MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

dokumen-dokumen yang mirip
PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih

PENGARUH PENAMBAHAN AGREGAT PASIR SILIKAT PADA SEMENTASI LIMBAH URANIUM KONSENTRAT EVAPORATOR

PENELITIAN KARAKTERISTIK PELINDIAN MONOLIT KERAMIK LUMPUR DARI LIMBAH KHROM INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PEMADATAN ENDAPAN CaCO 3 MENGGUNAKAN LEMPUNG UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN LINGKUNGAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LIMBAH LUMPUR HASIL PROSES ELEKTROKOAGULASI

SOLIDIFIKASI LIMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN MgO PADA PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LUMPUR LIMBAH Pb MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK

KARAKTERISASI KADAR ZAT PADAT DALAM EFLUEN PADA PROSES SORBSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT

IMOBILISASI LlMBAH SLUDGE RADIOAKTIF DARI PROSES PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF CAIR SECARA KIMIA DENGAN KOAGULAN FERI KLORIDA MENGGUNAKANSEMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Memilih masalah. Studi pustaka. Merumuskan masalah. Merumuskan hipotesa. Memilih pendekatan -># Menentukan instrumen

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI PADA MEMBRAN KERAMIK DARI ZEOLIT ALAM

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

PENGARUH LIMBAH KARBON AKTIF Cs-137 TERHADAP KERAPATAN DAN KUAT TEKAN BETON LIMBAH

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN SEMEN POZOLAN KAPUR (SPK) SEBAGAI SEMEN ALTERNATIF SKRIPSI TRIYA SULASIH

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF HEPA FILTER MENGGUNAKAN METODE REDUKSI VOLUME DAN IMOBILISASI DENGAN MATRIK SEMEN

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PEMANFAATAN LUMPUR KERING TUNGKU EX. LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI SEMEN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

KARAKTERISASI MORFOLOGI CLAY DENGAN FILLER KULIT KAKAO

ADSORPSI LIMBAH URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG NANGGULAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Material Komposit Keramik Berpori dari Bahan Clay yang diperkuat Bahan Kuningan dengan Menggunakan Metode Ekstrusi

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN TERAK NIKEL SEBAGAI AGREGAT PADA BETON MUTU TINGGI

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF HEPA FILTER MENGGUNAKAN METODE REDUKSI VOLUME DAN IMOBILISASI DENGAN MATRIK SEMEN

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

KARAKTERISASI MONOUT BLOK HASIL SEMENTASI UMBAH RESIN MENGGUNAKAN ADITIF NATRIUM SIUKAT ~. 'L

PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) 2 DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) 2 DARI DOLOMIT

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

BATAKO LUMPUR LAPINDO SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL PASANGAN DINDING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASE AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING

Material Refraktori Pertemuan 2. Page 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT

PENGARUH PANAS PEMBAKARAN PADA BETON TERHADAP PERUBAHAN NILAI KUAT TEKAN ( INFLUENCE ON THE COMBUSTION HEAT TO CHANGE THE VALUE OF CONCRETE STRENGTH )

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

PENGARUH WAKTU PENGERASAN PADA KEKUATAN PAVING BLOCK YANG MENGGUNAKAN CLAY, SEMEN, DAN PASIR. Andius Dasa Putra 1) Setyanto 1) Noor Syarifah Hasan 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

Transkripsi:

