BAB I PENDAHULUAN. 6). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem. nasional tersebut, maka diperlukan sebuah evaluasi.

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pengembangan pendidikan. Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun. sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN ASPEK KOGNITIF PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMP KELAS IX NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

50. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Akuntansi dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

09. Mata Pelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan materi yang berhubungan dengan pembagian. Adapun tujuan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperjelas suatu keadaan atau masalah. saat kita berada di rumah, di sekolah, di pasar, dan dilain tempat.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. moral, ketrampilan dan akhlak antara pendidik dan murid. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan (Soedjadi, 2000: 6). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa, Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut, maka diperlukan sebuah evaluasi. Dasar dari evaluasi pendidikan adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 21 yang menyatakan bahwa, Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan Pasal 58 Ayat 2 menyatakan bahwa, Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, ransparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Dalam hal ini, bentuk evaluasi peserta didik adalah dilakukannya Ujian Nasional. 1

Pemerintah menugasi Badan Standar Nasional Indonesia (BSNP) dengan bekerja sama oleh instansi terkait di lingkungan pemerintah pusat, daerah, dan satuan pendidikan untuk menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) tersebut. Menurut Gultom (2012: 5) menyatakan bahwa Ujian Nasional yang disingkat dengan UN atau UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Selain itu sebagai sarana untuk memetakan mutu berbagai tingkatan satu daerah dengan daerah lain. Menurut Tilaar (2006: 109-110) menyatakan bahwa Ujian Nasional adalah upaya pemerintah mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian standard pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional. Jadi, Ujian Nasional benar-benar menjadi alat evaluasi yang hasilnya dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan dari proses belajar siswa di sekolah (Djeni, 2012: 2). Ujian Nasional yang dilaksanakan di seluruh Indonesia pada beberapa daerah masih mengalami prestasi yang masih belum maksimal termasuk di kabupaten Kulon Progo kecamatan Nanggulan desa Jatisarono. Untuk hal ini terlihat dari daya serap materi yang masih sangat rendah. Mengingat UN merupakan taraf penilaian pemerintah untuk sekolah tertentu. Maka untuk itu, dirasa perlu meneliti atau menelaah soal-soal UN. Dalam hal ini penulis tertarik melihat dan menganalisa butir-butir soal yang diun kan pada materi-materi yang dianggap sulit pada UN. Berdasarkan laporan BSNP mengenai persentase 2

penguasaan materi soal Ujian Nasional SMP mata pelajaran Matematika tahun pelajaran 2015/2016 di desa Jatisarono kecamatan Nanggulan kabupaten Kulon Progo didapatkan sebagai berikut: Nomor Urut 1 2 3 Tabel 1.1 Persentase Penguasaan Materi Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs Tahun Pelajaran 2015/2016 Di desa Jatisarono kecamatan Nanggulan kabupaten Kulon Progo Kemampuan Yang Diuji Menghitung volume kerucut yang baru jika volume kerucut awal diketahui Menentukan persamaan garis yang melalui sebuah titik dan gradien tertentu Menyelesaikan soal cerita menggunakan konsep Pythagoras Persentase Penguasaan Materi Soal (%) 24,03 35,24 41,38 4 Menentukan luas rumah atau kantor sebenarnya 41,66 5 Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan diagram batang 42,54 6 Menentukan hasil penjumlahan atau pengurangan dari bilangan bentuk akar 46,73 7 Menentukan niai f(pk + q), k variabel, p koefisien serta q adalah konstanta. Jika rumus fungsi diketahui 49,12 8 Menentukan hasil operasi (x ) dengan x bilangan bulat positif sedang a dan b bilangan pecahan positif 49,14 9 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan keliling segiempat 49,72 10 Menentukan nilai modus dan rata-rata dari sejumlah n data 49,75 Sumber : Laporan BSNP Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017 Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa dari 370 siswa yang mengikuti UN mata pelajaran Matematika tahun pelajaran 2015/2016 di desa Jatisarono, kecamatan Nanggulan, kabupaten Kulon Progo daya serap materi terutama untuk ke-10 indikator soal tersebut masih rendah atau lebih dari 50% belum tercapai. Maka, dapat disimpulkan bahwa ke-10 kemampuan yang diuji 3

tersebut memanglah sulit bagi siswa SMP/MTs di desa Jatisarono, kecamatan Nanggulan, kabupaten Kulon Progo. Panduan BSNP (2006: 147) tentang standar isi untuk satuan dasar dan menengah bahwa: Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Dalam Panduan BSNP (2006: 148) Depdiknas melalui Permendiknas No. 22 Tahun 2006 sebagai instansi yang berwenang mengatur sistem pendidikan menyusun secara rinci tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yaitu sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan modul, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan suatu masalah. 5. Memiliki respon menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta respon ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diujikan pada UN. Bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, dan statistika dan peluang adalah keempat materi utama yang terdapat pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut Undang-Undang Nomor 20 4

