BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

IDENTIFIKASI ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Wakil Rektor IV Universitas Telkom Sumber : Surat Keputusan Pengurus YPT 20 Juni 2014 Dalam struktur organisasi Warek

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara (Rasli et al., 2013). Oleh karena itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

TARGET PENYERAPAN TENAGA KERJA DALAM UNDANG-UNDANG APBN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan tinggi (Herwan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

Usaha Mikro-Kecil-Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung. perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari kontribusi UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki peran penting yaitu dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, sektor informal, dan merupakan alternatif yang dapat membantu serta menyerap pengangguran (www.keuda.kemendagri.go.id, diakses pada 28 Februari 2015). Sampai saat ini, Indonesia memiliki banyak tokoh wirausaha yang kesuksesannya telah menginspirasi banyak orang. Tokoh tokoh tersebut diantaranya : Chairul Tanjung yang merupakan pemilik TransTv, Trans7, Trans Studio, dan banyak perusahaan lainnya seperti Bank Mega. Reza Nurhilman, asal Bandung yang terkenal dengan produk keripik singkong pedasnya Makicih yang penghasilannya sangat luar biasa. Handy Setiono pengusaha di bidang kuliner kebab turki ini dinobatkan sebagai pengusaha sukses se Asia under 25 oleh majalah Business Wekk International pada tahun 2006. Selain itu banyak juga tokoh pengusaha dari Bandung yang menginspirasi seperti: Reza Nurhilman pengusaha keripik pedas Makicih; Ratnawati pemilik toko Kartika Sari; Sumiwiludjeng pendiri brownies kukus Amanda (www.vemale.com, diakses pada 15 April 2015) 1.2 Latar Belakang Penelitian. Di tengah era globalisasi dan persaingan global yang semakin ketat, ditambah dengan kemiskinan, kesenjangan sosial, kelangkaan energi, dan pengangguran tenaga kerja di usia produktif menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia (www.ekonomi.kompasiana.com, diakses pada 28 februari 2015). Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat didunia dengan jumlah penduduk sekitar 248.800.000 (dua ratus empat puluh delapan juta delapan 1

ratus ribu) jiwa, namun dengan banyaknya jumlah penduduk tersebut tidak menjamin setiap penduduknya memiliki pekerjaan tetap, dan mendapatkan jaminan kesejahteraan. (bps.go.id diakses pada 15 Februari 2015). 8 6 Jumlah Pengangguran Penduduk Indonesia (persen) 2014 7.14 6.56 6.13 6.17 5.94 4 2 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Gambar 1.1 Jumlah Pengangguran Penduduk Indonesia (persen) 2014. Sumber : www.bps.go.id Menurut data dari badan pusat statistika Indonesia jumlah pengangguran sampai dengan tahun 2014 adalah sebesar 5.94% atau ini berarti ada 14.778.720 (empat belas juta tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu tujuh ratus dua puluh) penduduk Indonesia usia produktif yang menjadi pengangguran. Rata rata pengangguran di Indonesia tidak hanya dari kalangan yang tidak berpendidikan saja, namun juga dari kalangan yang berpendidikan. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 mencatat sebagian besar pengangguran tersebut adalah mereka yang memiliki pendidikan Sekolah Menangah Atas. Tercatat bahwa sebanyak 1.962.786 (satu juta sembilan ratus enam puluh dua ribu tujuh ratus delapan puluh enam) penduduk dengan tingkat pendidikan Sekolah Menangah Atas mendominasi angka pengangguran di Indonesia. Pengangguran dapat terjadi antara lain karena terdapat angkatan kerja yang lebih besar dari kesempatan kerja dan juga disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja (www.kemenkeu.go.id, diakses pada 19 Desember 2015). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya data dari Badan Pusat

