KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL DALAM WACANA TAJUK RENCANA HARIAN SINGGALANG EDISI APRIL-MEI 2014 ARTIKEL ILMIAH DESI PATRI YENTI NPM

PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

KOHERENSI PARAGRAF DALAM SKRIPSI MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

PEMARKAH KOHESI LEKSIKAL DAN KOHESI GRAMATIKAL (Analisis pada Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

KEUTUHAN WACANA KATA PENGANTAR DALAM SKRIPSI MAHASISWA

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Alat-alat kohesi..., Astri Yuniati, FIB UI, 2009

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Kriteria Kontributor. Materi Naskah dan Proses Seleksi

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penggalan kalimat di atas berasal dari puisi yang berjudul Tirani yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

ii MATEMATIKA EKONOMI: Fungsi dan Aplikasi

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

WACANA NARATIF SHORT-SHORT STORY BOKKOCHAN KARYA HOSHI SHIN ICHI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB II LANDASAN TEORI. pengendalinya Ramlan (dalam Rohmadi dan Nasucha, 2010: 23). Jadi, Sehubungan dengan itu Handayani dkk, (2013: 97-98) juga

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan keterampilan berbahasa yang diantaranya dimulai dari. mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis, keempat

PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI DALAM KARANGAN NARASI OLEH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BLAHBATUH

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran.

Oleh Rezki Agus Pandai Yani Tanjung

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diawali dengan latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif murni atau

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

ASPEK KOHESI KONJUNGSI DALAM WACANA OPINI PADA MAJALAH TEMPO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN) Medita Indriana Radhiah dan Untung Yuwono 1. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424. 2. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424. E-mail: email.medita@gmail.com Abstrak Tulisan ini meneliti keutuhan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam analisis kohesi dan koherensi. Tujuan tulisan ini adalah memaparkan suprastuktur, kohesi, dan koherensi pada wacana yang terdapat pada LKS, serta memaparkan keterkaitan antara soal dengan wacana dalam kajian koherensi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini adalah LKS ini memiliki suprastruktur yang konsisten; masih terdapat penggunaan ejaan yang salah; penggunaan kohesi yang ditemukan adalah repetisi, substitusi, elipsis, referensi, dan konjungsi; wacana di dalam LKS sudah koheren; dan sebagian soal tidak berkaitan dengan wacana. Abstract This study examines on the discourse wholeness of Lembar Kerja Siswa (LKS) through cohesion and coherence analysis. The purpose of this study is to describe the superstructure, cohesion, and coherence of the discourse and to explain the correlation between questions and discourse examined through coherence approach. Result of the study shows that the LKS superstructures are consistent; there are noticeable misspellings; noticeable usages of cohesion are repetition, substitution, ellipsis, reference, and conjunction; the discourses are coherent; and some of the questions are not related to the discourses content. Keyword: LKS, discourse, cohesion, coherence, question Pendahuluan Ada berbagai macam analisis mengenai wacana, tidak terkecuali analisis wacana yang terkait dengan bidang pendidikan. Salah satu media di bidang pendidikan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), sebuah buku ajar yang terdiri dari teori dan kumpulan soal. Selain soal-soal, di dalam LKS terdapat wacana, yang menjadi pembahasan utama di dalam jurnal ini. Sebelum memelakukan analisis, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian wacana, kohesi, dan koherensi. Tinjauan Teoretis 1 Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

2 Pengertian wacana secara bahasa (Hoed, 1994) adalah wacana merupakan suatu bangun teoretis yang abstrak yang berada pada tingkat langue, berbeda dengan teks yang berada pada tingkat parole. Wacana merupakan sebuah satuan yang lebih tinggi dibandingkan kalimat dan bersifat semantik. Wacana ini nantinya memiliki sebuah struktur yang dibedakan menjadi suprastruktur, makrostruktur, dan mikrostruktur (Renkema, 2004). Suprastruktur merupakan bentuk wacana, sedangkan makrostruktur dan mikrostruktur merupakan isi wacana. Wacana itu dibagi menjadi beberapa jenis. Salah satu pembagian yang populer di Indonesia dan bersifat konservatif adalah pembagian yang dijelaskan oleh Egon Werlich, seperti yang dikutip oleh Renkema dalam Introduction to Discourse Studies (2004), yaitu wacana dibagi menjadi lima jenis. Kelima jenis itu adalah deskriptif, naratif, eksplikatif, argumentatif, dan instruktif. Pembagian ini dibahas oleh Zaimar dan Harahap dalam Telaah Wacana (2009) dalam kaitannya dengan koherensi. Menurut pembahasan Zaimar dan Harahap, ada juga beberapa jenis wacana yang tidak dapat tergolong dalam kelima pembagian itu, misalnya wacana informatif yang bersifat pemberitahuan singkat serta wacana dialog yang hanya berupa pertukaran ujaran. Pembagian jenis wacana yang lebih sederhana dilakukan oleh Larson (1984). Larson membagi wacana menjadi enam jenis, yaitu tuturan, prosedur, pembeberan, pemerian, dorongan, dan percakapan. Larson membagi jenis wacana tersebut dari tujuan penulisnya. Kaitan antarmakna wacana dibangun dengan kohesi dan koherensi. Kohesi, menurut Halliday dan Hasan (1980), adalah sebuah konsep semantik yang menampilkan hubungan makna antarunsur teks dan menyebabkannya dapat disebut sebagai teks. Suatu unsur dapat dipahami apabila terkait dengan unsur lainnya. Kaitan makna itu disebut kohesi. Kohesi merupakan keterkaitan semantik antarunsur pembentuk wacana. Halliday dan Hasan (1976) membagi kohesi menjadi lima tipe: referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal. Dalam Halliday (1985), pembagian kohesi tersebut dijadikan empat karena substitusi termasuk dalam subkategori dari elipsis. Koherensi merupakan keterkaitan unsur-unsur di dalam wacana, misalnya susunan konsep atau gagasan (Larson, 1984). Hubungan antarunsur itulah yang membuat suatu wacana menjadi relevan. Koherensi terletak dalam wilayah semantik dan pragmatik dalam sebuah wacana, merupakan kontinuitas makna dalam teks. Berbeda dengan kohesi, keterkaitan makna Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

3 yang terdapat dalam koherensi tidak hanya yang bersifat di dalam bahasa, tetapi juga di luar bahasa. Konteks situasi dan konteks bahasa merupakan sebuah unsur penting dalam koherensi. Proposisi termasuk dalam kajian koherensi. Koherensi merupakan keterkaitan unsur-unsur dan makna dalam bahasa. Hal itu menandakan bahwa dalam koherensi adanya keterkaitan antar konsep dalam satuan bermakna. Larson (1984) menyebutkan bahwa proposisi adalah pengelompokan konsep ke dalam satuan bermakna. Hal itu berarti proposisi adalah satuan semantis yang terdiri dari konsep-konsep, ketika satu konsep merupakan sebuah inti dan konsep lainnya berkaitan dengan konsep inti tersebut. Proposisi ini nantinya saling terkait hingga membentuk hubungan antarproposisi dan menjadi gugus proposisi. Hubungan antarproposisi ini yang nantinya menentukan koherensi dalam suatu wacana. Secara garis besar, Larson (1984) membagi hubungan antarproposisi, atau disebut juga dengan hubungan komunikasi, menjadi empat bagian, yaitu hubungan penambahan dan hubungan pendukung; hubungan orientasi dan hubungan penjelasan; hubungan logis; serta peran stimulus-respons. Masing-masing dari hubungan komunikasi itu terbagi lagi menjadi beberapa bagian. Berdasarkan teori yang telah disebutkan, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas masalah sebagai berikut: 1. Seperti apa suprastruktur Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menjadi dasar penelitian ini? 2. Apakah wacana yang terdapat di dalam LKS itu kohesif dan koheren? 3. Bagaimana koherensi soal yang menyertai wacana di dalam LKS? Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Sulistyo- Basuki (2006), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, opini, atau kepercayaan orang yang diteliti, yang tidak dapat diukur dengan angka. Penelitian ini berusaha melakukan analisis dari segi kohesi dan koherensi, serta tidak menyertakan perhitungan sehingga masuk dalam metode kualitatif. Korpus data merupakan LKS Bahasa Indonesia yang digunakan oleh anak kelas 4 SD. Berikut adalah tahap-tahap analisis di dalam penelitian ini: Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

4 1. memaparkan suprastruktur LKS, 2. memilih wacana yang akan dianalisis, 3. melakukan analisis kohesi, 4. melakukan analisis koherensi (kaitan antarproposisi), dan 5. melakukan analisis kaitan soal dan wacana dalam kajian koherensi. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis suprastruktur LKS, di dalam LKS terdapat lima bab dengan susunan tiap bab sebagai berikut. A. Mendengarkan B. Berbicara C. Membaca D. Menulis E. Tata Bahasa Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Ulangan Harian Struktur ini berulang pada tiap bab. Wacana yang terdapat di dalam LKS ini berjumlah 25 wacana. Peneliti memilih 4 wacana yang memiliki soal agar analisis kaitan soal dengan wacana dapat dilakukan. Wacana Pengumuman 3.1.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Pengumuman Terdapat kesalahan ejaan dalam wacana pengumuman ini, yaitu kesalahan penggunaan tanda koma (,). Selain kesalahan ejaan, terdapat ketidakjelasan pembagian paragraf dan kesalahan ketik yang menyebabkan informasi yang diberikan tidak konsisten 3.1.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Pengumuman Penggunaan kohesi yang berhasil ditemukan di dalam wacana ini adalah referensi, substitusi, elipsis, dan repetisi. Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

