BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kompetensi dasar yang mengharuskan siswa mampu mengidentifikasi alur,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. sastra telah banyak beredar di lingkungan masyarakat. kejadian yang menyangkut persoalan jiwa/ kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. tidak lain sebagai alat menanamkan nilai-nilai atau moral dan budi pekerti, agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu bidang kajian pembelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan ajar

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Keempat hal tersebut akan diuraikan secara berurut seperti berikut ini. 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya fiksi yang dibuat oleh pengarang berdasarkan pengalamanya, atau orang lain serta kondisikan dengan masyarakat sekitar. Sastra juga merupakan luapan emosi yang spontan, yang mampu mengungkapkan aspek-aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang rutinitas kehidupan serta gejala-gejala sosial yang terjadi dimasyarakat. Sastra menurut Sumardjo (1997:3), ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, kenyakinan, dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan 1

2 bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Dengan mempelajari sastra seseorang mampu untuk mempelajari masalah yang terjadi disekitar, memecahkan masalah dan mendapatkan kepuasan batin tersendiri dari karya sastra tersebut Salah satu teks genre sastra dalam kurikulum 2013 yang sering dipergunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah cerpen. Cerpen adalah suatu cerita yang menggambarkan sebagian kecil dari keadaan, peristiwa kejiwaan, dan kehidupan seseorang (Karmini 2011:102), Sejalan dengan pendapat Karmini, menurut Kosasih (2012:34), cerpen adalah cerita yang bentuk fisiknya pendek. Cerpen merupakan karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsik. Unsur-unsur tersebut dipadukan dan dibuat mirip dengan dunia nyata yang lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya sehingga tampak benarbenar ada dan terjadi. Unsur intrinsik inilah yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik akan menjadikan sebuah cerpen indah dan menarik untuk dibaca, apalagi jika pengarang mampu menuangkannya dalam bahasa yang memikat. Dengan menganalisis unsur intrinsik siswa sudah masuk ke dalam proses apresiasi sastra. Menurut Hayati dan Muchlich (tt:5), istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris apreciaton yang berarti penghargaan, penilaian, dan pengertian. Dengan begitu kegiatan memberikan penghargaan pada karya sastra berupa analisis interpresi ataupun menilai baik buruknya sebuah karya sastra dapat digolongkan dalam mengapresiasi. Sejalan dengan pendapat Hayati dan Muchlich, Gove (dalam Aminuddin,2013:34), istilah apresiasi sastra mengandung

3 makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Dengan menganalisis cerpen seseorang akan mendapatkan informasi yang memadai unsure pembangun sebuah cerpen. Dengan mempelajari cerpen seorang siswa mampu untuk menceritakan kembali pengalamannya dalam bentuk fiksi atau seseorang mampu untuk melukiskan kehidupan atau fenomena sekitarnya dalam balutan fiksi dengan pengunaan bahasa yang baik. Unsur intrinsik merupakan unsure utama pembangun cerpen untuk itu diharapkan siswa mampu untuk memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis unsur intrinsik dengan baik agar siswa bisa mengaplikasikan dalam bentuk tulisan serupa yaitu cerpen ataupun mengambil hikmah dari inti cerita ataupun pesan moral yang disampaikan pengarang. Berdasarkan observasi awal dengan teknik wawancara yang dilakukan peneliti diperoleh informasi dari guru bahasa Indonesia di SMA Saraswati 1 Denpasar kelas XI MIA 4 kemampuan menganalisis cerpen cenderung rendah. Dua hal yang menjadi fokus masalah yang ditemukan peneliti, yakni kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen masih kurang dan respon siswa cenderung kurang fokus saat mengikuti pelajaran. Mengingat pembelajaran menganalisis unsur instrinsik cerpen itu sudah diajarkan, maka tentunya siswa sudah mendapatkan pemahaman yang memadai tentang bagaimana menganalisis intrinsik yang meliputi tema, alur, tokoh, penokohan, latar,sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Namun, pada kenyataannya nilai siswa dalam menganalisis struktur teks anekdot terbilang