Isman MT., dkk. ISSN 0216-3128 1 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT Isman MT, Ign Djoko S., Sukosrono, Endro K Puslitbang Teknologi Maju BATAN ABSTRAK MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK LIMBAH DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT. Telah dilakukan penelitian untuk menentukan komposisi bahan mineral sebagai penyusun keramik untuk imobilisasi limbah radioaktif. Penelitian dilakukan dengan cara mencampur mineral kaolin, dolomit, pasir ilmenit kemudian ditambahkan air dan dicetak. Hasil cetakan dipanaskan dengan tungku bakar sampai suhu 1000 o C dan 700 0 C. Blok monolit keramik yang terjadi dihitung berat jenisnya serta dilakukan uji serap terhadap air dan uji kuat tekan. Variabel yang diteliti adalah persen perbandingan berat antara mineral kaolin terhadap dolomit dan antara mineral kaolin terhadap pasir ilemenit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada monolit keramik dengan komposisi penyusun kaolin-dolomit, kaolin- pasir ilmenit untuk pemanasan sampai dengan 1000 0 C, adanya dolomit sangat berpengaruh terhadap karakteristik monolit keramik. Semakin besar kandungan dolomit dan pasir ilmenit maka kuat tekan dan berat jenis yang dihasilkan semakin rendah kemampuan serap terhadap air semakin tinggi. Untuk pemanasan sampai dengan 700 0 C menghasilkan kualitas monolit keramik yang lebih jelek, dibanding dengan pemanasan 1000 0 C. Kuat tekan terbesar monolit keramik yang diperoleh pada pemanasan 1000 0 C sebesar 19,31 N/mm 2. Kuat tekan terendah monolit keramik yang diperoleh pada pemanasan 1000 0 C sebesar 5,302 N/mm 2 (untuk komposisi kaolin 60 % dan dolomit 40 %). ABSTRACT THE STUDY OF THE CERAMIC CHARACTERISTIC FROM LOCAL MINERAL OF KAOLINE, DOLOMITE, ILMENIT SAND. The investigation to determine the local mineral composition as ceramic composer for the immobilization radioactive wastes has been done. The investigation was performed by mixing kaolin, dolomite, ilmenite sand mineral, and water, and then pressed. The resulted of the monolith block was heated on the furnace burner until 1000 o C and 700 o C temperature. The ceramic monolith block that formed was calculated its density and then examined for water absorption and tension strength. The investigated variable are the percentage of weight between kaolin to dolomite mineral and between kaolin to sand mineral The result shown that the ceramic monolith with 1000 0 C burned of mineral kaolin-dolomite composition, the existence of the dolomite and ilmenite sand was very depend on the monolith characteristic of ceramic. The higher dolomite & ilmenite sand contain so the smaller compressive strength, and density that was resulted. The higher dolomite contains so the higher water absorption. While the burned up to 700 0 C resulted the quality was badness than the burned up to 1000 0 C. The highest compressive strength of monolith ceramic was 19,31 N/mm 2 at 1000 0 C of burned. The smaller compressive strength of monolith ceramic was 5,302 N/mm 2 on the composition 60 % kaoline and 40 % of dolomite. PENDAHULUAN P emadatan limbah radioaktif dilakukan untuk merubah bentuk fisik limbah menjadi bentuk padat yang monolit (satu kesatuan) agar supaya kemampuan pindah unsur radioaktif yang ada dalam limbah menjadi berkurang. Blok monolit hasil proses pemadatan limbah harus memenuhi kualitas tertentu dengan mempertimbangkan faktor keselamatan untuk penyimpanan baik penyimpanan sementara ataupun lestari, faktor kemudahan teknologi proses pembuatan, faktor ekonomi, serta faktor lingkungan. Kualitas ini dapat dilihat dari sifat phisik dan kimia blok monolit yang dihasilkan. Blok monolit yang berkualitas diantaranya harus mempunyai stabilitas kimia yang bagus (misal kecepatan pelindian rendah), mempunyai konduktivitas panas yang baik, tahan terhadap radiasi, mempunyai densitas yang tinggi, mempunyai kompatibilitas dengan kontainer dalam penyimpanan, mudah penanganan dalam transportasi baik untuk penyimpanan sementara maupun penyimpanan lestari. Pemadatan limbah dapat dilakukan dengan mencampur limbah dengan bahan semen, bitumen, gelas ataupun keramik. (1,2,3) Keramik sebagai media pengungkung limbah terbuat dari kombinasi

