PENGARUH PERUBAHAN NA DAN VOOR ONSTEKING TERHADAP KERJA MESIN

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

PENGARUH PENGGUNAAN X- POWER TERHADAP PERFORMA PADA MESIN MOTOR 4 LANGKAH ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Surya Didelhi, Toni Dwi Putra, Muhammad Agus Sahbana, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 23-28

Faizur Al Muhajir, Toni Dwi Putra, Naif Fuhaid, (2014), PROTON, Vol. 6 No 1 / Hal 24-29

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

PENGARUH CELAH KATUP TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat motor bensin menurut jumlah langkah kerjanya dapat diklasifikasikan

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PERENCANAAN BATANG TORAK MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 100 CC

BAB IV PENGUJIAN ALAT

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

K BAB I PENDAHULUAN

MESIN DIESEL 2 TAK OLEH: DEKANITA ESTRIE PAKSI MUHAMMAD SAYID D T REIGINA ZHAZHA A

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi

BAB II LANDASAN TEORI

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses


BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

BAB I LATAR BELAKANG. setiap orang menikmati manfaat yang dihasilkan oleh motor bakar. Pada tahun 1960 seorang Perancis bernama Lenoir berhasil

ANALISIS CELAH BUSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KINERJA PADA MESIN SUZUKI TORNADO GX

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN LITERATUR

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

PENGARUH IGNITION TIMING DENGAN BAHAN BAKAR LPG TERHADAP UNJUK KERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH SATU SILINDER

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP DAYA DAN PENGHEMATAN KONSUMSI BAHAN BAKAR BENSIN PADA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003

PERBANDINGAN KOMPRESI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif, perkembangan dari bidang otomotif sendiri sangat pesat

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rifki Galang Hadi Permana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

ANALISA PERBANDINGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 7K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

ANALISA PENGARUH DURASI CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR HONDA TIGER 200 CC TUNE UP DRAG BIKE

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

Spark Ignition Engine

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

OPTIMALISASI WAKTU PADA SAAT AKSELERASI MESIN TOYOTA 4 AFE DENGAN MEMANIPULASI MANIFOLD ABSOLUTE PRESSURE (MAP)

JOB SHEET TEKNIK KENDARAAN RINGAN PEKERJAAN DASAR OTOMOTIF

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI DAYA MELALUI VARIASI BAHAN BAKAR BIODIESEL MESIN DIESEL 2500 CCKENDERAAN RODA EMPAT

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

Transkripsi:

PENGARUH PERUBAHAN NA DAN VOOR ONSTEKING TERHADAP KERJA MESIN Nurfa Anisa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract In inspection and setting ignition system,it s important to attention about ignition setting. Engine producer have given data and exactly setting method. It have done mechanic authorize workshop,but most people are setting this ignition in trial and error. He s doing with his feeling. The aims of research are to know influence of quickly ignition (voor) and slowly ignition (na) and influence of exactly ignition to engine performance. The result of reseach,exactly ignition better than quickly ignition (voor) and slowly ignition (na). Kata kunci : Ignition system, Na and Voor Onsteking, engine performance PENDAHULUAN Di Indonesia, dunia transportasi atau otomotif khususnya berkembang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan kemacetan yang sekarang menjadi pemandangan biasa. Salah satu kendaraan yang turut memadati jalan-jalan adalah kendaraan niaga Toyota Kijang. Kebanyakan kendaraan ini bermesin seri 2K, 3K, 4K dan 5K yang berbahan bakar bensin, dengan jumlah silinder 4. Pada penelitian ini, mengambil contoh Toyota Kijang seri 3K. Mesin kendaraan ini secara berkala harus dilakukan Tune-Up, yaitu pekerjaan perawatan yang dilakukan mekanik untuk mengendalikan kondisi kerja mesin yang optimal. Perawatan Tune-up meliputi pemeriksaan dan penyetelan yaitu : mekanisme mesin, sistem pendinginan, sistem pelumasan, sistem pengapian (yang akan dibahas) dan sistem bahan bakar. Pada pemeriksaan dan penyetelan sistem pengapian hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah penyetelan saat pengapian. Data saat pengapian yang tepat dan cara penyetelannya ada dalam manual dari pabrikan pembuat mesin dan hal ini kebanyakan sudah dilakukan mekanik pada bengkel resmi, namun banyak mekanik yang melakukan penyetelan dengan cara coba-coba (trial and error) hanya mengandalkan feeling (perasaan). Dimana penyetelan dirasakan tepat jika reaksi tarikan mesin dirasakan paling baik. Hal tersebut banyak dilakukan oleh masyarakat pada umumnya dan sering dilakukan para mekanik yang kurang berpengalaman. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : - Bagaimanakah pengaruh pengapian yang dimajukan / dipercepat (voor) dan dimundurkan / diperlambat (Na) terhadap kerja mesin? - Berapakah toleransi pengapian yang tepat untuk menghasilkan kerja mesin yang optimal? TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: - Mengetahui pengaruh pengapian yang dimajukan/dipercepat (Voor) dan Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 PENGARUH PERUBAHAN... 49

