iii SAMBUTAN REKTOR & PEMBUKAAN SIMPOSIUM Bismillahirrahmanirrahim Yang terhormat Bapak Ketua Majelis Wali Amanah, Ketua Senat Akademik, Pimpinan Majelis Guru Besar, para civitas academica ITB, para pembicara antara lain Bapak Kusnaka, Bapak Dillon, Bapak Raka, dan Bapak Budiono, undangan dan hadirin yang kami hormati. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera, selamat pagi. Puji syukur kehadirat Allah SWT, kita berkumpul dalam rangkaian acara ITB Science, Art, & Technology Fair 2005 ini. Pada pagi ini kita akan melaksanakan suatu simposium yang mencoba mengingatkan kita untuk perlu memiliki jati diri.yaitu tentang nilai kebangsaan. Bahwasanya ITB dilaksanakan berdasarkan PP-155 tahun 2000. Oleh karena itu, terdapat berbagai dasar yang harus digunakan untuk penyelanggaran institut ini, asset yang diacu adalah kebenaran ilmiah dan budaya ITB, mencerdaskan kehidupan bangsa, keadilan, hak asasi manusia, kelestarian lingkungan hidup, kemitraan dan kesederajatan. Asas yang digunakan dalam menyelenggarakan ITB, menempatkan ITB dalam berbudaya penelitian. Lebih dari itu, bagaimana menempatkan ITB dalam konteks bernegara dan berbangsa, membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang cerdas tertuang dalam UUD yang diperbaharui. Bertitik tolak dari asas dan mukadimah UUD 1945, tersurat ITB mempunyai tanggung jawab besar dalam mencerdaskan bangsa. ITB harus dapat membawa bangsa ini unggul. Langkah apa yang dilakukan ITB agar bangsa Indonesia unggul, itulah yang harus kita rumuskan dan impelementasikan dalam kehidupan sehari-hari. ITB mampu berkontribusi nyata sepanjang ITB menjadikan dirinya unggul sebagai Perguruan Tinggi terpandang baik nasional maupun internasional. Perguruan Tinggi kita ini telah menetapkan tatanan nilai inti yang dijadikan roh dari kehidupan dan penghidupan institut ini. Hal tersebut dituangkan dalam SK Senat Akademik ITB tahun 2002. Tata nilai ini digunakan untuk mengelola sistem pendidikan di ITB. Tata nilai mencakup, nilai etis, moral, edukatif, pencerahan, nilai ilmiah, nilai ekonomi, nilai kebaruan, nilai ekologis, nilai bisnis, nilai kreatif, nilai imajinatif, nilai positif dan nilai keadilan.
iv Ditransformasikan dalam kebijakan riset ITB, dimana dicantumkan riset di ITB adalah riset fundamental untuk kepeloporan melalui menumbuhkan kepakaran di ITB dan di Indonesia. Pengembangan teknologi, seni dan budaya untuk memicu dan pemacu perkembangan iptek sebagai solusi masalah bangsa. Hasilnya telah dipamerkan, mulai dari teknologi siap pakai, selain itu efisien, dan berbagai macam obat-obatan dari tumbuhan. Sungguh terlihat jelas, ITB mempunyai kebijakan riset yang masuk dalam tatanan manajemen pengetahuan untuk mencerdaskan menuju pembangunan industri intelektual yang menghasilkan pakar yang mampu melakukan riset untuk permasalahan bangsa. Permasalahan bangsa bersifat kompleks berkaitan dengan kelangkaan bahan bakar yang berdampak luas dalam kehidupan. Jika subsidi dipertahankan akan berakibat pada kehidupan ekonomi Indoneisa. Nampaknya ini ada tarik menarik yang perlu dipikirkan dengan baik. ITB sendiri telah menetapkan fokus dengan penelitian yang diutamakan ITB kurun waktu 2004-2014: energi alternatif - beberapa dapat dilihat di pameran kita seperti bahan gas, bioteknologi, pengelolaan lingkungan hidup dan sumber air, teknologi informasi, seni rupa dan desain. Riset unggulan alternatif dikembangkan ITB, ditujukan untuk mendorong daya saing dan jati diri diharapkan mampu memberikan solusi bahan bakar minyak bumi. ITB telah bangkit sebagai badan hukum yang mandiri. Sebagai badan pendidikan telah berusaha untuk menghasilkan pakarpakar. Kebangkitan nilai kebangsaan makna, memaksimalkan sumberdaya ITB dalam persepektif IPTEKS, mampu membawa Indonesia menjadi unggul di internasional. Simposium ini akan bermakna dalam menghadirkan ITB menjadi bermanfaat bagi bangsa dan negara ini. Pada hari ini, simposium kebangkian nilai ITB, dengan resmi saya nyatakan dibuka. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih. Rektor Prof. Dr. Djoko Santoso
1 Meningkatkan Kemandirian Bangsa Dalam Era Kesaling-tergantungan Mencermati Peran Pendidikan dan Upaya Meningkatkan Kontribusi ITB Prof. Dr. I Dewa Gede Raka Majelis Guru Besar ITB Guru Besar Departemen Teknik Industri - ITB 1. Pendahuluan Kita memasuki era kesaling-tergantungan pada skala global. Namun demikian, derajat ketergantungan sebuah negara terhadap negara-negara lain berbeda-beda. Ada negara yang derajat ketergantungannya rendah, namun sebaliknya ada juga yang tingkat ketergantungannya tinggi. Negara dengan tingkat ketergantungan yang rendah relatif lebih mandiri. Sayangnya, Indonesia pada saat ini termasuk salah satu negara yang derajat ketergantungannya tinggi. Sampai saat ini negara kita belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap hutang atau pinjaman luar negeri. Demikian juga, sampai saat ini dalam sektor ekonomi dan industri kita masih sangat tergantung pada teknologi import. Tantangan yang dihadapi kini dan di masa depan, bagaimana negara kita bisa mengurangi derajat ketergantungan ini. Dengan kata lain apa yang perlu dilakukan agar kita bisa menjadi negara dan bangsa yang lebih mandiri. Dalam mencoba mencermati tantangan tersebut, risalah ini mencoba membahas masalahnya dari perspektif kebangkitan paham kebangsaan di Indonesia dan mencoba melihat hal-hal yang dapat dilakukan oleh ITB sebagai sebuah lembaga pendidikan untuk meningkatkan kontribusinya dalam mengatasi tantangan di atas.