2 ISSN 0216-3128 Isman MT., dkk. beberapa mineral alam melalui proses pemanasan pada temperatur tinggi. Proses pemanasan dilakukan serendah-rendahnya pada temperatur 700 o C dan setinggi-tingginya 2000 o C. Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O) sebagai salah satu bahan dasar pembuatan keramik merupakan salah satu jenis dari tipe mineral clay yang mempunyai sifat : - Plastis dan mudah dicetak pada waktu basah, sifat plastisitas dan work ability kebanyakan dipengaruhi oleh kondisi fisik. - Kaku setelah dikeringkan - Vitreous (bersifat kaca ) setelah dipanaskan pada temperatur yang sesuai. Dolomit dalam pembuatan keramik sering digunakan sebagai aditif pembentuk refractory. Senyawa yang penting dalam dolomit adalah kalsium, yang ada dalam bentuk senyawa CaCO 3.MgCO 3. Kalsium ini di alam, selain dalam dolomit dapat juga diketemukan sebagai senyawa kalsit (CaCO 3 ), gips (CaSO 4.2H 2 O). Senyawasenyawa ini terbagi merata dalam tanah. Senyawa lain yang dapat berfungsi sebagai refractory adalah pasir ilmenit. Senyawa penyusun ilmenit adalah titania (FeO, TiO 2 ) dengan kadar oksida dalam tanah relatif rendah. Titania di alam dapat juga berada dalam rutil (TiO 2 ), dan spheen (TiO 2, SiO 2 ). Bahan keramik yang telah dibentuk (dikompakkan) terdiri dari butiran individu masih menonjolkan sifat komponen penyusunnya, belum membentuk ikatan kimia, sehingga mudah terlepas satu sama lain. Untuk memperoleh sifat yang diperlukan, bahan yang telah dibentuk tersebut dipanaskan sampai temperatur tertentu sehingga diperoleh bahan keramik yang kuat dan padat. Selama pemanasan menyebabkan terjadi reaksi yang sederhana ataupun yang komplek, seperti : - Dehidrasi, terjadi pada temperatur antara 150 o c sampai 650 o c - Kalsinasi (misal caco3) terjadi pada temperatur 600 o c sampai 900 o c. - Oksidasi dari Fe dan materi organik terjadi pada temperatur 900 o c dan di atasnya. Beberapa perubahan yang terjadi selama proses pemanasan dari keadaan awal sampai diperoleh produk keramik yang kuat dan mampat adalah perubahan bentuk dan ukuran pori, perubahan.(4, 5) bentuk pori serta perubahan ukuran pori Beberapa sifat keramik adalah tahan terhadap temperatur tinggi, bahan kimia dan keras serta kaku. Dari sifat-sifat yang menonjol ini diharapkan keramik dapat digunakan sebagai media pemadat limbah radioaktif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi bahan mineral penyusun keramik yang tepat/baik sebagai bahan matrik imobilisasi limbah radioaktif. (5) TATA KERJA Bahan yang digunakan 1. Kaolin dari Semin Gunungkidul 2. Dolomit 3. Pasir ilmenit 4. Air Alat yang digunakan 1. Cetakan 2. Ayakan 3. Tungku bakar 4. Alat pres/tekan 5. Peralatan gelas 6. Lumpang dan martil Cara Kerja Preparasi bahan adonan Setiap mineral kaolin, dolomit dan pasir ilmenit dimasukkan ke dalam lumpang kemudian dihancurkan /dihaluskan memakai martil. Hasil mineral yang telah dihaluskan kemudian diayak dengan ukuran ayakan 10 s/d 200 mesh. Pembuatan blok monolit keramik Diambil beberapa gram mineral yang telah disiapkan dengan ukuran butir tertentu dengan perbandingan berat mineral tertentu ditambahkan air secukupnya (persiapan untuk dicetak dengan sistem tekan dan sistem cetak) diaduk sampai homogen kemudian dicetak dengan sistem tuang dan tekan. Hasil cetakan yang telah kering dipanaskan pada suhu 700 o C dan 1000 o C selama 3 jam, setelah dingin hasil cetakan dikeluarkan dan diamati bentuk visual serta diuji kemampuan serap terhadap air, kuat tekannya, dihitung berat jenisnya serta perubahan berat dan tinggi blok monolit sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.