tahun 2003 menyatakan bahwa SKL adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, ketrampilan dan pengetahuan. SKL penting dipahami karena memuat kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan. Menurut Purwanto (2002: 23-24) menyatakan bahwa salah satu prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang diajarkan adalah mencakup bermacam-macam bentuk soal. Macam-macam soal tersebut mencakup semua tingkatan aspek kognitif. Maka, agar dapat mengkur pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran Matematika seharusnya soal-soal UN mencakup semua materi yang telah diajarkan. Menurut Piaget (Yusuf dan Sugandhi, 2011: 81) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak pada saat berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP), berada pada tahap Formal operation stage, yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan kognitif. Menurut Sunarto & Hartono (2006: 25) menyatakan bahwa tahap operasional formal ini pada usia 11/12 tahun ke atas. Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi suudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran. Anak sudah dapat mengoperasikan argument-argumen tanpa dikaitkan dengan benda empirik. Anak sudah mampu menggunakan hubungan-hubungan di antara objek-objek apabila ternyata manipulasi objekobjek tidak memungkinkan. Anak telah mampu melihat hubungan-hubungan abstrak dan menggunakan proposisi-proposisi logika formal termasuk aksioma 5

dan definisi-definisi verbal. Anak juga sudah dapat berpikir kombinatorial, artinya bila anak dihadapkan kepada suatu masalah, ia dapat mengisolasi faktor-faktor tersendiri atau mengkombinasikan faktor-faktor itu sehingga menuju penyelesaian masalah tadi. Artinya, tingkat kognitif SMP sudah sampai pada tahap menganalisa. Namun, pada kenyataannya banyak siswa belum dapat menjawab soal-soal UN dengan baik, padahal level soal UN belum sampai pada tingkat menganalisa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, penting dilakukannya analisis butir soal UN, mengingat daya serap materi pada UN masih rendah dan masih banyak siswa tidak dapat mengerjakan soal UN dengan baik. Menurut The Council of Chief State School Officers (CCSSO) bermitra dengan Andrew Porter dan John Smithson dalam Yunengsih (2009: 13-16) menyatakan bahwa: Tingkat kognitif pada soal dapat diukur berdasarkan Surveys of Enacted Curriculum (SEC). SEC adalah suatu instrumen yang dikembangkan oleh The Council of Chief State School (CCSSO), membagi tingkatan aspek kognitif untuk mata pelajaran Matematika menjadi lima tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu antara lain: Memorize, Perform Procedures, Demonstrate Understanding, Conjecture/Generalize/Prove dan Solve Nonroutine Problems. Agar soal-soal dalam UN mata pelajaran Matematika sesuai dengan tujuannya maka soal tersebut harus mencakup kelima aspek kognitif tersebut. Menurut The Council of Chief State School Officers (CCSSO) bermitra dengan Andrew Porter dan John Smithson dalam Yunengsih (2009: 13-16) menyatakan bahwa: Metode Surveys of Enacted Curriculum (SEC) telah dikembangkan dengan bantuan dari banyak pendidik dan peneliti serta instrumen pengumpul datanya telah diuji di ratusan sekolah di Amerika. Proses penelitian dan pengembangannya juga didukung oleh pemerintah Negara-negara bagian, Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional, dan Departemen Pendidikan Amerika 6

Serikat. Selain itu, SEC dapat diandalkan dalam menganalisa data terkait bagaimana memetakan soal evaluasi ke dalam aspek kognitif. Selanjutnya, dalam jurnal penelitian Ika Elisa (2015: 5) diperoleh kesimpulan bahwa hasil pemetaan soal berdasarkan metode SEC sebaran soal UN kurang proporsional, karena didominasi oleh level Perform procedure (P) dan dua aspek kognitif tidak terwakili sama sekali. Selain itu, dalam jurnal penelitian Dadi Purnomo (2015: 7) menyimpulkan bahwa soal-soal UN matematika tingkat SMP tahun pelajaran 2009/2010 dan 2010/2011 khususnya aspek kognitif berdasarkan studi SEC tidak tersebar merata dan soal terlalu kontekstual. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang judul Analisis Butir Soal Setara Ujian Nasional SMP Mata Pelajaran Matematika Tahun 2016 Berdasarkan Metode Surveys of Enacted Curriculum. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, sebagai berikut: 1. Hasil Ujian Nasional yang dilaksanakan di kabupaten Kulon Progo pada beberapa kecamatan masih mengalami prestasi yang belum maksimal. 2. Banyak siswa belum mampu mengerjakan soal Ujian Nasional mata pelajaran Matematika tahun 2016 di desa Jatisarono kecamatan Nanggulan kabupaten Kulon Progo DIY dengan baik. 3. Rendahnya daya serap materi pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Matematika tahun 2016 di desa Jatisarono kecamatan Nanggulan, kabupaten Kulon Progo, DIY. 7

4. Guru kurang memanfaatkan laporan BSNP terkait hasil Ujian Nasional setiap tahunnya. 8

C. Pembatasan Masalah Permasalahan penelitian ini dibatasi untuk mengatasi rendahnya daya serap materi pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Matematika tahun 2016 di desa Jatisarono kecamatan Nanggulan kabupaten Kulon Progo, DIY. D. Rumusan Masalah Berdasarkan ruang lingkup yang telah dibatasi di atas dapat dirumuskan masalahnya adalah bagaimanakah menganalisa butir soal setara Ujian Nasional mata pelajaran Matematika SMP tahun 2016 di desa Jatisarono kecamatan Nanggulan kabupaten Kulon Progo berdasarkan metode Surveys of Enacted Curriculum? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa butir soal setara Ujian Nasional mata pelajaran Matematika SMP tahun 2016 di desa Jatisarono kecamatan Nanggulan, kabupaten Kulon Progo berdasarkan metode Surveys of Enacted Curriculum. 9