BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana investasi dalam bentuk deposito karena dapat dicairkan dalam jangka waktu yang dapat ditentukan sendiri. Ada dalam jangka waktu 1 (satu), 3 (tiga), 6 (enam), dan 12 (dua belas) bulan. Selain itu deposito juga aman karena dijamin oleh ( Lembaga Penjamin Simpanan). Dan dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peranan bank selaku pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan pokok bank adalah menerima simpanan dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Kegiatan bank pada akhirnya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup masyarakat, agar masyarakat menjadi lebih baik dan lebih sejahtera dari pada sebelumnya. Terlepas dari keadaan tersebut, investor akan bimbang menentukan apakah deposito atatupun instrument investasi lainnya. Jika tujuannya hanya untuk keamanan dana memang deposito adalah pilihan yang tepat. Walaupun begitu kita 1
pun tidak tahu dalam beberapa waktu kedepan.sebagai contoh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) akan mendorong biaya ekonomi untuk produksi dan distribusi otomatis akan ikut meningkat. Dan bila ini terjadi pasti akan ikut berpengaruh pada tingkat inflasi. Tidak dapat dibayangkan bila tingkat suku bunga deposito tidak berubah, maka nilai uang yang ada didalam deposito bukannya mengalami kenaikan tetapi nilai rill yang tersisa dalam uang tersebut telah berkurang sebesar selisih antara tingakt bunga dan laju inflasi. Turunnya suku bunga deposito menurunkan juga minat para investor untuk menempatkan dananya di bank. Jika untuk bank kecil hal ini akan sulit, jika mereka menurunkan bunga depositonya maka mereka akan kehilangan deposan. Karena suku bungannya rendah, kebanyakan investor cenderung mencari aset investasi yang bunganya lebih tinggi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 21 tersebut. 2
Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmiberalih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012. Sedangkan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan kembali melakukan pembatasan suku bunga deposito lagi. Kebijakan yang pernah dilakukan pada 2014 lalu itu, akan diperketat kembali.bila per 1 Oktober 2014, OJK memberlakukan aturan penetapan suku bunga simpanan untuk bank BUKU 4 maksimum 200 bps di atas BI rate atau sebesar 9,50% ketika itu. Sementara untuk BUKU 3, maksimum suku bunga 225 bps di atas BI rate atau sebesar 9,75% ketika itu. Maka dalam ketentuan terbarunya nanti, OJK akan membatasi suku bunga deposito maksimum 100 bps di atas BI Rate atau sebesar 8% untuk bank BUKU 3. Sementara untuk bank BUKU 4 dibatasi maksimum 75 bps dari BI Rate atau menjadi sebesar 7,75% dengan patokan BI rate yang saat ini 7%.Dalam peraturan OJK, hanya bank yang masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan BUKU 4 yang terkena imbas aturan capping bunga itu. Bunga deposito bank BUKU 3 maksimal 2,25 persen di atas BI rate. Sementara itu, bunga deposito bank BUKU 4 maksimal 2 persen di atas BI rate. Namun yang terjadi di pasar uang belakangan ini, tingkat suku bunga naik turun. Beberapa waktu yang lalu Lembaga Penjamin Simpanan menaikkan tingkat suku bunga penjaminan menjadi 5,75 persen. Angka ini bahkan dibawah tingkat suku bunga Sertifikasi Bank Indonesia atau SBI rate yang sebesar 6 persen. SBI sebagai instrument investasi jelas lebih rendah resikonya dibandingkan deposito 3
berjangka. Jadi bagi investor menempatkan dana dalam bentuk SBI jadi lebih menarik dibandingkan dengan deposito berjangka (yang dijamin oleh LPS). LPS berpesan untuk berhati-hati jika ada perbankan yang memberikan suku bunga yang lebih tinggi daripada suku bunga penjamin lembaganya. LPS menilai bila ada perbankan yang melakukan hal demikian maka bank tersebut kurang sehat. Hal ini perlu diwaspadai karena tingginya suku bunga deposito bisa saja dananya tidak dijaminkan ke LPS. Nasabah yang memperoleh bunga deposito tinggi sebenarnya diuntungkan secara tidak wajar, bisa saja uang nasabah tersebut tidak dapat dikembalikan jika banknya tempat simpanan deposito itu berhenti beroperasi. LPS hanya akan menjaminkan dana deposito nasabah di bawah Rp 2 Miliar dengan suku bunga yang sudah ditetapkan oleh LPS Rate. Berdasarkan data LPS, sekitar Rp 1 Triliun dana simpanan masyarakat di 46 bank yang dilikuidasi sejak 2006, ternyata hanya Rp 670 Miliar yang dinilai layak bayar. Sementara itu, sisanya sebesar Rp 445 Miliar justru dianggap tidak layak bayar. (www.lps.go.id) BI rate atau suku bunga Bank Indonesia, merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan lembaga-lembaga keuangan di seluruh Indonesia. Jika Bank Indonesia rate naik, maka bunga pinjaman maupun simpanan di bank dan lembaga keuangan lainnya juga bisa naik. Patokan ini hanya bersifat rujukan dan bukan merupakan peraturan, sehingga tidak mengikat ataupun memaksa. Jadi para bank boleh saja menaikkan bunga pinjaman kepada 4