- dimundurkan dan dimundurkan/diperlambat (Na) terhadap kerja mesin. - Mengetahui toleransi pengapian yang tepat untuk menghasilkan kerja mesin yang optimal. TINJAUAN PUSTAKA Pengapian Dalam pengapian motor bakar yang terpenting adalah mengetahui untuk pemunculan tenaga. Pemunculan tenaga dapat diperoleh dari : 1. Tenaga Thermis panas 2. Tenaga Listrik 3. Tenaga Mekanik 4. Tenaga Kimia Dalam hukum kekekalan energi dapat dikatakan : Bila suatu jumlah tenaga dalam bentuk pemunculan tertentu dihilangkan maka suatu jumlah tenaga yang sama akan timbul dalam suatu bentuk lain atau lebih. Suatu contoh adalah perubahan dalam suatu angklo listrik dari tenaga listrik menjadi tenaga thermis. Mesin Kijang merupakan motor bakar dengan pembakaran dalam, karena pembakarannya dilakukan di dalam silinder. Saat pengapian yang tepat harus dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran ruang bakar, posisi loncatan bunga api dalam ruang bakar, kualitas dan homogenitas campuran bahan bakar dengan udara. Mesin seri 3K yang ada di pasaran Indonesia mernggunakan sistem pengapian baterai konvensional, yaitu sistem pengapian yang menggunakan baterai atau ACCU untuk menghasilkan loncatan bunga api pada setiap busi pada saat pengapian yang sesuai dengan FO (Firing Order) mesin. Untuk dapat menghasilkan loncatan bunga api pada busi yang mampu membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder diperlukan tegangan listrik yang tinggi yaitu antara 500 V sampai 2500 V. Tegangan listrik yang tinggi tersebut dihasilkan dari sumber baterai 12V. Unjuk Kerja Motor Toyota Kijang seri 3K merupakan termasuk pembakaran dalam (Internal Combution Engine) atau dikenal dengan nama motor bakar, khususnya jenis motor bakar torak (paling umum digunakan untuk kendaraan bermotor). Proses pembakaran pada motor bensin dimulai dengan loncatan bunga api busi yang membakar campuran udara dan bahan bakar, sehingga disebut dengan Spark Ignition Engines. Motor bakar torak menggunakan silinder yang didalamnya terdapat torak yang bergerak translasi bolak-balik. Gerakan torak bolak-balik diteruskan melalui batang torak ke poros engkol sehingga menghasilkan putaran poros engkol. Putaran poros engkol selanjutnya dapat digunakan berbagai keperluan misalnya memutar generator listrik atau memutarkan roda kendaraan melalui pemindah tenaga. Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 PENGARUH PERUBAHAN... 50

METODE PENELITIAN Survey Identifikasi Masalah Studi Literatur Perumusan Masalah Pengumpulan Data - Spesifikasi mesin - Alat yang digunakan untuk pengujian - Penyetelan derajat pengapian - Data hasil pengujian Pengolahan Data - Torsi (T) - Putaran poros engkol (n) - Pemakaian bahan bakar (V) Hubungan antara daya, putaran mesin, dan pemakaian bahan bakar Kesimpulan dan Saran HASIL PEMBAHASAN Hubungan antara Daya dan Putaran Mesin pada Saat Pengapian berbeda 1. Daya maksimum yang dicapai pada saat pengapian 8 o setelah TMA 34,4 hp pada putaran constant 4000 rpm. 2. Daya maksimum dicapai pada saat pengapian 0 o pada TMA 27,3 hp pada putaran constant 3500 rpm. 3. Daya maksimum dicapai pada saat pengapian 8 o pada TMA 37,2 hp pada putaran constant 4500 rpm. 4. Daya maksimum dicapai pada saat pengapian 16 o pada TMA 34,7 hp pada putaran constant 4000 rpm. 5. Daya maksimum dicapai pada saat pengapian 24 o pada TMA 39,9 hp pada putaran constant 4000 rpm. 6. Daya maksimum yang tertinggi dari semua dari 5 kali perubahan sudut pengapian 8 o setelah TMA sampai 24 o sebelum TMA adalah 39,9 hp pada putaran constant 4000 rpm yaitu pada sudut pengapian 24 o TMA, sedangkan daya yang terendah adalah 27,3 hp pada Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 PENGARUH PERUBAHAN... 51

