BAB I PENDAHULUAN. tidak lain sebagai alat menanamkan nilai-nilai atau moral dan budi pekerti, agar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor utamanya, sehingga sastra bisa disebut dengan seni bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembelajaran sastra, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam menyerap materi pendidikan. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

I. PENDAHULUAN. Karya sastra yang berbentuk prosa telah dikenal di dalam dunia kesastraan. Karya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pengertian yang diutarakan oleh Chaer (2008:32), bahwasanya bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra telah banyak beredar di lingkungan masyarakat. kejadian yang menyangkut persoalan jiwa/ kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

Rika Kustina 1 dan Marhamah 2. Abstrak. Kata Kunci: Struktur Teks Cerpen, Number Heads Together, Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Endraswara (2003:165), berpendapat bahwa karya sastra diciptakan tidak lain sebagai alat menanamkan nilai-nilai atau moral dan budi pekerti, agar pembaca semakin arif. Sejalan dengan tujuan tersebut, pembelajaran sastra mengharapkan peserta didik mampu mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain serta mempunyai kemampuan analik dan imajinatif dalam dirinya untuk menanggapi, mengkristis, dan merespon hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, tujuan pembelajaran sastra yaitu agar siswa memiliki pengetahuan tentang sastra., mampu mengapresiasikan sastra, bersikap positif terhadap nilai sastra, karena sastra adalah cerminan kehidupan dan dapat mengembangkan kesusastraan Indonesia. Salah satu bentuk karya sastra yaitu cerita pendek (cerpen). Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431). Di dalam cerpen terdapat dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membangun sebuah cerita.

Akan tetapi kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen masih rendah. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Melisa Sitompul dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran Kuantum terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerpen oleh Siswa Kelas X SMA GBKP Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang menyimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa masih rendah. Hasil penelitian beliau mengemukakan bahwa kemampuan rata-rata siswa dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen adalah 63,2. Nilai tersebut tergolong rendah dalam pencapaian hasil belajar. Hal ini juga terdapat di SMA Negeri 3 Binjai. Dari hasil wawancara dengan guru kelas yang mengatakan bahwa kemampuan siswa dalaam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen masih rendah dan siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian model pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi. Sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Didalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat berbagai macam jenis model pembelajaran yang digunakan. Salah satunya yaitu Model Pembelajaran investigasi kelompok. Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Dalam pembelajaran model ini, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan mental yang baru maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skill). Dengan model

pembelajaran investigasi kelompok, siswa secara khusus diharapkan untuk lebih aktif dan mampu dalam kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Vina Handayani Simanjuntak dengan judul Pengaruh Model Group Investigation terhadap Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Lintongnihuta Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang menyimpulkan bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa dalam membedakan fakta dan opini sebelum menggunakan model group investigation adalah 65,66. Nilai tersebut dikategorikan cukup. Akan tetapi setelah menggunakan model group investigation, nilai rata-rata siswa dalam membedakan fakta dan opini meningkat menjadi 77,66. Nilai tersebut dikategorikan baik. Hal ini membuktikan bahwa model group investigation cukup efektif digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen, terdapat satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, yaitu mampu mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen. Hal ini terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan KD 13.1 Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar, dalam cerpen yang dibacakan dan SK 13. Memahami pembacaan cerpen (Menyimak). Hal ini menandakan bahwa pengaruh model pembelajaran investigasi kelompok sangat diperlukan dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (Investigasi kelompok) terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik

Cerpen oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pembelajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan fenomena yang muncul sebagaimana yang dijabarkan pada latar belakang masalah diatas, beberapa masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagaiberikut: (1) kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen masih rendah. (2) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran (3) model yang diterapkan kurang bervariasi, termasuk belum diterapkannya model pembelajaran investigasi kelompok. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian mencapai sasaran yang diinginkan, penelitian ini membatasi fokus permasalahan yaitu pengaruh model pembelajaran group investigation (Investigasi kelompok) terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerpen Oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Binjai Tahun Pembelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini, siswa hanya mengidentifikasi tiga unsur intrinsik saja yaitu alur, tokoh/penokohan, dan latar. D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) bagaimana kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Binjai tanpa menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok? (2) bagaimana kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 3 Binjai dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok? (3) apakah ada pengaruh model pembelajaran investigasi kelompok dengan kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 3 Binjai? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui bagaimana kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Binjai tanpa menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok. (2) untuk mengetahui bagaimana kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 3 Binjai dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok. (3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran investigasi kelompok dengan kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 3 Binjai.

F. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian yang dilakukan harus mampu memberi manfaat. Manfaat yang terdapat dalam penelitian ini terbagi atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. (1) Manfaat teoretis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori bahasa. Khususnya pada mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen dapat sesuai dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia. (2) Manfaat Praktis a. Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan menyimak pada siswa dan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen. b. Bagi guru, bermanfaat sebagai bahan masukan bagi guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan mutu pengajaran. Khususnya mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen dari hasil menyimak. c. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam kegiatan belajar dan mengajar sebagai calon guru yang kelak akan mengajarkan bidang studi bahasa Indonesia.