orang yang mengajukan kredit dengan alasan Bank Indonesia rate naik, namun disisi lain bunga deposito atau bunga tabungan bagi para nasabahnya tidak naik sama sekali. Sementara bagi Bank Indonesia sendiri, Bank Indonesia rate adalah suku bunga bagi Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang disalurkan ke bank-bank. Ketika Bank Indonesia rate naik, maka para bank bisa menaruh dana mereka di Bank Indonesia dalam bentuk SBI dan akan menerima bunga. Kenyatannya bila Bank Indonesia rate dinaikan, maka para bank tentunya akan lebih suka menaruh dana tabungan nasabah mereka di Bank Indonesia daripada menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Sebab meskipun bunga yang ditetapkan Bank Indonesia lebih kecil dari bunga kredit, namun penjaminnya adalah pemerintah, sehingga resiko kredit macetnya sangat kecil, bahkan mendekati nol. Jika dana milik masyarakat yang dipegang para bank diendapkan di BI, maka jumlah uang cash yang beredar di masyarakat akan berkurang, dan pada akhirnya menurunkan tingkat inflasi. Itulah sebabnya Bank Indonesia rate merupakan instrumen yang biasanya cukup ampuh untuk menurunkan tingkat inflasi. Jadi adalah wajar ketika kemarin tingkat inflasi ternyata melebihi ekspetasi, banyak pihak kemudian menuntut agar Bank Indonesia segera menaikkan Bank Indonesia rate-nya. Selain Bank Indonesia rate, Bank Indonesia juga memiliki beberapa instrumen lainnya yang juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan inflasi. Misalnya sukuk, obligasi ritel Indonesia, surat utang negara, dll. Pada dasarnya semua menggunakan prinsip yang sama, yaitu menyerap dana sebesar-besarnya 5
dari masyarakat sehingga jumlah uang cash yang beredar di masyarakat jadi berkurang. Penyebab tingginya inflasi karena jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak. Ketika jumlah uang cash yang beredar di masyarakat berkurang, pertumbuhan inflasi memang akan tertekan. Namun disisi lain juga beresiko menekan pertumbuhan ekonomi. Misalnya jika para bank tidak memberi pinjaman modal ke pengusaha karena mereka lebih suka menyimpan dananya di BI, maka para pengusaha tentunya akan kesulitan mengembangkan usahanya, dan pada akhirnya akan menekan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Karena itulah, jika kemudian tingkat inflasi telah terkendali, maka Bank Indonesia bisa menurunkan kembali Bank Indonesia rate-nya, agar dana yang tadinya diendapkan bisa kembali dikucurkan ke masyarakat, untuk menumbuhkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Ketika Bank Indonesia menaikkan Bank Indonesia rate, pertimbangannya adalah pertumbuhan ekonomi masih stabil, sementara tingkat inflasi mulai tidak tekendali. Ketika inflasi mulai naik tidak terkendali, maka efeknya adalah biaya operasional para perusahaan yang terdaftar di BEI menjadi membengkak, karena naiknya harga bahan baku, gaji karyawan, dll. Akhirnya laba bersih para emitmen dikhawatirkan akan turun. Alhasil, harga sahamnya pun turun. Dan jika hal ini terjadi pada banyak saham, maka IHSG secara keseluruhan juga akan turun. Jadi ketika Bank Indonesia rate dinaikkan dan harapannya inflasi akan terkendali, maka IHSG juga bisa bangkit kembali. 6
Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya (Ismail, 2011:12). Berdasarkan pernyataan tersebut maka peran bank sangatlah penting dalam kehidupan masyarakat dalam menunjang kegiatan perekonomian. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus menerus melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif pembangunan ekonomi. Salah satunya adalah PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk yang merupakan salah satu Bank terbesar di Indonesia, dimana Bank Mandiri ini merupakan Lembaga Keuangan Perbankan milik Pemerintah yang menjadi salah satu lokomotif pembangunan ekonomi dengan selalu berupaya dan berkontibusi semaksimal mungkin dalam membantu membangun dan mengembangkan perekonomian negara. Melalui salah satu produk perbankanya yaitu Deposito Berjangka, dimana produk ini di tujukan kepada para pengusaha untuk menyimpan dana hasil usaha mereka dengan menawarkan deposito berjangka dengan suku bunga yang bersaing dan relatif lebih besaryang mana tujuannya untuk membantu para pengusahadalammerencanakan investasi yang aman. Namun adanya fenomena yang terjadi di lapangan dimana masih rendahnya minat masyarakat terutama kalangan pengusaha untuk menginvestasikan dana hasil usaha mereka dalam 7
bentuk deposito berjangka mengakibatkan belum optimalnya tingkat pertumbuhan deposito khususnya di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Jakarta Metro Tanah Abang. 8
Tingkat Inflasi periode Januari 2013 Desember 2015 Inflasi 10.00% 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% 8.79% 8.61% 8.40% 8.32% 8.37% 8.38% 8.22% 8.36% 7.75% 7.32% 7.25% 7.32% 6.70% 6.96% 5.31% 5.90% 5.57% 5.47% 5.90% 6.23% 6.26% 6.38% 6.79% 7.15% 7.26% 7.26% 7.18% 6.83% 6.25% 4.57% 4.53% 4.53% 4.83% 4.89% 4.00% 3.35% Gambar 1.1 Sumber :www.bi.go.id Masih tingginya tingkat inflasi dari beberapa periode terakhir menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga membuat turunnya nilai pendapatan masyarakat dan meningkatnya harga-harga barang pokok yang berimbas juga pada pertumbuhan sektor rill dan sektor perbankan.inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga harga secara tajam yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan moneter, yaitu salah satunya dengan menekan uang beredar. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta maupun bank- 9
