IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LIFE SKILL DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Toshiko Kinosita (Kompas, 24 Mei 2002) mengemukakan bahwa sumber

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tuntutan terhadap pendidikan berkualitas yang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah lama dilakukan dengan melaksanakan inovasi pada program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu 206 juta jiwa merupakan kekayaan hidup yang. eksistensinya berpeluang untuk memimpin dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ZAINIMUBARAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah pada proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulai berlakunya Asia Free Trade Area (AFTA) dan Asia Free. akan melibatkan para pelaku bisnis di Indonesia dan secara luas akan

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

I MfLIK PERPUST AKit.Ai :. ( U N 0 M ~-ll_j

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN FOCUSED BASED EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PELAPORAN RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN (RTK) DAN OBSERVASI GURU YUNIOR DALAM KEGIATAN ON THE JOB LEARNING

Transkripsi:

1 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LIFE SKILL DI SMK BATIK 1 SURAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan Oleh: EKA ESTER YUSTININGRUM Q 100 040 083 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Peningkatan mutu merupakan salah satu prioritas pembangunan bidang pendidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan telah dilaksanakan. Inovasi dimaksudkan antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, buku referensi, dan lain-lain. Untuk meningkatkan manajemen pendidikan perlu pengadaan dan pengembangan fasilitas. Sementara itu berbagai indikator menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan masih belum sesuai dengan harapan. Mutu pendidikan di Indonesia belum menggembirakan, tantangan di masa depan sangat berat. Di antaranya krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran terus meningkat. Mengingat krisis ekonomi tersebut tampaknya belum akan segera pulih, maka angka pengangguran belum segera dapat turun. Oleh sebab itu pendidikan perlu berperan aktif membantu mengatasi pengangguran tersebut secara internasional. Tahun 2003 AFTA (Asean Free Trade Arca) dan ALFA (Asean Free Labour Area). Dengan dimulai pada beban tersebut berarti sejak saat itu persaingan tenaga kerja akan menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing di berbagai negara. Jika tidak, maka tenaga kerja Indonesia akan tersisihkan oleh tenaga kerja asing dari negeri jiran di antaranya Malaysia, Philipina, Bangladesh, India dan sebagainya. 1

3 Bidang pendidikan perlu secara aktif berperan mempersiapkan calon tenaga kerja agar mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. Dunia kerja tetap saja harus menyediakan jutaan dolar untuk pelatihan dalam rangka meningkatkan high-lever-cognitive dan technical skill yang diperlukan pada era industri informasi ini. Dunia pendidikan harus berani mengevaluasi untuk menentukan seberapa besar materi yang ada sekarang ini yang perlu diberikan pada peserta didik. Sekolah perlu mengurangi materi yang sekarang ini dan menambah materi baru yang diperlukan dunia industri sekarang dan di masa mendatang. Oleh karena itu, membangun jembatan antar sekolah dan dunia kerja harus merupakan program dari sekolah. Indonesia mengalami problema yang berat dalam dunia pendidikan yang dikategorikan menjadi: internal in efficiency, external efficiency berwujud tinggi angka droup out dan angka repeaters. Sedangkan external efficiency lulusan tidak dapat diserap oleh pasar kerja ataupun dipakai tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan sedang ketidakmerataan pendidikan berwujud adanya perbedaan memperoleh kesempatan pendidikan antara laki-laki dan perempuan, anatara penduduk kota dan desa, dan antara kaya dan miskin. Perlu diketahui bahwa pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan, di mana anak berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan kita belum mampu menghasilkan kemandirian. Proliferasi pendidikan menjadikan pendidikan formal sifatnya sangat formalitis dan sistematik, lama kelamaan telah mengalihkan fungsi pendidikan formal dan kebutuhan hidup kepada tuntunan popularitas pendidikan.

4 Akibatnya sistem pendidikan berorientasi kepada aspek supply dan tidak lagi diorientasikan kepada kebutuhan masyarakat tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu yang selama ini dilakukan belum mampu memcahkan permasalahan langkah-langkah mendasar dan konsisten. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah mendasar, konsisten dan sistematik. Untuk maksud tersebut, pendidikan perlu dikembalikan kepada prinsip dasarnya, yaitu upaya untuk memanusiakan manusia (humanisasi). Pendidikan juga harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan; mau, mampu dan senang meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat dan lingkungannya. Jelaslah bahwa sekarang amat diperlukan pendidikan dengan kecakapan hidup dan kehidupan, yang secara integrated memadukan potensi generik dan spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema kehidupan. Tantangan masa depan yang beberapa menuntut manusia yang mandiri, sehingga peserta didik harus dibekali dengan kecakapan hidup (life skill). Salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan yang mempersiapkan sumber daya manusia tersebut adalah SMK. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di SMK yang diselenggarakan di sekolah bertujuan untuk membekali peserta diklat yang mengembangkan kepribadian potensial akademik, dan dasar-dasar keahlian yang kuat dan benar, sedangkan yang diselenggarakan di dunia kerja bertujuan agar menguasai kompetensi keahlian produktif berstandar, menginternalisasi sikap nilai dan budaya industri yang berorientasi kepada standar mutu, nilai-nilai ekonomi dan jiwa kewirausahaan serta membentuk etos kerja yang kritis, produktif dan kompetitif.

5 SMK diharapkan bisa menghasilkan manusia yang mempunyai kecakapan hidup (life skill). Berhasilnya sekolah, menghasilkan manusia yang mempunyai kecakapan-kecakapan hidup (life skill) di sekolah tersebut. Inilah yang menjadi bahan pertimbangan penulis untuk menjadi studi di SMK Batik 1 Surakarta dengan mengambil judul IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LIFE SKILL DI SMK BATIK 1 SURAKARTA. B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain; 1. Bagaimanakah perencanaan implementasi pendidikan life skill di SMK Batik 1 Surakarta? 2. Bagaimanakah proses implementasi pendidikan life skill di SMK Batik 1 Surakarta? 3. Kendala-kendala apa sajakah dalam rangka implementasi pendidikan life skill di SMK Batik 1 Surakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain; 1. Untuk mendeskripsikan perencanaan implementasi pendidikan life skill di SMK Batik 1 Surakarta. 2. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan implementasi pendidikan life skill di SMK Batik 1 Surakarta.

6 3. Untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam rangka implementasi. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan beberapa manfaat antara lain: 1. Manfaat teoretis Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan yang ada kaitannya dengan pendidikan life skill. 2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah sebagai manajer untuk memberikan pengertian dan penjelasan tentang pelaksanaan implementasi pendidikan life skill di SMK Batik 1 Surakarta b. Sebagai bahan masukan untuk membantu guru memahami pelaksanaan implementasi pendidikan life skill di SMK Batik 1 Surakarta c. Bagi orang tua siswa atau pengguna lulusan, sebagai bahan untuk ikut memahami implementasi pendidikan life skill di SMK.