A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013. Tanggal terbit : 12 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat dalam bidang pelayanan terhadap pelanggan. Kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dikelola dengan manajemen sederhana, tetapi harus. berbagai perubahan. Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, masyarakat kini sudah mengerti

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap dengan berbagai jenis

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

PEMBAGIAN TUGAS ( JOB DESCRIPTION ) RUANG VK BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang ditemukan seperti berbagai peralatan canggih dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

I. PENDAHULUAN. pembangunan yang bersifat sentralistik ke arah desentralistik yang. masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Tujuan pembangunan di

URAIAN TUGAS DAN WEWENANG DOKTER PELAKSANA IGD 1. Nama jabatan : Dokter Pelaksana IGD 2. Pengertian : Seorang dokter umum yang diberi wewenang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah instusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang tidak periodik. Ada yang harus diperbaharui (updated) yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB V PENUTUP. kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di. Instalasi Gawat Darurat adalah berupa uraian pembagian tugas (job

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam segala bidang pembangunan mendorong perubahan yang radikal, termasuk perubahan perilaku sebagai wujud eksplisit dari pola pikir yang teradopsi secara sadar maupun tidak sadar dari lingkungan sekitarnya. Sehingga mengarahkan titik pandang yang menemukan adanya perbedaan yang terjadi bukan alamiah, ke suatu cara pandang faktual yang dapat memacu kreasi berpikir bahwa yang terjadi bahwa yang terjadi merupakan ilmiah atau dapat berulang serta dibuktikan. Perkembangan rumah sakit yang pesat dengan permintaan pasar untuk pelayanan yang baik menuntut penyelenggara organisasi pelayanan kesehatan untuk melaksanakan secara profesional. Rumah sakit adalah suatu institusi yang merupakan produk jasa pelayanan medis, sehingga kualitas pelayanan kesehatan perlu diperhatikan secara baik, karena pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas dan merupakan tanggung jawab bersama dalam pembangunan kesehatan bangsa secara keseluruhan. Survei terhadap 390 rumah sakit di Amerika Serikat telah menunjukan bahwa perpanjangan waktu di UGD akan secara umum menyebabkan keramaian yang berlebihan, yang pada gilirannya akan memanjangkan waktu pelayanan sehingga meningkatkan ketidakpuasan pelanggan dan kurangnya kualitas pelayanan (Purnell, 1995). Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelaksana fungsional yang strategis dalam memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dengan problem medis akut juga memerlukan pengembangan. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat pada suatu rumah sakit merupakan salah satu tolak ukur kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya. Instalasi Gawat Darurat mempunyayi tujuan pelayanan mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat. Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Depkes (1992).

2 Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari rangkaian upaya penanggulangan penderita gawat darurat yang perlu diorganisir. Depkes (1992). Studi lain tentang IGD diungkap oleh Brenner. Menurut kajian yang dilakukan Brenner(2010), Departemen IGD identik dengan kepadatan yang menyebabkan keterlambatan dalam melakukan tindakan. Hal ini berdampak pada pasien yang harus menunggu lama untuk diperiksa dan dilayani. Tidak hanya itu, rumah sakit mengalami kehilangan pasien karena pindah ke rumah sakit lain atau pulang ke rumah. Berbagai kondisi yang dihadapi perawat di departemen IGD menimbulkan berbagai masalah. Bermula dari kejenuhan para pekerja medis, banyak pekerja medis yang mengundurkan diri, dan terjadi kesalahan medis (salah mendiagnosis, salah melakukan tindakan) dimana menurut Lowry (2009) kesalahan yang sering terjadi di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), berpotensi membahayakan keselamatan pasien dan kebanyakan disebabkan oleh kesalahan sumber daya manusianya ( human error). Sebesar 85% kesalahan dilakukan oleh para perawat, 13% oleh dokter spesialis dan dokter residen; dan 2% oleh petugas administrasi. Akibat dari kesalahan-kesalahan ini, sebesar 44% berdampak buruk bagi instansi rumah sakit yang bersangkutan; dan sisanya berdampak buruk bagi pasien. Saat ini pelayanan kesehatan kegawatdaruratan dirasakan oleh masyarakat masih belum optimal, dikarenakan sarana dan fasilitas yang kurang memadai. Hal ini masih ditambah lagi dengan persoalan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan yang juga kurang memadai. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan berkesinambungan sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal. (Depkes,2005). Menurut Standar Pelayanan rumah sakit (Depkes RI 1996), Instalasi gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan darurat dengan standar tinggi kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, dalam arti pelayanan harus diselenggarakan 24 jam, pelayanan pasien yang bukan dalam