bank pemerintah berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanan. Bunga yang diberikan oleh bank bank pada masyarakat merupakan daya tarik yang utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya dibank, sedangkan bagi bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan meningkatkan kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang sebagian besar berupa pemberian kredit pada masyarakat. BI rate atau suku bunga Bank Indonesia merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh bank indonesia sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank maupun lembaga keuangan di seluruh indonesia. Jika BI rate naik maka bunga pinjaman maupun simpanan di bank maupu lembaga keuangan lainnya juga bisa naik, namun hal ini hanyala bersifat rujukan dan bukan merupakan peraturan. Pada dasaranya Bank Indonesia akan menaikan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan di perkirakan berada di bawah sasaran yang telah di tetapkan.(www.bi.go.id) MenurutDr. Kasmir:(2014) bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah ( yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada pihak bank( nasabah yang memperoleh pinjaman). 10
Karl dan Fair (2001:635) Suku bunga adalah Pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima setiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Ismail:(2012) teori inflasi menganggap adanya kecendrungan penurunan nilai uang di masa datang. Maka menurut paham ini mengambil tambahan dari uang yang dipinjam merupakan sesuatu yang logis sebagai kompensasi penurunan nilai uang selama dipinjamkan. Thamrin Abdullah dan Francis Tantri:(2012) Inflasi secara sederhana dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua jenis barang sajadan tidak bisa disebut inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas (mengakibatkan kenaikan harga ) pada barang lain. Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang menunjukan suatu kecendrungan akan naiknya harga barang-barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang (Rimsky,2005:16). Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian yang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Sebaliknya,dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali, keadaan perekenomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. 11
Salah satu contoh penelitian terdahulu yang berjudul Suku Bunga, Inflasi dan Nilai tukar pengaruhnya terhadap permintaan kredit perbankan di kota Manado (2014), menjelaskan secara bersama suku bunga, inflasi dan nilai tukar berpengaruh terhadap permintaan kredit. Suku bunga berpengaruh negatif namun signifikan terhadap permintaan kredit pada dunia perbankan. Sedangkan Inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit dan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit. Selanjutnya penelitian yang berjudul Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah Dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan mengatakan bahwa variabel-variabel makro ekonomi berpengaruh terhadap jumlah kredit maupun ketiga jenis kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, dimana kredit investasi memiliki pengaruh terbesar terhadap perubahan tingkat suku bunga. Penelitian mengenai ekonomi makro telah beberapa kali dilakukan, salah satunya adalah Sugeng (2010) melakukan penelitian tentang ekonomi makro terhadap harga saham di bursa efek indonesia dalam periode 2007-2009. Dalam penelitian tersebut hasil pengujian menunjukkan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, kurs dan suku bunga tidak berpengaruh positif terhadap harga saham di BEI. Namun hasil uji F menunjukkan bahwa inflasi, kurs dan suku bunga berpengaruh terhadap harga saham di bursa saham Indonesia sebagai simultance. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas maka penulis mencoba membahas tentang pengaruh tingkat suku bunga, inflasi dan nilai kurs 12
rupiah terhadap deposito berjangka pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang. Untuk itu peneliti memberi judul penelitian ini : Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Kurs Rupiah Terhadap Pertumbuhan Deposito Berjangka Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang? 2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang? 3. Apakah nilai kurs rupiah berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adanya tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan deposito pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang. 2. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan deposito pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang. 13
3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh antara nilai kurs rupiah terhadap pertumbuhan deposito pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jakarta Metro Tanah Abang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat penelitian bagi penulis Memberikan pengetahuan dan pemahaman pada penulis tentang dunia perbankan khususnya pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi terhadap deposito berjangka pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2. Manfaat penelitian bagi manajemen PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam transaksi deposito atau gambaran kepada manajemen perihal variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi deposito pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 3. Manfaat penelitian bagi masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat baik itu masyarakat umum maupun pebisnis untuk menjadi refrensi dalam berdeposito kepada perbankan khususnya PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 4. Manfaat penelitian bagi akademis Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi para akademis dan memberikan informasi atau sebagai bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis. 14