dengan budaya apresiatif, bukan budaya sinis. Kreativitas inilah yang menjadi inti dari kewirausahaan, baik di sektor swasta, sektor publik, dan sektor kemasyarakatan. 7.9 Mengembangkan jejaring kerja sama dengan lembagalembaga lain dan meningkatkan serta menjaga kredibilitas. Sebagai salah satu perguruan tinggi yang tertua di Indonesia, ITB menjadi salah satu sentra modal intelektual dalam bidang sain, teknologi dan seni di Indonesia. Namun untuk menjadikan modal intelektual punya arti bagi perubahan sosial di Indonesia, unsur-unsur komunitas ITB perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain, baik di sektor pemerintah maupun swasta, dan kerja sama itu didasarkan atas dasar prinsip-prinsip yang dihormati oleh pihak-pihak yang bekerja sama. Nampaknya perlu dipikirkan kembali hubungan ITB dengan para alumninya. Sebab para alumni dapat menjadi bagian utama dari komunitas ITB dalam menjangkau masyarakat luas. Selanjutnya, dalam memperkenalkan sebuah perubahan, kredibilitas memegang peran sangat besar. Kredibilitas ini sekurang-kurangnya bersumber pada dua hal, yaitu memberikan kinerja yang dijanjikan, dan bertindak ethical dalam memenuhi janji tersebut. 8. Catatan Penutup Dari uraian di atas betapa besarnya masalah dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Sayangnya masalah dan tantangan besar ini, saat ini tidak jadi bagian dari 'bahan pelajaran' di dunia pendidikan. Proses pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan berjalan terlepas dari permasalahan bangsa. Keadaan seperti ini perlu diakhiri apabila pendidikan diharapkan menjadi persemaian untuk tumbuh dan berkembangnya generasi baru yang cerdas, berintegritas, dan dapat serta terpanggil untuk memikul tanggung jawab sosial yang besar. 15
16 Nilai-Nilai Kebangsaan ITB untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa Dr. H.S. Dillon S Ketua Majelis Wali Amanat ITB elamat pagi, Saya bersyukur kepada Sang Pencipta, saya berada di sini. Tema yang diangkat sangat dekat ke hati saya. Dan pagi ini menunjukan perlunya masalah ini diangkat. Semua yang disampaikan disini, supaya ditindaklanjuti dengan diskusi mendalam oleh warga kampus. Untuk saya, sederhana sekali. Dimana bangsa itu, dikutip oleh Renan, paling tidak karena senasib dan sepenanggungan, mempunyai tujuan untuk hidup bersama. Kemandirian jelas betul. Untuk apa bangsa ini didirikan, supaya kita dapat berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam ekonomi berkepribadian dalam kebudayaan. Ada perasaan bahwa orang seperti Soekarno, Djuanda itu merupakan pengejawantahan. Saya perlu jelaskan, ada tiga kali membicarakan roh ITB, tatkala melantik rektor. Membangunkan roh, kita bicarakan menghidupi roh, mengejawantahkan roh. Sebetulnya Sukarno, Djuanda itu mengejawantahkan roh ITB, perjuangan kepeloporan. Selama tiga dasawarsa terakhir kurang menggugah. Kita lihat juga di kampus ini, di masyarakat ada bergesernya nilai-nilai yang dianggap menjadi inti dari komunitas yang menamakan dirinya bangsa, menjadi nilai pragmatis, materi dan kebangsaan. Dalam 2-3 hari ini banyak tokoh yang mengajak menandatangi keprihatinan. Memang agak menyedihkan keadaan bangsa ini.