3 kondisi darurat, tidak boleh mengganggu pelayanan pasien gawat darurat, dan unit gawat darurat harus membatasi diri dalam pelayanan gawat darurat saja. Standar yang tinggi tersebut juga termasuk adanya fasilitas yang ideal yaitu susunan ruangan dan arsitek bangunan yang dapat menjamin efisiensi pelayanan kegawatan, letak instalasi gawat darurat harus sedemikan rupa sehingga mudah dicapai dari luar rumah sakit, dan dilengkapi dengan tanda tanda yang jelas yang dapat dilihiat baik dari jalan (luar rumah sakit) maupun dari dalam rumah sakit. Tempat penerimaan pasien dan triase harus diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat melihat dan mengawasi kedatangan ambulance dan tempat brankar. Ruang resustasi berada dekat dan mudah dicapai dari tempat penerimaan pasien. Dokter merupakan salah satu sumber daya yang penting dan di tuntut harus mampu menunjukan tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi, sikap dan perilaku. Dengan kemampuan dan keterampilannya sangat dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan profesional. Untuk itu dokter perlu memperlihatkan kinerjanya sebagai tenaga yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya di Instalasi Gawat Darurat. Rumah Sakit Umum Daerah Koja telah berdiri sejak bulan Agustus 1952, dengan fasilitas sangat sederhana dalam bentuk sarana Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin, kemudian secara berangsur angsur dikembangkan menjadi sebuah Rumah Sakit Umum. Nama Rumah Sakit Umum Koja berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Koja sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah melalui Undang undang Otonomi daerah pada tahun 1999. Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Koja telah melakukan pengelolaan keuangan BLUD penuh yang mengacu kepada prinsip akuntabilitas, berbasis kinerja sebagaimana dengan diterbitkannya Peraturan Gubernur Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2006, dengan jumlah ketenagaan sekarang sebagai berikut :

4 Tabel. 1 Komposisi Jumlah Ketenagaan Pegawai RSUD Koja Tahun Per Des 2010 Jenis Tenaga PNS Honorer Jumlah Dokter 46 orang 11 orang 57 orang Tenaga Perawat 131 orang 171 orang 302 orang Paramedis non perawatan 22 orang 70 orang 92 orang Tenaga Non Kesehatan 45 orang 170 orang 215 orang Jumlah Pegawai 244 orang 422 orang 666 orang Sumber : Bagian Kepegawaian RSUD Koja. Pengamatan awal menunjukan bahwa pelayanan di Instalasi Gawat Darurat belum tampak memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat, hal ini terlihat 1). Dengan menumpuknya pasien yang bisa sampai dua atau tiga hari menetap di Instalasi Gawat Darurat dapat disebabkan oleh penuhnya kamar kamar perawatan atau disebabkan pasien itu sendiri pun tidak mau untuk di rujuk. 2). Jauhnya jarak antara IGD dengan ruang rawat inap sehingga menyulitkan pengiriman pasien dan peminjaman oksigen jika oksigen di IGD dipakai semua semntara ada pasien lagi yang membutuhkan. 3). Sedang dilakukan renovasi sehingga membuat tidak nyaman dalam bekerja. Masalah lain yang ada ialah sering berganti - gantinya dokter setiap enam bulan atau lebih menyebabkan sering dilakukannya adaptasi kepada dokter dokter pengganti yang baru, hal ini menyebabkan banyaknya waktu terbuang untuk proses adaptasi. Dan juga dikarenakan dokter yang berjaga di IGD lebih banyak dokter honorernya di bandingkan dengan dokter yang berstatus PNS. Dalam menjalankan fungsinya pelayanan di Instalasi Gawat Darurat di laksanakan oleh 1 orang dokter umum sebagai penanggung jawab Instalasi Gawat Darurat pada setiap shif kerja, yang berjumlah 7 orang secara bergiliran setiap harinya, semuanya adalah dokter umum yang bekerja pada RSUD Koja. Paramedis yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat berjumlah 26 orang termasuk kepala ruangan, tenaga paramedis ini juga waktu dinas dibagi dalam 3 shif yaitu shif pagi, shif sore dan shif malam.