putaran constant 3500 rpm pada sudut pengapian distel 0 o TMA. Hubungan antara Pemakaian Bahan Bakar dan Daya saat Pengapian yang berbeda 1. Pemakaian bahan bakar yang dicapai pada saat pengapian 8 o setelah TMA 0,008 ml/detik pada putaran constant 4000 rpm, menghasilkan daya 34,4 hp. 2. Pemakaian bahan bakar yang dicapai pada saat pengapian 0 o setelah TMA 0,01 ml/detik pada putaran constant 3500 rpm, menghasilkan daya 27,2 hp. 3. Pemakaian bahan bakar yang dicapai pada saat pengapian 8 o setelah TMA 0,006 ml/detik pada putaran constant 4500 rpm, menghasilkan daya 37,2 hp. 4. Pemakaian bahan bakar yang dicapai pada saat pengapian 16 o setelah TMA 0,006 ml/detik pada putaran constant 4000 rpm, menghasilkan daya 34,7 hp. 5. Pemakaian bahan bakar yang dicapai pada saat pengapian 24 o setelah TMA 0,005 ml/detik pada putaran constant 4000 rpm, menghasilkan daya 39,9 hp. 6. Pemakaian bahan bakar yang tertinggi dari kelima perubahan sudut dicapai pada putaran constant 3500 rpm yaitu 0,01 ml/detik dan pengapian pada sudut pengapian 0 o pada TMA yang berarti dimundurkan, sedangkan pemakaian bahan bakar yang terendah dicapai pada putaran constant 4000 rpm adalah 0,008 ml/detik pada pengapian dimundurkan yaitu 8 o setelah TMA. KESIMPULAN Dari hasil pengujian mesin seri 3K Toyota Kijang, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, untuk mendapatkan performance atau unjuk kerja mesin seri 3K Toyota Kijang ini, bila dioperasionalkan pada putaran 1000 rpm sampai 4500 rpm akan menghasilkan daya yang optimum pada putaran 4000 rpm dengan sudut pengapian yang dimajukan yaitu 24 o sebelum TMA. Ini berarti bahwa mesin kijang ini untuk mencapai daya yang optimal harus distel pengapiannya dimajukan, karena pada pengapian ini bahan bakar cenderung lebih efisien. Efisien disini berarti daya yang dihasilkan lebih besar, kemudian dengan pemakaian bahan bakar yang seimbang atau sebanding dengan daya yang digunakan untuk pembakaran. Daya mesin hasil dari pengapian yang tepat (8 o p.e sebelum TMA) lebih baik daripada daya mesin yang dihasilkan saat pengapian yang dimajukan (16 o p.e s.d 24 o p.e sebelum TMA) hal ini dikarenakan, tekanan pembakaran maksimum saat pengapian yang tepat berada sedikit setelah TMA, sehingga dapat menekan secara optimal torak bergerak ke TMB. Sementara itu tekanan pembakaran yang terjadi sebelum TMA lebih kecil dibandingkan dengan tekanan pembakaran hasil dari saat pengapian pembakaran yang dimajukan (16 o p.e s.d 24 o p.e sebelum TMA) sehingga pada saat torak bergerak ke TMA mendapatkan daya lawan torak yang lebih kecil. Daya mesin hasil dari pengapian yang tepat (8 o p.e sebelum TMA) lebih baik daripada daya mesin hasil dari saat pengapian yang lebih mundur (0 o p.e s.d 8 o p.e setelah TMA) dikarenakan oleh tekanan hasil pembakaran terjadi bersamaan dengan gerakan torak yang turun ke TMB, sehingga tekanan pembakaran lebih kecil dan berada jauh setelah TMA akibatnya daya yang mendorong torak ke TMB lebih kecil. Selain itu tekanan rata-rata hasil pembakaran menjadi lebih kecil sehingga daya motor berkurang. Untuk torsi dan pemakaian bahan bakar yang dihasilkan, akan sebanding dengan daya yang ada, karena perhitungan daya tergantung dari torsi dan putaran mesin (rpm) sedangkan bahan bakar tergantung dari daya yang digunakan untuk pembakaran. Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 PENGARUH PERUBAHAN... 52

SARAN Dari kesimpulan tersebut di atas disarankan pada mekanik atau orang yang melakukan perawatan atau tune-up mesin (motor) seri 3K Toyota Kijang untuk menyetel pengapian yang sesuai standart (8 o sebelum TMA), sehingga dapat menghasilkan unjuk kerja mesin yang optimal dan tanpa terjadi kecenderungan detonasi atau knoking. Sehingga pemakaian bahan bakar dapat ditekan sesuai dengan kegunaan mesin. Penyetelan pengapian yang tidak sesuai standart diperlambat (Na) bisa menimbulkan mesin menjadi cepat panas dan bila gas dipercepat jalan kendaraan menjadi lambat sedangkan untuk penyetelan yang dipercepat (voor) mesin hidup suara keras, mesin cepat panas dan apabila distart terjadi over slash (gerak putaran membalik). DAFTAR PUSTAKA Aris Munandar, Wiranto. 1983. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Bandung: ITB. Khovakh, M. 1979. Motor Vehicle Engine. Moscow: Mir Publisher. Petrovsky. 1971. Marine International Combution Engine. Moscow: Mir Publisher. Team. Bahan Ajar Sistem Pengapian. Ngawi: Kursus Monteur Bintang Mulya. Team. Gasoline Engine Toyota Training Service. Team. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 PENGARUH PERUBAHAN... 53