Isman MT., dkk. ISSN 0216-3128 3 Perubahan berat dihitung dengan rumus (% perubahan ) = W 0 W 1 x 100 %. (1) W0 W 0 = berat monolit sebelum dipanaskan W 1 = berat monolit setelah dipanaskan Perubahan tinggi monolit dihitung dengan rumus (% perubahan tinggi) = t 0 t 1 x 100 %. (2) t 0 t 0 = tinggi monolit sebelum dilakukan pemanasan t 1 = tinggi monolit sesudah dilakukan pemanasan Penentuan komposisi mineral blok monolit keramik. Untuk menentukan komposisi mineral monolit keramik maka dibuat monolit keramik dengan campuran kaolin, dolomit dan kaolin, pasir ilmenit. Perbandingan berat campuran kaolin terhadap dolomit dibuat mulai dari 90 % : 10 % sampai 60 % : 40 %. Perbandingan berat campuran kaolin terhadap pasir ilmenit dibuat mulai dari 90 % : 10 % sampai 60 % : 40 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik blok monolit yang dihasilkan dapat dilihat dalam Tabel 1 dan 2. Dari tabel tersebut tampak bahwa perubahan komposisi mineral penyusun mempengaruhi penyusutan berat tetapi tidak begitu berpengaruh terhadap penyusutan tinggi. Semakin tinggi kandungan dolomit dan pasir ilmenit yang ada dalam monolit keramik semakin besar susut beratnya setelah dilakukan pemanasan. Penyusutan ini Tabel 1. Karakteristik monolit keramik yang dihasilkan dari campuran Kaolin dan Dolomit Pemanasan 1000 0 C Kode Penyusutan Penyusutan Berat Jenis Kemampuan Kuat Tekan (N/mm 2 ) Sampel Berat (%) Panjang (%) Gram/cm 3 Serap Air (%) Sebelum Sesudah Serap air K 5,789 1,231 1,787 16,056 19,317 19,8 KD-10 9,841 0,000 1,639 20,097 12,484 13,280 KD-20 13,186 0,000 1,576 22,797 9,657 11,349 KD-30 16,640 0,769 1,488 26,926 8,119 9,659 KD-40 20,906 1,077 1,391 34,682 5,302 6,519 Pemanasan 700 0 C K 5,168 1,231 1,789 18,471 17,385 - KD-10 7,459 0 1,689 13,681 13,191 - KD-20 6,785 0 1,691 21,325 11,307 - KD-30 Retak Retak Retak Retak Retak - KD-40 Retak Retak Retak Retak Retak - Keterangan : K : kaolin 100 %, KD-10 : Kaolin 90 % : Dolomit 10 %, KD-20 : Kaolin 80 % : Dolomit 20 %, KD-30 : Kaolin 70 % : Dolomit 30 %, KD-40 : Kaolin 60 %: Dolomit 40 % Tabel 2. Karakteristik monolit keramik yang dihasilkan.dari campuran Kaolin dan Pasir Ilmenit Pemanasan 1000 0 C Kode Penyusutan Penyusutan Berat Jenis Kemampuan Kuat Tekan (N/mm 2 ) Sampel Berat (%) Panjang (%) Gram/cm 3 Serap Air (%) Sebelum Sesudah K 5,789 1,231 1,787 16,056 19,317 19,8 KS-10 4,709 0,538 1,828 15,615 18,573 19,049 KS-20 4,999 0,615 1,940 13,650 23,848 21,940 Pemanasan 700 0 C