5 Tabel. 2 Komposisi Jumlah Tenaga IGD RSUD Koja Per Jan 2011 Jenis Tenaga PNS Honorer Jumlah Dokter 2 orang 5 orang 71 orang Tenaga Perawat 7 orang 19 orang 26 orang Paramedis non perawatan - - - Jumlah Pegawai 9 orang 24 orang 33 orang Sumber : Bagian Kepegawaian RSUD Koja. Tabel. 3 Jumlah Kunjungan IGD RSUD KojaTahun 2008-2010 Tahun Jumlah Kunjungan Orang 2008 19.800 2009 24.000 2010 25.200 Sumber : Bagian Kepegawaian RSUD Koja. Dengan fenomena diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan Penelitian guna mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja dokter di Instalasi Gawat Darurat RSUD Koja yang berhubungan dengan mutu pelayanan. B.Perumusan Masalah Beradasarkan uraian pada latar belakang tersebut, dapat disimpulkan masalah yang ada pada Instalasi Gawat Darurat RSUD Koja adalah sejauh mana setiap dokter memahami pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sesuai standar mutu pelayanan. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi mutu pelayanan dokter di IGD RSUD Koja?

6 C.Tujuan Penelitian Menganalisis apakah pengembangan sumber daya manusia (SDM), fasilitas yang memadai dan insentif merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan mutu pelayanan dokter di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Koja. D.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter yang bekerja di IGD RSUD Koja untuk selalu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki serta mengetahui faktor faktor yang dapat meningkatkan mutu pelayanan dokter yang bertugas di IGD. E.Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kinerja atau mutu pelayanan dokter telah banyak di lakukan antara lain : 1. Seyawati(1988) melakukan penelitian tentang hubungan kepuasan kerja, kualitas kerja dan kecenderungan perilaku dokter spesialis merawat pasien di instalasi rawat inap utama RSUP Fatmawati. Dari hasil penelitian menyatakan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang lebih besar dengan kecenderungan perilaku dokter spesialis dengan faktor faktor, kondisi lingkungan kerja dan tanggapan terhadap pekerjaan, ganjaran/penghargaan dan dukungan teman sekerja. 2. Ksuba, (1999) melakukan penelitian tentang hubungan komitmen, kepuasan kerja, dan perilaku dokter spesialis mengirim atau merawat pasien di ruang rawat inap utama RSUP Dokter Muhammad Hoesin Palembang. Dari hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan bermakna antara komitmen, kepuasan kerja, usia dan perilaku dokter spesialis mengirim atau merawat pasien di instalasi

7 rawat inap utama dr. Muhammad Hoesin Palembang dapat diterima, jika komitmen tinggi, kepuasan kerja tinggi dan perilaku mengirim atau merawat pasien juga tinggi, atau jika komitmen rendah, kepuasan rendah, maka perilaku dokter spesialis mengirim atau merawat pasien di ruang rawat inap utama juga rendah. Perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya adalah penelitian ini tidak di tujukan kepada dokter spesialis melainkan berfokus pada dokter umum yang bertugas disuatu bagian pada instalasi Gawat Darurat, dengan metode kuantitatif dan secara langsung mengadakan wawancara dengan dokter serta memberikan kuisoner kepada pasien mengenai mutu pelayanan.