwakili skala 1 s/d 5, yaitu suatu angka diantara 1 dan 5. Angka 1 menyatakan bahwa kejadian yang dimaksud tidak mungkin terjadi. Sebaliknya,angka 5 menyatakan bahwa hal tersebut hampir pasti terjadi. Akan tetapi, untuk dapat menentukan beberapa angka probabilitas yang tepat tidaklah sederhana. Oleh sebab itu penggunaan subjective probability yang berarti angka kemungkinan yang diberikan oleh seorang ahli dengan melalui teknik expert interview dan hasilnya sering disebut expert judgement. Dibawah ini dibuatkan tabel kemungkinan yang terjadi di bagian formless, probabilitas ditentukan menurut selera penelitian ini. 104 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO [Ismail H. Asrul]

Tabel 4. Definisi kemungkinan Kriteria Probabilitas Skala Uraian Frekwensi/ bulan Sangat kecil 1-19% 1 Hampir tidak mungkin terjadi 0-2 Kejadian Kecil 20-39% 2 Mungkin terjadi 2-5 Kejadian Sedang 40-59% 3 Mungkin terjadi,dapat juga tidak terjadi. 5-8 Kejadian Besar 60-79% 4 Besar terjadi 8-10 Kejadian Besar sekali 80-99% 5 Hampir pasti terjadi >10 Kejadian Perlu diingat bahwa risiko punya karakteristik yang berbeda, sehingga definisi kemungkinan berdasarkan frekwensi kejadian juga perlu didefinisikan. Hal yang sama dilakukan untuk mendefinisikan dampak. Besaran dampak yang akan digunakan dalam analisis risiko pada setiap transaksi formless dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Definisi dampak Sebutan Sangat ringan Nilai 1 Ringan 2 Sedang 3 Financial Biaya Kerugian Rp.1 Juta 5 juta Rp.6 Juta 10 juta Rp.11 Juta 25 juta Non Financial Reputasi eksternal dan internal Compliance Customer Servive Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak Keluhan nasabah dimedia -Artikel kritis pada media utama. -Menurunnya pencapaian target > 5 % Ketidak patuhan pada kebijakan atau prosedur internal Ketidak patuhan terhadap prosedur internal dan eksternal Terjadi ganguan dan ketidaknyamanan namun dapat segera diatasi. Ketidak nyamanan pada 10% -20% nasabah. Berat 4 Ekstrem 5 Sumber: Data olahan Rp.25 Juta 50 juta Lebih dari Rp.50 Juta -Pemberitaan utama pada media -Menurunnya pencapaian target >10% -Menjadi sorotan utama media. -Hilangnya kepercayaan public. -Menurunnya pencapain target >20%. Ketidakpatuhan terhadap kebijakan internal dan eksternal Pelanggaran hokum dan Undang-undang, Peraturan BI yang kritikal. Ketidak nyamanan selama 24 jam Ketidak nyamanan pada > 20% nasabah. Masing-masing organisasi memiliki definisi dampak yang berbeda, maka definisi dampak ini diperoleh dari kebijakan risiko perbankan pada umumnya. Modifikasi dilakukan untuk menjaga kerahasiaan organisasi. 5.3. Menentukan Probability Impact Matrix Matriks kemungkinan dan dampak (probability impact matrix) adalah matriks yang memberikan besaran-besaran yang ditentukan untuk menentukan besarnya istilah kualitatif yang digunakan. 105

Tabel 6. Probability impact matrix Kemungkinan Dampak 1 2 3 4 5 5 5* 10** 15*** 20*** 25*** 4 4* 8** 12*** 16*** 20*** 3 3* 6** 9** 12*** 15*** 2 2* 4* 6** 8** 10** 1 1* 2* 3* 4* 5* Keterangan: - Low risk: kelompok risiko dimana aspek positif dan negatif risiko * tersebut terlalu kecil dan dapat diterima (nilai 1 5) - Medium risk: Kelompok risiko dimana perlu ada tindakan ** preventive action (nilai 6-10). - High risk: Kelompok risiko dimana perlu ada tindakan corrective *** dan preventive action (nilai 11 25). Tabel 7. Peta Selera Risiko Kemungkinan Dampak 1 2 3 4 5 5 Accept Accept Mitigasi 4 Accept Accept Mitigasi transfer, mitigasi transfer, mitigasi Avoid transfer, mitigasi 3 Accept Accept Accept Mitigasi Mitigasi 2 Accept Accept Accept Accept Accept 1 Accept Accept Accept Accept Accept Strategi Accept perlu dilakukan jika range nilai kejadian risiko (risk event) antara 1-10. Sehingga risiko yang muncul hanya diterima saja dan tidak melakukan perlakuan atas risiko tersebut. Hal ini disebabkan apabila risiko tersebut direspon kemungkinan biaya yang keluar atas risiko itu lebih besar. Risiko dengan risk event antara 11-15 dirasa perlu untuk dilakukan Mitigasi. Karena risiko ini termasuk dalam kategori risiko yang sedang sehingga perlu ada tindakan preventive action atas risiko yang muncul. Transfer dan Mitigasi dilakukan jika hasil perkalian angka probabilitas antara kemungkinan dan dampak berada diangka 16 20 nilainya. Kelompok risiko yang muncul pada angka ini perlu ada tindakan yang tidak hanya mengurangi timbulnya risiko, atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi keduanya namun apabila bisa di alihkan ke pihak ketiga. Avoid adalah Perlakuan terhadap risiko tersebut melakukan penundaan atau penggagalan terhadap aktivitas yang dapat menghasilkan risiko tersebut. 106 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO [Ismail H. Asrul]

3.2. Identifikasi Risiko Metode RBS digunakan terutama dalam upaya melakukan ketegorisasi masingmasing risiko. RBS adalah pengelompokkan risiko dalam suatu komposisi hirarkis risiko organisasi yang logis, sistematis, dan terstruktur secara alami sesuai dengan proses bisnis. Maka sebelum RBS dibentuk perlu pemetaan proses bisnis terlebih dahulu (lihat Gambar 2). Berikut akan digambarkan RBS pada sistem formless. Gambar 4. Risk Breakdown Structure Formless 3.3. Analisis Risiko 3.3.1. Memperingkatkan Risiko Setelah diidentifikasi, risiko-risiko tersebut kemudian diperingkatkan berdasarkan nilai kemungkinan dan nilai dampaknya. Setelah risk event-nya diperoleh, maka risiko-risiko itu digolongkan menjadi 3 (high, medium, low). Dari tabel peta selera risiko (Tabel 7) diperoleh 3 risiko yang tergolong high yang perlu direspon. Tabel 8. Risiko yang tergolong High Risk RISIKO KEMUNGKINAN DAMPAK RISK EVENT Kesalahan input nominal 4 5 20*** Kesalahan input no.rekening 4 5 20*** Terputusnya jaringan internet 5 4 20*** Tabel diatas berisi risiko yang tergolong high risk dari hasil analisis risiko yang telah dijelaskan sebelumnya. Risk event adalah angka yang didapat dari perkalian antara nilai kemungkinan dan dampak. Nilai dampak dijelaskan di tabel 5 yang berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut yang berdampak secara financial maupun non financial. sedangkan nilai kemungkinan menujukan angka probabilitas yang sesuai dengan kriteria risiko dan frekwensi terjadinya risiko yang dijelaskan di Tabel 4. 107

3.3.2. Analisis Sebab Akibat Gambar 5. Fishbone Diagram Risiko kesalahan input nominal Gambar 6. Fishbone Diagram Risiko kesalahan no. rekening Gambar 7. Fishbone Diagram Risiko terputusnya jaringan internet Gambar gambar fishbone diatas menjelaskan penyebab dari risiko-risiko yang perlu direspon. Gambar fishbone menjelaskan apa yang menyebabkan risikorisko tersebut dapat terjadi dalam sistem formless. 3.4. Evaluasi Risiko Setelah dilakukannya analisis risiko kemudian evaluasi risiko-risiko tersebut dilakukan yang mana hasil evaluasi tersebut akan menjadi masukan bagi proses pengambilan keputusan perlakuan risiko. Dari tabel tabel dapat disusun tingkat risiko mana yang memerlukan penanganan jenis apa. Tabel 9. Evaluasi risiko RISIKO KEMUNGKINAN DAMPAK RISK EVENT KETERANGAN Kesalahan input nominal 4 5 20 Transfer, mitigasi Kesalahan input no.rekening 4 5 20 Transfer, mitigasi Terputusnya jaringan internet 5 4 20 Transfer, mitigasi 108 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO [Ismail H. Asrul]