4 ISSN 0216-3128 Isman MT., dkk. K 5,168 1,231 1,789 18,471 17,385 - KS-10 4,38 0,231 1,817 15,952 14,199 14,672 KS-20 4,653 0,231 1,858 14,130 19,878 15,619 Keterangan : KS-10 : Kaolin 90 %, pasir ilmenit 10 %, KS-20 : Kaolin 80 %; pasir ilmenit 20 % terjadi kemunkinan disebabkan selama proses pemanasan dari keadaan awal sampai diperoleh produk keramik yang kuat dan mampat adalah adanya perubahan bentuk dan ukuran pori, perubahan bentuk pori serta perubahan ukuran pori. Kaitannya dengan akan digunakan untuk immobilisasi limbah maka penyusutan ini tidak begitu berpengaruh terhadap hasil imobilisasi. Penyusutan volume hanya digunakan untuk menentukan ukuran monolit. Kemampuan serap monolit keramik terhadap air, untuk monolit dengan komposisi kaolin-dolomit mempunyai kualitas yang lebih jelek dibandingkan dengan monolit keramik dengan komposisi kaolin - pasir ilmenit. Kemampuan serap ini sangat besar kemungkinan berkaitan dengan porositas dari monolit. Monolit yang mempunyai porositas yang semakin besar maka akan mempunyai berat jenis yang semakin rendah (porositas berbanding terbalik dengan berat jenis). Apabila kemampuan serap ini dikaitkan dengan berat jenisnya maka ada suatu korelasi, yaitu semakin besar kemampuan serap terhadap air maka semakin kecil berat jenis monolit. Dalam mengimobilisasi limbah, matrik pengungkungnya dipilih yang mempunyai sifat kemampuan serap terhadap air harus rendah sehingga proses difusi radionuklida ke lingkungan menjadi rendah. Kekuatan tekan monolit keramik dapat dilihat pada Tabel 1dan 2. Dari tabel tersebut tampak bahwa komposisi sangat berpengaruh terhadap kekuatan tekan yang diperoleh. Semakin tinggi kandungan dolomit dan pasir ilmenit dalam monolit keramik maka semakin kecil kuat tekan yang diperoleh. Adanya pengaruh penyerapan air oleh monolit terhadap kekuatan tekan yang dihasilkan, tidak menunjukkan adanya beda yang bermakna. Dalam immobilisasi limbah, semakin besar kekuatan tekan monolit yang diperoleh maka semakin baik hasil imobilisasi. Prayitno., dkk (1988) telah mengadakan penelitian limbah konsentrat evaporator dan diperoleh hasil bahwa kuat tekan blok monolit hasil sementasi sebesar 36,235 N/mm 2 pada kondisi perbandingan air terhadap semen = 0,4 (W/S=0,4) dan belum diberi beban limbah. Setelah diberi beban limbah konsentrat evaporator sebanyak 14 % kuat tekannya turun menjadi 15,399 N/mm 2. Pengaruh suhu pemanasan terhadap karakteristik monolit keramik ternyata cukup signifikan. Suhu pemanasan 1000 0 C ternyata lebih baik bila dibandingkan dengan pemanasan 700 0 C, seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan 2. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa monolit keramik dengan komposisi penyusun kaolin - dolomit dengan pemanasan sampai dengan 1000 0 C, adanya dolomit sangat berpengaruh terhadap karakteristik monolit keramik. Semakin besar kandungan dolomit maka kuat tekan dan berat jenis yang dihasilkan semakin rendah, serta kemampuan serap terhadap air semakin tinggi. Untuk pemanasan sampai dengan 700 0 C menghasilkan kualitas monolit keramik yang lebih jelek. dibanding dengan pemanasan 1000 0 C. Kuat tekan terbesar monolit keramik yang diperoleh pada pemanasan 1000 0 C sebesar 19,31 N/mm 2, dan untuk pemanasan 700 0 C sebesar 17,385 N/mm 2. Kuat tekan terendah monolit keramik yang diperoleh pada pemanasan 1000 0 C sebesar 5,302 N/mm 2 (untuk komposisi kaolin 60 % dan dolomit 40 %), sementara untuk pemanasan 700 o C sudah mengalami keretakan pada kandungan dolomit sebesar 30 % dan 40 %. DAFTAR PUSTAKA 1. EWEST,E., LEVI, H.W, Evaluation Of Products For The Solidification Of High-Level Radioactive Waste From Commercial Reprocessing In The Federal Republic Of Germany, MANAGEMENT OF RADIOACTIVE WASTES FROM THE NUCLEAR CYCLE, Proceeding of Symposium, Vienna, 22-226 March 1976, IAEA, (1976) 2. SUROTO, R., Diktat Kuliah Pengolahan Sampah Radioaktif, Bagian Teknik Nuklir, UGM 3. Petunjuk Teknik Pengelolaan Limbah Radioaktif Oleh Pemakai, BATAN, (1988) 4. RAZAK, R.,A., Industri Keramik, Balai Pustaka, (1978)

Isman MT., dkk. ISSN 0216-3128 5 5. AUSTIN, G.T.,Shreve s Chemical Process Industries, 5 ed., Mc. Graw-Hill International Edition, New York, (1984). TANYA JAWAB