Statistik pada tahun 2014 yang menunjukan bahwa pencari kerja yang terdaftar sebanyak 1.295.149 (satu juta dua ratus Sembilan puluh lima ribu seratus empat puluh sembilan) sementara pemenuhan tenaga kerja yang tersedia dari 816.505 (delapan ratus enam belas ribu lima ratus lima) lowongan kerja yang terdaftar hanya 625.187 (enam ratus dua puluh lima ribu seratus delapan puluh tujuh). Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa hanya setengah dari para pencari kerja ini yang dapat memenuhi lowongan pekerjaan yang ada, dan sisanya tidak dapat terpenuhi. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka angka pengangguran di Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu pengangguran dinilai dapat berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang mampu dicapainya. Sehingga pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan nasional potensial (pendapatan yang seharusnya). Akibatnya kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah (www.kemenkeu.go.id, diakses pada 19 Desember 2015). Melihat kondisi seperti itu tentunya tingkat pengangguran di Indonesia harus dikurangi, salah satu caranya adalah melalui penambahan wirausaha. Wirausaha dinilai sebagai salah satu solusi, karena wirausaha dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, sektor informal, dan merupakan alternatif yang dapat membantu serta menyerap pengangguran (www.keuda.kemendagri.go.id, diakses pada 28 Februari 2015). Namun tingkat wirausaha di Indonesia saat ini masih terbilang kecil, jumlah wirausaha di Indonesia sebesar 1.56 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia, kenyataannya ini masih kalah jauh dibanding Negara Asia lain, seperti Cina dan Jepang yang memiliki wirausaha lebih dari 10 persen dari jumlah populasinya. Bahkan ditingkat regional Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dibanding Malaysia dan Singapura dengan jumlah wirausaha 5 persen dan 7 persen dari total populasi (www.indonesia.go.id, diakses pada 28 Februari 2015). 3

Pemerintah sebagai lembaga Negara tentunya berkeinginan untuk mendorong perkembangan wirausaha di Indonesia guna mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan jumlah wirausaha yang dinilai sebagai salah satu alternatif dalam menyerap pengangguran. Melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia yang dimulai pada tahun 2011 mengeluarkan program yaitu Gerakan Kewirausahaan Nasional. Terbukti dengan adanya program ini jumlah wirausaha di Indonesia pada tahun 2011 yang berjumlah 0.24 persen meningkat sebanyak 1.32 persen menjadi 1.56 persen pada tahun 2012 (www.depkop.go.id, diakses pada 28 Februari 2015). Meningkatnya jumlah wirausaha ini dibuktikan dengan berkurangnya jumlah pengangguran di Indonesia, seperti yang dilihat pada gambar 1.1 bahwa jumlah pengungguran di Indonesia berkurang setiap tahunnya, hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah wirausaha di Indonesia dari setiap tahunnya. Namun kendala lain yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan jumlah wirausahanya adalah karena masih kurangnya minat untuk menjadi wirausaha di Indonesia, terutama bagi mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Persentase minat untuk menjadi wirausaha berdasarkan pendidikan universitas 6.14 SMA 22.63 0 5 10 15 20 25 Jumlah Gambar 1.2 Minat menjadi wirausaha berdasarkan tingkat pendidikan Sumber : indonesia.go.id

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat dengan pendidikan terakhir Sekolah Menangah Atas (SMA) memiliki minat yang lebih besar untuk menjadi wirausaha yaitu sebesar 22.63 persen dibandingkan dengan mereka yang lulusan dari perguruan tinggi yaitu sebesar 6.14 persen. Deputi Pengembangan Kewirausahaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi Taty Arianti menyatakan bahwa minimnya minat dari lulusan perguruan tinggi untuk menjadi wirausaha memberikan kesan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin malas menjadi pengusaha, seharusnya semakin tinggi pendidikan mereka dapat mensejahterakan masyarakat dengan membuka lowongan pekerjaan (www.indonesia.go.id, diakses pada 28 Februari 2015). Namun dalam kenyataannya adalah masyarakat dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas yang paling berminat menjadi wirausaha. Gambar 1.3 perceived capabilities berdasarkan tingkat pendidikan Sumber : gemconsortium.org Tingginya minat dari masyarakat berpendidikan Sekolah Menengah Atas di Indonesia karena mereka memiliki perceived opportunities dan perceived capabilities yang tinggi dibandingkan masyarakat dengan tingkat pendidikan lainnya. Berdasarkan data dari Global Entrepreneurship Monitoring Indonesia 5

Report tahun 2013 menunjukkan bahwa masyarakat dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas memiliki perceived capabilities atau merasa memiliki keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan untuk memulai usaha baru lebih tinggi dibandingkan masyarakat dengan tingkat pendidikan lainnya. Tercatat 56.9 persen masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas memiliki perceived capabilities. Gambar 1.4 perceived opportunities berdasarkan tingkat pendidikan Sumber : gemconsortium.org Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Global Entrepreneurship Monitoring Indonesia Report pada tahun 2013 menunjukan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas memiliki perceived opportunities atau persepsi memiliki kesempatan menjadi wirausaha yang paling tinggi dibanding masyarakat dengan pendidikan dari lulusan perguruan tinggi maupun tingkat pendidikan dibawahnya yaitu sebesar 54.7 persen. Memiliki perceived opportunities yang tinggi ini membuktikan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas ini memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa dirinya mempunyai kesempatan dan dapat melihat kesempatan bagus untuk memulai usaha atau menjadi wirausaha. Selain itu jika melihat perceived opportunities di Indonesia, kota-kota besar di Indonesia memiliki perceived

opportunities yang tinggi. Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki persepsi yang lebih tinggi tentang kesempatan untuk menjadi wirausaha (47.25 persen) diikuti Kota Bandung (10.35 persen), Surabaya (8.95 persen), dan Semarang dan Surakarta (6.2 persen). Menariknya Kota Bandung di banding kota kota lainnya adalah bahwa di Bandung fear of failure atau ketakutan akan kegagalan dalam memulai usaha sangatlah kecil (2.2 persen) dibandingkan Jakarta (36.15 persen), Surabaya (12.65 persen), dan Semarang dan Surakarta (7.45 persen). Nilai fear of failure ini dikaitakan dengan perceived opportunities karena ketika seseorang memiliki kesempatan untuk memulai usaha mereka juga memiliki anggapan akan ketakutan dan kegagalan dalam memulai usahanya, dan di Bandung nilai ketakutan ini sangatlah kecil. Sehingga ini membuktikan bahwa masyarakat Bandung ketika mereka melihat kesempatan untuk memulai usaha, mereka akan memulainya. Postgraduate 0.6 Diplopa/Undergraduate 11.1 Senior Secondary Education 49 Junior Secondary Education 19.8 0 10 20 30 40 50 60 Series 1 Gambar 1.5 establish business berdasarkan tingkat pendidikan Sumber : gemconsortium.org Selain itu, data Global Entrepreneurship Monitoring Indonesia Report tahun 2013 membuktikan bahwa sebagian besar bisnis yang telah berjalan dengan stabil atau establish business di Indonesia dimiliki oleh wirausaha dengan tingkat 7

pendidikan terakhir yang ditamatkan yaitu Sekolah Menengah Atas sebesar 49 persen. Establish business dalam pengertian Global Entrepreneurship Monitor adalah bisnis atau usaha yang telah berlangsung sekurangnya selama 42 bulan atau tiga setengah tahun, selain itu usaha atau bisnis tersebut harus sudah menghasilkan gaji dan keuntungan selama kurun waktu tersebut. Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas selain memiliki perceived opportunities dan perceived capabilities mereka juga mampu menjalankan bisnis dengan baik. Minat berwirausaha adalah prediktor terbaik dari pola perilaku yang direncanakan seperti kewirausahaan (Bagozzi et al, dalam Ariff et al 2010). Menurut Ajzen dalam teorinya yaitu Theory of Planned Behavior (Ajzen dan Fishbein ; dalam handayani dan Baridwan 2013) minat diasumsikan sebagai faktor faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku, yang mengindikasikan seberapa keras orang bersedia untuk mencoba dan berapa banyak upaya yang mereka rencanakan untuk dikerahkan dalam rangka untuk melakukan perilaku. Minat untuk terlibat dalam perilaku tertentu tersebut dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu attitude toward behavior (sikap), subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavioral control (control perilaku). Theory of Planned Behavior sangat sesuai digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku di dalam kewirausahaan. Seperti yang dikatakan oleh Autio et al (dalam Handayani dan Baridwan;2013) bahwa Theory of Planned Behavior juga telah digunakan secara luas dalam menjelaskan niat kewirausahaan di sejumlah studi Berdasarkan fenomena bahwa tingginya minat untuk menjadi wirausaha adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan akhir SMA dan sebagian besar usaha yang sudah mapan dimiliki oleh orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan SMA, maka penulis ingin mengindetifikasi lebih jauh mengenai hal tersebut dengan menggunakan pendekatan dari faktor faktor yang terkandung dalam Theory of Planned Behavior yaitu attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Oleh karena itu judul dari penelitian ini adalah Identifikasi Attitude Toward Behavior, Subjective Norm, dan Perceived Behavioral Control

Sebagai Faktor Pendorong Berwirausaha (Studi Pada Wirausaha dengan Tingkat Pendidikan Akhir Sekolah Menengah Atas). 1.3 Perumusan Masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan berikut : 1. Bagaimana attitude toward behavior sebagai faktor pendorong untuk menjadi wirausaha? 2. Bagaimana subjective norm sebagai faktor pendorong untuk menjadi wirausaha? 3. Bagaimana perceived behavioral control sebagai faktor pendorong untuk menjadi wirausaha? 1.4 Tujuan Penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor attitude toward behavior sebagai faktor pendorong menjadi wirausaha. 2. Untuk mengetahui faktor subjective norm sebagai faktor pendorong menjadi wirausaha. 3. Untuk mengetahui faktor perceived behavioral control sebagai faktor pendorong menjadi wirausaha. 1.5 Kegunaan Penelitian. 1.5.1 Aspek Teoritis. a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui faktor attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control dapat memotivasi seseorang untuk menjadi wirausaha. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan memberikan motivasi di bidang kewirausahaan. 9

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan penelitian bagi Peneliti selanjutnya untuk membuktikan pengaruh dari faktor tersebut. 1.5.2 Aspek Praktis. a. Bagi Penulis. Diharapkan dapat menambah wawasan dalam hal kewirausahaan serta motivasi untuk menjadi wirausahawan. b. Bagi Universitas. Diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat memotivasi mahasiswa untuk menjadi wirausaha, sehingga dapat menjadi masukan dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian. Penelitian ini terdapat batasan batasan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih fokus dan dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan perumusan masalah. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1.6.1 Variabel Penelitian. Variabel penelitian pada penelitian ini adalah Attitude, Subjective Norm, dan Perceived Behavioral Control. 1.6.2 Lokasi dan Objek Penelitian. Lokasi pada penelitian adalah di Bandung, dengan objek penelitiannya yaitu wirausaha dengan tingkat pendidikan akhir Sekolah Menengah Atas. 1.7 Waktu dan Periode Penelitian. Waktu dan periode penelitian ini adalah dari bulan Agustus tahun 2015 hingga Mei 2016.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir. Sistematika penulisan ini disusun untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi yang terdapat didalam skripsi, maka sistematika penulisan penilitian ini adalah sebagai berikut : a. BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan secara singkat mengenai tinjauan objek studi, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN. Pada bagian ini dikemukakan landasan teori yang relevan dengan topik pembahasan, yang dijadikan landasan dalam pembahasan dan analisis permasalahan. c. BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini dijelaskan tentang pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan selama mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab masalah penelitian. d. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dijelaskan tentang hasil dan uji keabsahan data yang dilakukan, serta pembahasan hasil penelitian. e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan bereserta rekomendasi bagi pihak terkait maupun bagi penelitian lebih lanjut. 11