Tabel 9 menjelaskan evaluasi risiko yang didapat sehingga mengetahui perlakuan atas risiko tersebut. Jika hasil risk event dari risiko tersebut bernilai 1-10 maka risiko yang muncul dapat di accept oleh manajemen, berbeda jika nilai yang didapat 11-15 perlu adanya tindakan mitigasi untuk mengurangi kemungkinan timbulnya risiko tersebut. Dari hasil evaluasi diperoleh kesimpulan bahwa risiko-risiko yang bernilai 20, tindakan mitigasi dilakukan untuk risikorisiko tersebut dan tidak dilakukan tindakan transfer, karena tidak ada pihak ketiga yang diteruskan dari pihak manajemen guna mengatasi risiko-risiko tersebut. 3.5. Perlakuan Risiko Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko yang memerlukan perlakuan lebih lanjut seperti pada Tabel 10, perlakuan risiko. Tabel 10. Perlakuan risiko what source cause (why) How who Kesalahan input nominal Proses memasukkan data Teller tidak terampil mengetik Prev Nasabah salah sebut Prev Pelatihan mengetik yang cepat dan akurat, Pada saat penerimaan teller baru dipastikan bahwa seorang teller harus Penyelia teller memiliki hasil psikotes yang memiliki nilai tinggi di bidang ketelitian. Apabila kesalahan disadari sesaat setelah transaksi, maka dilakukan transaksi ulang Customer Service tanpa antrian (diutamakan). Apabila Corr (Call Center 021- kesalahan dilakukan pihak bank setelah 57899999) nasabah meninggalkan bank, maka akan direvisi melalui Customer Service. Penambahan proses konfirmasi sebelum Business dan setelah teller memasukkan data Development Unit Nasabah tidak aware Sistem ataupun sistem pendukung tidak berfungsi sebagaimana Teller tidak teliti dan tidak terampil dibutuhkan sebuah dokumen tertulis Business Corr konfirmasi kesesuaian nasabah Development Unit Prev Perlu dijadwalkan perawatan berkala IT Unit Corr Prev Perlu adanya stock cadangan keyboard dan Customer Service mouse di setiap cabang Pada saat penerimaan teller baru dipastikan bahwa seorang teller harus memiliki hasil psikotes yang memiliki nilai tinggi di bidang ketelitian. Peningkatan skill Penyelia teller dan keterampilan dalam melayani nasabah dan pelatihan secara berkala. Pelatihan dan jika masih sering terjadi kesalahan, maka diperlukan pergantian posisi teller. Kesalahan input no.rekening Proses memasukkan data Nasabah salah sebut Prev Apabila kesalahan disadari sesaat setelah transaksi, maka dilakukan transaksi ulang tanpa antrian (diutamakan). Apabila Corr Customer Service kesalahan dilakukan pihak bank setelah nasabah meninggalkan bank, maka akan direvisi melalui Customer Service (Call: ) Penambahan proses konfirmasi sebelum Business dan setelah teller memasukkan data Development Unit Nasabah tidak aware Corr dibutuhkan sebuah dokumen tertulis Business konfirmasi kesesuaian nasabah Development Unit Terputusnya jaringan internet Sumber: Data Olahan Nasabah tidak ingat no rek yang dituju Penambahan proses konfirmasi keakuratan Business Prev rekening sebelum dan setelah teller Development Unit memasukkan data Corr Apabila Teller mengetahui nasabah lupa, Business maka transaksi wajib dibatalkan. Development Unit Merekam data Jaringan terputus Prev Pemilihan provider internet IT development 109

Perlakuan risiko ini menjelaskan respon yang akan diambil dari adanya risikorisiko yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, dalam menentukan perlakuyan risiko juga ditetapkan PIC yang bertanggung jawab untuk mengatasi risiko yang muncul. Pada Tabel di atas terdapat respon untuk membuat sebuah dokumen bukti dengan konfirmasi tertulis kesesuaian data, hal ini bertujuan agar secara hukum nasabah bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukan nasabah sendiri. 3.6. Pemodelan Sistem Usulan Seperti yang telah disebutkan pada tabel perlakuan risiko di atas bahwa perlu adanya tindakan konfirmasi tambahan sebelum dan setelah proses memasukkan data serta diperlukan sebuah dokumen tertulis konfirmasi kesesuaian, maka dirancang sebuah model proses bisnis baru. Sistem Informasi Teller Nasabah Gambar 8. Usulan Pemodelan Sistem Telah dilakukan konfirmasi Gambar 9. Usulan resi tanda terima yang baru untuk system formless 110 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO [Ismail H. Asrul]

Dalam pemodelan system usulan ada proses baru yang ditambahkan yaitu konfirmasi hasil interview antara teller dengaan nasabah sebelum masuk ke dalam proses memasukkan data. Selain itu, ada penambahan checkbox pada resi tanda terima yang baru untuk konfirmasi dalam bertransaksi sebelum nasabah menandatangani resi tersebut, nasabah harus menceklis checkbox tersebut untuk memastikan bahwa teller telah melakukan konfirmasi guna mengurangi dampak dari risiko yang terjadi akibat kesalahan nasabah. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1) Perlu dilakukan perubahan SOP formless dengan menambah sebuah aktivitas konfirmasi sebelum proses pencatatan data. 2) Penambahan checkbox pada bukti transaksi diharapkan dapat meningkatkan awareness nasabah pada proses konfirmasi karena semua bentuk kesalahan setelah checkbox tercentang menjadi tanggung jawab nasabah. 3) Pelatihan kepada petugas teller agar lebih trampil dan teliti dalam menjalankan transaksi dengan menggunakan formless. 4) Konfirmasi dalam bertransaksi dengan nasabah harus dilaksanakan semaksimal dan seefektif mungkin. Untuk penelitian lanjutan diperlukan studi yang mendalam di wilayah studi waktu sehingga sistem baru yang dihasilkan tidak saja akurat tapi juga efisien, serta dapat mengatasi masalah antrian pada sebuah sistem formless. DAFTAR PUSTAKA [1] Susilo Leo J.; Kaho Victor Riwu, Manajemen Resiko berbasis ISO 31000, Jakarta: PPM, 2011 [2] ; Standard Operating Procedure Setoran Tunai Formless Versi 1.0, Bank Nasional Indonesia, 2012 [3] ; Risk management Principle and Guidelines, ISO 31000:2009 (diunduh tanggal 27 September 20012 dari: www.iso.org/iso/home/standards/iso31000.htm) [4] ; Project Management Body of Knowledge 4 th, Project Management Institute, 2008 111