4 rendah. Hal ini terlihat dari nilai hasil menganlisis unsur intrinsik cerpen yakni 65. Kenyataan ini terlihat ketika peneliti observasi awal dengan teknik wawancara yang dilakukan peneliti diperoleh informasi dari guru bahasa Indonesia kelas XI MIA 4 SMA Saraswati 1 Denpasar kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen rendah. Siswa tidak mampu membedakan tema mayor dan minor, keliru menetukan majas, dan sudut pandang. Respon siswa pun terbilang kurang baik seperti keaktifan, dan perhatian masih terbilang kurang. Setelah mekakukan observasi peneliti menemukan hal penyebab kurangnya kemampuan danrespon siswa yang tidak baik pada saat menganalisis unsur intrinsik cerpen yakni (1) kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran terbukti dengan masih banyaknya siswa yang mengobrol saat pelajaran berlangsung, (2) masih kurangnya pengetahuan siswa terhadap materi cerpen khususnya tentang menganalisis unsur intrinsik cerpen, (3) pada saat penyampaian materi guru cenderung menggunakan model pembelajaran yang menonton seperti ceramah dan jarang adanya diskusi. Dengan kata lain guru masih aktif memberikan penjelasan dan murid hanya mendengarkan saja. Masalah di atas terbilang cukup serius. Untuk itu sebagai seorang calon guru bahasa Indonesia peneliti merasa berkewajiban untuk menyikapi dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen. Adapun solusi yang ditawarkan peneliti adalah memilih model pembelajaran yang tepat sehingga proses hasil belajar mengajar bisa tercapai. Memilih metode yang cocok sesuai dengan kebutuhan siswa memang tidaklah mudah. Untuk itu, dengan berbagai pertimbangan peneliti

5 akhirnya memilih model pembelajaran inkuiri. Menurut Sanjaya (2016:196), strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Sejalan dengan pendapat Sanjaya, menurut Ngalimun (2012:61), pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan suatu masalah ilmiah. Dengan demikian, siswa akan terlibat aktif memecahkan masalah tentu dengan bimbingan guru dan pola pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pembelajaran inkuiri, siswa diajarkan disiplin dan keterampilan intelektual untuk memecahkan masalah serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. dalam proses pemebelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Dalam strategi inkuiri, guru dituntut untuk membantu membina dan mengembangkan kemampuan menganalisis siswa. Keberhasilan studi siswa akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk bisa memecahkan masalah hal ini sangat memengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. Oleh karena itu, pembelajaran dengan mengunakan strategi inkuiri diyakini mampu meningkatkan kemampuan menganalisis peserta didik serta berpengaruh terhadap respon siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

6 peneliti perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Terkait dengan hal itu peneliti merumuskan judul penelitian ilmiah Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Strategi Pembelajran Inkuiri Oleh Siswa Kelas XI MIA 4 SMA Saraswati 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ilmiah, rumusan masalah menjadi peran penting dalam penelitian ini, karena dapat memberikan arah yang jelas terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada Kelas XI MIA 4 SMA Saraswati 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan respon siswa Kelas XI MIA 4 SMA Saraswati 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2016/201 dalam belajar menganalisis unsur intrinsik cerpen? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian tentu terdapat tujuan yang hendak dicapai. Tujuan penelitian harus dirumuskan dengan jelas untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian. Adapun tujuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi

7 dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut akan diuraikan kedua tujuan tersebut. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum merupakan tujuan secara keseluruhan terhadap suatu penelitian sesuai dengan masalah yang sudah dirumuskan di atas. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia, khususnya dalam pengajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen. 1.3.2 Tujuan Khusus Di samping tujuan umum tersebut di atas, penelitian ini memiliki tujuan khusus adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen siswa kelas XI MIA 4 SMA Saraswati 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan respon siswa Kelas XI MIA 4 SMA Saraswati 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam belajar menganalisis unsur intirnsik cerpen 1.4 Manfaat Penelitian Setiap sesuatu yang dikerjakan tentunya mengharapkan hasil yang maksimal, serta mempunyai suatu manfaat. Demikian halnya dengan penelitian yang terdiri dari dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

8 1.4.1 Manfaat Teoritis Adapun manfaat teoretis dari penelitian ini diantaranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat akademis maupun masyarakat luas. Manfaat teoritis penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini dapa tmemberikan manfaat untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif. 2. Model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai refrensi dalam mengajarkan materi pembelajaran apresiasi karya sastra. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang pembelajaran apresiasi sastra bagi siswa di sekolah. 1.4.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi, respon siswa baik itu keaktifan, keantusiasan, perhatian dan meningkatkan prestasi siswa dalam menganalisis unsu intrinsik cerpen. 2. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan umpan balik atas kemampuan siswa dalam pembelajaran sastra khususnya cerpen untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik, sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil langkah-langkah pembelajaran berikutnya. 3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah serta dalam

9 melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai.