PERBANDINGAN BEBERAPA PROSEDUR PEMBUATAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN BORAKS DAN KALSIUM OKSIDA TERHADAP SETTING TIME DAN KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER BERDASARKAN VARIASI WAKTU PENGAMBILAN FLY ASH

PENGARUH TREATMENT PADA BOTTOM ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON HIGH VOLUME FLY ASH

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PENGGUNAAN BOTTOM ASH YANG TELAH DIOLAH UNTUK PEMBUATAN BETON HVFA MUTU MENENGAH

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN ASAM TERHADAP SETTING TIME DAN KUAT TEKAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PEMANFAATAN BOTTOM ASH DAN FLY ASH TIPE C SEBAGAI BAHAN PENGGANTI DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

Karakteristik Fisik dan Kimia Fly Ash dari Perusahaan Ready Mix Beton dan Limbah Pabrik terhadap Sifat Mekanik Pasta dan Mortar

Keywords: Rice Husk Ash, Geopolymer, Alkali Activator, dosage activator.

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO PADA PEMBUATAN BATA RINGAN NON STRUKTURAL DENGAN METODE CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE (CLC)

PENGARUH KOMBINASI SEMEN-FLY ASH DAN VARIASI WATER CONTENT DENGAN PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KEPADATAN PASTA

PENGGUNAAN BOTTOM ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA MORTAR HVFA

STUDI PENGEMBANGAN BETON 100% FLY ASH TIPE C: PENGARUH W/FA, SUPERPLASTICIZER, DAN KALSIUM TERHADAP KUAT TEKAN PASTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER PADA KINERJA BETON GEOPOLIMER

BATAKO BERLUBANG GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

KATA KUNCI : rheology, diameter, mortar, fly ash, silica fume, superplasticizer.

PENINGKATAN DURABILITAS BETON KONVENSIONAL DAN HVFA YANG MENGGUNAKAN METODE PERAWATAN STEAM CURING DENGAN COATING LARUTAN ALKALI DAN PASTA GEOPOLIMER

Efek Tipe Superplasticizer terhadap Sifat Beton Segar dan Beton Keras pada Beton Geopolimer Berbasis Fly Ash

SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH JAWA POWER PAITON SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF

Agregat Buatan Geopolimer dengan Bahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash) dan Abu Sawit (Palm Oil Fuel Ash)

PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

Pasta Geopolimer Ringan Berserat Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo Bakar Dan Fly Ash Perbandingan 1 : 3 Dengan Pengembang Foam

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, khususnya dalam proses produksi Semen Portland (SP).

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

ANALISA SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH DAN LUMPUR PORONG KERING SEBAGAI PENGISI

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) D-104

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara membakar secara bersamaan campuran calcareous ( batu gamping )

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI BETON GEOPOLIMER SEBAGAI SUBSTITUSI BETON KONVENSIONAL

PENGARUH PENGGUNAAN SOLID MATERIAL ABU TERBANG DAN ABU SEKAM PADA KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUHU PERAWATAN PADA KEKUATAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

ANALISIS PROPORSI LIMBAH FLY ASH PAITON DAN TJIWI KIMIA TERHADAP KUAT TEKAN PASTA GEOPOLIMER

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON GEOPOLYMER DENGAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN

PASTA RINGAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR BAKAR SIDOARJO DAN FLY ASH PERBANDINGAN 3:1 DENGAN TAMBAHAN ALUMINUM POWDER dan SERAT ALAM

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KUAT TEKAN BETON GEOPOLYMER BERBAHAN DASAR ABU TERBANG (FLY ASH)

PENGARUH RASIO W/S TERHADAP KUAT TEKAN GEOPOLYMER MORTAR PADA KONDISI SS/SH 12 MOLAR 0,5 DAN 2,5

KUAT TARIK LENTUR BETON GEOPOLYMER BERBASIS ABU TERBANG (FLY ASH)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

SIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER

BAB II STUDI PUSTAKA

KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER DENGAN BAHAN UTAMA BUBUK LUMPUR LAPINDO DAN KAPUR (155M)

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

EFEK PERAWATAN TERHADAP KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER

PENGARUH RASIO AGREGAT BINDER TERHADAP PERILAKU MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI DAN ABU AMPAS TEBU

KETAHANAN KUAT TEKAN PASTA GEOPOLIMER MOLARITAS 8 MOL DAN 12 MOL TERHADAP AGRESIFITAS NaCL

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

Penambahan Abu Ampas Tebu (AAT) dan Limbah Boma Bisma Indra (BBI) untuk Pembuatan Paving Block

TINJAUAN KAPASITAS AKSIAL BETON GEOPOLIMER TERKEKANG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PAVING BLOCK GEOPOLIMER

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

POTENSI LUMPUR SIDOARJO BAKAR DAN FLY ASH PADA PEMBUATAN MORTAR RINGAN GEOPOLIMER

POTENSI AGREGAT ALWA SEBAGAI BAHAN DASAR BETON GEOPOLIMER BERBAHAN LUMPUR SIDOARJO

KOMPATIBILITAS ANTARA SUPERPLASTICIZER TIPE POLYCARBOXYLATE DAN NAPHTHALENE DENGAN SEMEN LOKAL

KUAT TARIK BETON GEOPOLYMER OPTIMUM PADA VARIASI PERBANDINGAN BAHAN PENYUSUN (20:80 s/d 40:60) DAN PADA VARIASI WAKTU PENCAMPURAN (5 s/d 15 MENIT)

Pemanfaatan Abu Terbang (Dany Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, Bambang Subiyanto)

PENGARUH RASIO AKTIVATOR TERHADAP PERFORMA BETON GEOPOLIMER FLY ASH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KOMPOSISI CAMPURAN OPTIMUM BOTTOM ASH DAN FLY ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MORTAR GEOPOLIMER DENGAN PERAWATAN OVEN PADA BERBAGAI VARIASI WAKTU CURING

Scanned by CamScanner

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

Transkripsi:

PERBANDINGAN BEBERAPA PROSEDUR PEMBUATAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C Reiner Tirtamulya Surja 1, Ricard Mintura 2, Antoni 3, Djwantoro Hardjito 4 ABSTRAK : Fly ash merupakan limbah industri yang sering digunakan untuk menggantikan Portland Cement dalam pembuatan beton. Fly ash tersedia dalam jumlah banyak dan penggunaannya masih terbatas. Namun penggunaan fly ash tipe C dengan kandungan kalsium yang tinggi bisa menyebabkan terjadinya flash set dimana beton geopolimer mengeras dengan sangat cepat. Penelitian sebelumnya membuat prosedur pembuatan mortar geopolimer berbahan dasar fly ash tipe C dengan urutan yang berbeda dan menghasilkan beton yang sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan prosedur pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh prosedur mix design terhadap karakteristik mortar geopolimer. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dengan mencampurkan fly ash terlebih dahulu dengan larutan NaOH selama 5 menit dan kemudian ditambahkan dengan larutan sodium silikat akan menghasilkan mortar dengan kuat tekan yang tinggi setelah dilakukan curing oven pada suhu 60 ºC selama 24 jam. Begitu pula dengan prosedur ini initial set yang didapatkan bertambah dengan signifikan dari 9 menit hingga 165 menit. KATA KUNCI : fly ash, geopolimer, flash setting, setting time, kuat tekan, prosedur pencampuran 1. PENDAHULUAN Penggunaan Portland Cement (PC) dalam pembuatan beton dapat digantikan dengan menggunakan fly ash yang merupakan salah satu bahan sisa limbah industri (Rattanasak & Chindaprasirt, 2009). Beton geopolimer umumnya dibuat dengan mencampurkan fly ash dengan larutan alkali activator. Prosedur pembuatan yang umum digunakan adalah dengan mencampurkan larutan NaOH dengan larutan sodium silikat sebagai alkali activator (Hardjito, 2005). Namun penggunaan fly ash tipe C dengan kadar kalsium yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya flash set. Penelitian sebelumnya membuat prosedur pembuatan mortar geopolimer berbahan dasar fly ash tipe C dengan langkah yang berbeda seperti mengubah urutan pencampuran. Contohnya fly ash dilarutkan terlebih dahulu dengan larutan NaOH dan kemudian ditambahkan dengan pasir dan larutan sodium silikat. Beton geopolimer yang dihasilkan dengan prosedur pencampuran ini sedikit lebih baik daripada beton geopolimer yang dibuat dengan prosedur pencampuran pada umumnya (Rattanasak & Chindaprasirt, 2009). Penelitian yang lain juga membuat beton geopolimer dengan prosedur yang berbeda dengan cara mencampurkan fly ash dan pasir kemudian baru ditambahkan dengan larutan sodium silikat dan terakhir dimasukkan larutan NaOH (Junaid et al., 2015). Pada penelitian ini, fly ash yang digunakan diambil dari PLTU Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh prosedur mix design terhadap karakteristik mortar geopolimer dan membandingkan beberapa prosedur mix design beton geopolimer. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, tis.reiner@gmail.com 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, ricardmintura94@gmail.com 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, antoni@petra.ac.id 4 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, djwantoro.h@petra.ac.id 185

2. STUDI LITERATUR 2.1. Beton Geopolimer Beton geopolimer merupakan salah satu alternatif pengganti beton konvensional (Bakrie et al., 2011). Beton geopolimer dibuat tanpa menggunakan OPC oleh sebab itu penggunaan beton geopolimer tidak hanya mengurangi emisi CO 2. Namun beton geopolimer juga memanfaatkan penggunaan material sisa seperti fly ash (Hardjito et al., 2004). Beton geopolimer memiliki dua komponen utama yaitu material dasar dan larutan alkali activator. Material dasar beton geopolimer harus kaya akan unsur Si dan Al. Bentuknya dapat berupa tanah liat, fly ash, silica fume, slag, rice-husk ash, red mud. Larutan alkali activator yang digunakan bisa berupa larutan NaOH atau larutan KOH dan larutan sodium silikat atau potassium silikat (Lloyd & Rangan, 2010). 2.2. Fly Ash Fly ash merupakan partikel halus yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara (Tikalsky et al., 2002). Partikel fly ash berbentuk bulat, lebih halus dari semen Portland dan kapur,berdiameter antara kurang dari 1 µm sampai 150 µm. Fly ash merupakan material yang bersifat pozzolan. Sifat ini membuat fly ash bisa bereaksi dengan senyawa alkali dan bisa digunakan untuk pengganti semen dalam proses pembuatan beton (Hardjito, 2005). Fly ash tipe C biasanya dihasilkan dari pembakaran batu bara sub bitumen yang memiliki sifat pozzolan dan sifat cementitious (ASTM C 618, 2010). Karakteristik lain dari fly ash yang pada umumnya dilihat adalah Loss on Ignition (LOI), kehalusan dan juga keseragaman partikel. Fly ash tipe C menghasilkan kuat tekan yang tinggi dikarenakan memiliki kadar CaO yang tinggi. Hal ini dikarenakan fly ash dengan kadar CaO yang tinggi dapat mengalami reaksi hidrasi dan reaksi polimerisasi secara bersamaan. Reaksi hidrasi akan menghasilkan panas sedangkan beton geopolimer membutuhkan suhu awal yang rendah agar tidak terjadi flash setting (Antoni, Wijaya, & Hardjito, 2016). 2.3. Alkali Activator Larutan alkali activator yang digunakan merupakan campuran dari larutan NaOH 8M dan larutan sodium silikat. Semakin meningkatnya perbandingan antara NaOH padat dan larutan sodium silikat akan berdampak pada kuat tekannya yang akan berkurang secara signifikan (Aliabdo, Elmoaty, & Salem, 2016). Perbandingan massa larutan sodium silikat dan NaOH padat yang efektif adalah 2.5 (Abdullah et al., 2011). 2.4. Flash Setting Fly ash tipe C yang memiliki banyak kandungan CaO cenderung mengalami set yang lebih cepat. Kondisi ini disebut dengan flash setting (Junaid et al., 2015). Selain itu ada berbagai faktor lain yang mempengaruhi flash setting seperti reaktivitas dari fly ash, ukuran dari partikel, temperatur saat dicetak dan volume campuran yang terlalu banyak. Semakin tinggi rasio dari silikat yang digunakan juga dapat mempercepat reaksi polimerisasi yang ditandai dengan bertambahnya kuat tekan dan di saat yang sama mempercepat setting time. Upaya untuk mengatasi flash setting sudah dilakukan oleh penelitian sebelumnya dengan menambahkan boraks sebesar 5% dari berat fly ash yang digunakan yang dapat menambah setting time secara signifikan (Wijaya et al., 2016). Selain itu nilai ph fly ash yang tinggi dapat menyebabkan setting time yang cepat (Purwantoro & Suyanto, 2016). Telah dilakukan percobaan untuk menurunkan ph fly ash agar dapat memperlambat setting time. Hasil menunjukkan bahwa penambahan larutan asam ke dalam fly ash yang bertujuan untuk menurunkan ph awal fly ash justru menyebabkan percepatan initial setting time pada pasta geopolimer (Ghorman & Anastasia, 2016). Cara lain untuk memperlambat initial setting time adalah dengan menurunkan suhu awal campuran. Terbukti bahwa dengan menurunkan suhu awal campuran, initial setting time bisa menjadi lebih lama (Antoni et al., 2016). 186

2.5. Metode Pembuatan Geopolimer Umumnya tahap pembuatan geopolimer dilakukan dengan cara mencampurkan larutan NaOH dan larutan sodium silikat sebagai alkali activator, kemudian kedalam fly ash dan pasir ditambahkan larutan alkali activator (Hardjito, 2005). Junaid et al. mencoba 3 metode pencampuran geopolimer berbahan dasar fly ash tipe F. metode 1 dengan mencampurkan fly ash dan pasir dalam keadaan kering kemudian ditambahkan dengan larutan alkali activator dan air lalu diaduk selama 3-5 menit. metode 2 mencampurkan fly ash dengan larutan NaOH terlebih dahulu selama 3 menit selanjutnya ditambahkan larutan sodium silikat dan diaduk selama 2 menit dan terakhir ditambahkan agregat beserta air dan diaduk selama 2 menit. metode 3 dimana agregat dalam keadaan SSD dicampurkan dengan fly ash dalam keadaan kering kemudian ditambahkan larutan sodium silikat dan diaduk selama 3 menit terakhir ditambahkan larutan NaOH beserta air dan diaduk selama 2 menit. hasil menunjukan bahwa ketiga metode pencampuran ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kuat tekan geopolimer (Junaid et al., 2015). Rattanasak dan Chindaprasirt membuat geopolimer berbahan dasar fly ash tipe C dengan dua cara yang berbeda. cara yang pertama dengan mencampurkan secara bersamaan fly ash, pasir, larutan NaOH dan larutan sodium silikat kemudian diaduk selama 1 menit. cara kedua fly ash dilarutkan dengan larutan NaOH terlebih dahulu selama 10 menit dan dibiarkan untuk mengalami leaching of ions, berikutnya ditambahkan larutan sodium silikat selama 1 menit dan kemudian ditambahkan pasir dan diaduk selama 1 menit. urutan pencampuran ini ternyata berpengaruh terhadap kuat tekan beton geopolimer, dimana pencampuran yang terpisah menghasilkan beton geopolimer yang sedikit lebih baik dari pencampuran biasa (Rattanasak & Chindaprasirt, 2009). 3. METODA PENELITIAN 3.1. Material Dalam penelitian ini fly ash yang digunakan berasal dari sisa pembakaran batu bara PLTU di Paiton, Jawa Timur. fly ash yang digunakan merupakan fly ash tipe C. Agregat yang digunakan berupa agregat halus yakni pasir Lumajang. pasir yang didapat terlebih dulu dikeringkan, lalu dilakukan pengaturan gradasi berdasarkan ASTM (ASTM C778-13, 2014). sebelum dilakukan pengecoran pasir diayak terlebih dahulu dan ditimbang sesuai presentase dari ASTM 778. Pasir dalam keadaan SSD. larutan alkali activator yang digunakan yaitu larutan NaOH 8M dan larutan sodium silikat tipe 52. perbandingan massa larutan sodium silikat dengan massa padat NaOH adalah 2.5 (Antoni et al., 2017). 3.2. Mix Design mix design mengacu pada penelitian sebelummnya (Antoni et al., 2017). Digunakan fly ash sebanyak 300 gram. Perbandingan fly ash/pasir sebesar 0.5 maka didapatkan berat pasir sebanyak 600 gram. Alkali aktivator yang digunakan adalah larutan NaOH 8M dan untuk perbandingan larutan sodium silikat dengan NaOH padat adalah 2.5. Dari perbandingan tersebut didapat larutan NaOH sebanyak 75 ml dan larutan sodium silikat sebanyak 60 gram. 3.3. Prosedur Pembuatan Mortar Geopolimer Ada 8 prosedur untuk pembuatan mortar geopolimer seperti tertulis pada Tabel 1. Pemberian kode pada setiap prosedur berdasarkan pada urutan pencampuran dari tiap material yang digunakan. Kode FP(HS)- C dapat diartikan menjadi fly ash yang dicampurkan terlebih dahulu dengan pasir kemudian ditambahkan dengan larutan NaOH 8M dan larutan sodium silikat yang telah dicampur terlebih dahulu dan huruf C diartikan sebagai prosedur ini menggunakan proses curing oven pada suhu 60ºC selama 24 jam. Sedangkan huruf D dapat diartikan bahwa prosedur ini dibuat dengan menurunkan suhu awal material hingga 0ºC kemudian baru dilakukan proses pencampuran. 187

Kode FP(HS) / FP(HS)-D Tabel 1. Prosedur Pembuatan Mix Design Geopolimer Prosedur Pembuatan Mix Design Beton Geopolimer (Urutan pengerjaan dari kiri ke kanan) (Fly ash + Pasir) > (NaOH + Na 2 SiO 3 )* dry mix mix 5 min FPHS (Fly ash + Pasir) > NaOH > Na 2 SiO 3 dry mix mix 5 min mix 1 min FHPS / FHPS-C FHSP / FHSP-C FH(PS)/ FPHS-C FSPH FSHP (Fly ash + NaOH) > Pasir > Na 2 SiO 3 mix 5 min mix 1 min mix 1 min (Fly ash + NaOH) > Na 2 SiO 3 > Pasir mix 5 min mix 1 min mix 1 min (Fly ash + NaOH) > (Pasir + Na 2 SiO 3 )** mix 5 min mix 1 min (Fly ash + Na 2 SiO 3 ) > Pasir > NaOH mix 1 min mix 1 min mix 1 min (Fly ash + Na 2 SiO 3 ) > NaOH > Pasir mix 1 min mix 1 min mix 1 min FS(PH) (Fly ash + Na 2 SiO 3 ) > (Pasir + NaOH)** mix 1 min mix 1 min *Larutan (NaOH + Na 2 SiO 3 ) dicampur terlebih dahulu dan dibiarkan untuk mencapai suhu ruang sebelum dilakukan pencampuran **spesimen dicampur terlebih dahulu sebelum dilakukan pencampuran 3.4. Pengujian Sampel Pengujian yang dilakukan adalah setting time dan kuar tekan. pengujian setting time dilakukan dengan menggunaka alat vicat needle dan pengujian kuat tekan menggunakan alat tes tekan di Laboratorium Beton dan Konstruksi Universitas Kristen Petra 4. HASIL DAN ANALISIS 4.1. Analisa Material Dalam penellitian ini dilakukan analisa material seperti analisa ayakan, pengujian ph, pengujian GS dan pengujian XRF. fly ash yang digunakan memiliki nilai ph 11.2, GS 2.753 dan untuk pengujian XRF dapat dilihat pada Tabel 2. dari hasil tes XRF dapat dilihat bahwa fly ash yang digunakan termasuk fly ash tipe C dengan kandungan SiO 2 +Al 2 O 3 +Fe 2 O 3 lebih dari 50% dan kadar CaO diatas 10% Tabel 2. Komposisi Fly Ash dari PLTU Paiton, Jawa Timur No. Parameter % 1 SiO 2 34.29 2 Al 2O 3 16.62 3 Fe 2 O 3 15.38 4 TiO 2 0.73 5 CaO 18.18 6 MgO 7.52 7 K 2 O 1.35 8 Na 2 O 2.97 9 SO 3 1.63 10 MnO 2 0.17 11 P 2 O 5 0.25 12 L O I 0.36 SiO 2 +Al 2 O 3 +Fe 2 O 3 66.29 188

4.2. Hasil Pengujian Setting Time Pasta Geopolimer Berikut hasil pengujian initial setting time dari semua prosedur dan dapat dilihat pada Gambar 1. Kode (FH10)S dapat diartikan fly ash yang ditambahkan dengan larutan NaOH 8M dan diaduk selama 10 menit kemudian ditambahkan larutan sodium silikat selama 1 menit. Waktu initial set tercepat adalah 9 menit dengan prosedur (FS1)H dan waktu initial set terlama adalah 165 dengan prosedur (FH10)S. Gambar 1. Hasil Pengujian Initial Setting Time Pasta Geopolimer 4.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolimer Pengujian kuat tekan mortar geopolimer dilakukan berdasarkan standar (ASTM C109M-02, 2007) dan dilakukan pada usia 3, 7, 14 dan 28 hari dengan alat tes tekan Laboratorium Beton dan Konstruksi Universitas Kristen Petra. Gambar 2. Perbandingan Kuat Tekan Beberapa Mortar Geopolimer dengan Prosedur Pembuatan Berbeda Gambar 2 menunjukkan hasil percobaan dari beberapa prosedur pencampuran dengan mengganti urutan pencampuran material geopolimer. Kode FP(HS) dapat diartikan sebagai urutan pencampuran yang dimulai dari fly ash dicampurkan terlebih dahulu dengan pasir kemudian baru dicampurkan dengan larutan NaOH yang sudah dicampurkan terlebih dahulu dengan larutan sodium silikat. Hasil menunjukkan bahwa kuat tekan tertinggi dihasilkan dari metode FS(PH) dan kuat tekan terendah dihasilkan dari metode FHPS. Selain mengubah urutan pencampuran dalam pembuatan mortar geopolimer, dilakukan juga prosedur pencampuran dengan suhu awal material yang berbeda. Prosedur FP(HS) dilakukan dengan mencampurkan material dengan suhu awalnya adalah suhu ruang. Sedangkan prosedur FP(HS)-D dilakukan dengan cara menurunkan suhu awal material seperti fly ash, pasir dan larutan alkali yang terdiri dari larutan NaOH dan larutan sodium silikat hingga mencapai suhu 0 ºC. Selanjutnya segera dilakukan pencampuran material untuk membuat mortar geopolimer dan dilakukan curing pada suhu ruang. Dapat dilihat pada Gambar 3 bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan oleh prosedur FP(HS)-D 189

menunjukkan hasil kuat tekan yang lebih tinggi daripada prosedur FP(HS) namun tidak terlalu signifikan. Gambar 3. Perbandingan Kuat Tekan dari Prosedur dengan Suhu Awal yang Berbeda Dari perbandingan data kuat tekan prosedur yang telah dilakukan, data kuat tekan kelompok fly ash yang dilarutkan dengan larutan NaOH terlebih dahulu seperti prosedur FHPS, FHSP dan FH(PS) adalah yang terendah. Oleh sebab itu dilakukan curing oven untuk meningkatkan kuat tekannya. Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa hasil perbandingan kuat tekan prosedur dengan curing suhu ruang terjadi peningkatan selama 3 hingga 28 hari, sedangkan untuk prosedur dengan curing oven untuk umur 3 hari telah mencapai kuat tekan diatas 50 MPa dan tidak terjadi peningkatan seiring dengan bertambahnya umur mortar. Namun secara keseluruhan metode curing dengan oven ini menghasilkan kuat tekan yang paling tinggi dari semua prosedur pembuatan yang telah dilakukan. Gambar 4. Perbandingan Kuat Tekan dari Prosedur dengan Curing yang Berbeda 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pasta geopolimer akan mengeras dengan cepat (flash setting) bila larutan sodium silikat dicampurkan terlebih dahulu dengan fly ash tipe C dan kemudian ditambahkan larutan NaOH. 2. Semakin lama fly ash tipe C dilarutkan ke dalam larutan NaOH antara 3 sampai dengan 10 menit maka semakin lama pula initial set yang terjadi yaitu dari 75 menjadi 165 menit. 3. Initial setting time dan kuat tekan dari geopolimer akan bertambah apabila suhu awal material diturunkan. 4. Prosedur terbaik dari segi initial set dan kuat tekan adalah prosedur dimana fly ash dilarutkan dengan larutan NaOH terlebih dahulu kemudian dilakukan curing oven untuk meningkatkan kuat tekan mortar. 5. Berdasarkan data density yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa density tidak berhubungan dengan kuat tekan mortar geopolimer apabila dibuat dengan prosedur yang berbeda. 190

6. DAFTAR REFERENSI Abdullah, M. M. A., Kamarudin, H., Mohammed, H., Nizar, I. K., Rafiza, A. R., & Zarina, Y. (2011). The relationship of NaOH Molarity, Na2SiO3/NaOH Ratio, Fly Ash/Alkaline Activator Ratio, and Curing Temperature to the Strength of Fly Ash-Based Geopolymer. Advanced Materials Research, 328 330, 1475 1482. https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/amr.328-330.1475 Aliabdo, A. A., Elmoaty, M. A., & Salem, H. A. (2016). Effect of Water Addition, Plasticizer and Alkaline Solution Constitution on Fly Ash based Geopolymer Concrete Performance. Construction and Building Materials, 121, 694 703. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2016.06.062 Antoni, A., Wijaya, S. W., & Hardjito, D. (2016). Factors Affecting the Setting Time of Fly Ash- Based Geopolymer. Materials Science Forum, 841(January), 2 8. https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/msf.841.90 Antoni, Satria, J., Sugiarto, A., & Hardjito, D. (2017). Effect of Variability of Fly Ash Obtained from the Same Source on the Characteristics of Geopolymer. MATEC Web Conferences, 97(February), 9 13. https://doi.org/https://doi.org/10.1051/matecconf/20179701026 ASTM C109M-02. (2007). Standard Test Method for Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortars. Annual Book of ASTM Standards, 4, 1 6. https://doi.org/10.1520/c0109 ASTM C778-13. (2014). Standard Specification for Sand. 65.198.187.10 (Vol. 14). https://doi.org/10.1520/c0778-13.2 ASTM C 618. (2010). Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete. Annual Book of ASTM Standards, 3 6. https://doi.org/10.1520/c0618 Bakrie, A. M. M., Kamarudin, H., BinHussain, M., & Nizar, I. K. (2011). The Effect of Curing Temperature on Physical and Chemical Properties of Geopolymers. 2011 International Conference on Physics Science and Technology, 286 291. https://doi.org/10.1016/j.phpro.2011.11.045 Ghorman, J., & Anastasia, E. (2016). Pengaruh Penambahan Larutan Asam terhadap Setting Time dan Kuat Tekan Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash tipe C (No. 11012132/SIP/2016). Hardjito, D. (2005). Studies on Fly Ash-Based Geopolymer Concrete. Curtin University. Retrieved from http://hdl.handle.net/20.500.11937/634 Hardjito, D., Wallah, S. E., Sumajouw, D. M. J., & Rangan, B. V. (2004). Factors Influencing the Compressive Strength of Fly Ash-Based Geopolymer Concrete. Civil Engineering Dimension, 6(July 2015), 88 93. Retrieved from http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/civ/article/view/16116 Junaid, M. T., Kayali, O., Khennane, A., & Black, J. (2015). A mix design procedure for low calcium alkali activated fly ash-based concretes. Construction and Building Materials, 79(March), 301 310. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2015.01.048 Lloyd, N. A., & Rangan, B. V. (2010). Geopolymer Concrete with Fly Ash. Second International Conference on Sustainable Construction Materials and Technologies, Ancona, Italy, 3(Juni). Purwantoro, A., & Suyanto, W. (2016). Pengaruh Penambahan Boraks dan Kalsium Oksida terhadap Setting Time dan Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash tipe C (No. 11012095/SIP/2016). Rattanasak, U., & Chindaprasirt, P. (2009). Influence of NaOH solution on the synthesis of fly ash geopolymer. Minerals Engineering, 22(12), 1073 1078. https://doi.org/10.1016/j.mineng.2009.03.022 Tikalsky, P. J., Ehmke, B. A., Ellis, W. E., Weber, J. W., & Werner, O. R. (2002). Use of Fly Ash in Concrete (Vol. 96). Wijaya, S. W., Satria, J., Sugiarto, A., & Hardjito, D. (2016). The Use of Borax in Deterring Flash Setting of High Calcium Fly Ash Based Geopolymer. Material Science Forum, 857(May), 416 420. https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/msf.857.416 191