5 3.1.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Pengumuman Proposisi yang terdapat dalam wacana ini paling banyak dari dua jenis hubungan antarproposisi, yaitu INDUK-INDUK dan pengarah-isi, serta hanya satu hubungan antarproposisi yang lain, yaitu dasar-desakan. Judul terletak terpisah dengan isi dari pengumuman yang ingin disampaikan. Pada proposisi pengarah (JUDUL) terdiri dari dua INDUK yang merupakan judul wacana dan nomor pengumuman yang dikeluarkan. 3.1.4. Kaitan Soal dengan Wacana Pengumuman Terdapat lima soal yang didasarkan pada wacana pengumuman yang sudah dianalisis. Kelima soal tersebut dituliskan satu per satu dan dicocokan jawabannya, apakah soal tersebut berkaitan dengan wacana atau tidak. Soal 1, 2, 3, dan 5 koheren dengan wacana yang mendasari, tetapi jawaban untuk soal 3 tidak dapat ditentukan karena adanya ketidakjelasan informasi pada wacana itu sendiri. Soal 4 merupakan soal yang rancu dan tidak koheren dengan wacana. 3.2. Analisis Wacana Dialog Analisis ini dibagi menjadi analisis ejaan dan kelengkapan, kohesi, koherensi, dan kaitan soal dengan wacana. 3.2.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Dialog Terdapat penggunaan ejaan yang kurang tepat, yaitu kurangnya penggunaan kutip dua ( ) dan tanda koma (,). 3.2.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Dialog Penggunaan kohesi yang berhasil ditemukan di dalam wacana ini adalah referensi, substitusi, elipsis, dan repetisi. 3.2.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Dialog Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

6 Secara garis besar, wacana dialog ini terbagi menjadi dua proposisi utama, yaitu pengarah dan ISI. Di dalam pengarah utama terdapat pengarah dan ISI. Pengarah dalam terbagi atas tiga induk yang INDUK 1 dan INDUK 2 merupakan proposisi waktu-keadaan, menjelaskan kondisi Santi sebelum menerima telepon dari Bibi Aisah. Kaitan antarproposisi yang paling banyak terdapat adalah pertanyaan-jawaban. 3.2.4. Kaitan Soal dengan Wacana Dialog Semua soal koheren dengan wacana dialog yang mendasarinya. Soal 3 hanya perlu menulis ulang, sedangkan soal 5 perlu analisis yang lebih mendalam untuk menjawabnya dan agak rancu. 3.3. Analisis Wacana Deskriptif Analisis ini dibagi menjadi analisis ejaan dan kelengkapan, kohesi, koherensi, dan kaitan soal dengan wacana. 3.3.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Deskriptif Terdapat kesalahanan penggunaan ejaan, yaitu kesalahan penggunaan tanda koma (,), pengunaan huruf kapital, dan pemboorosan kata (disebabkan karena). Selain kesalahan ejaan, terdapat kalimat yang tidak memiliki kaitan dengan kalimat lainnya, kalimat yang merupakan kesimpulan yang tidak mendasar, serta kalimat tanpa subjek yang jelas. Kesalahan itu membuat paragraf menjadi tidak padu. 3.3.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Deskriptif Penggunaan kohesi yang berhasil ditemukan di dalam wacana ini adalah referensi, repetisi, dan konjungsi. 3.3.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Deskriptif Secara garis besar, hubungan antarproposisi dalam wacana deskriptif terdiri atas empat INDUK utama. Kalimat-kalimat dalam wacana deskriptif dikaitkan dengan hubungan Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

7 pengarah-isi, INDUK-perbandingan, alasan-hasil, INDUK-alasan, dan GENERIK-spesifik. Paragraf satu dan dua disatukan menjadi satu INDUK dalam hubungan INDUK-INDUK. 3.3.4. Kaitan Soal dengan Wacana Deskriptif Soal 1, 2, 3, dan 4 koheren dengan wacana, sedangkan soal nomor 5 sama sekali tidak berkaitan dengan wacana. 3.4. Analisis Wacana Pantun Analisis ini dibagi menjadi analisis ejaan dan kelengkapan, kohesi, koherensi, dan kaitan soal dengan wacana. 3.4.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Pantun Tidak ada yang dapat ditanggapi secara ejaan dalam wacana pantun. Pantun yang disertakan dalam materi merupakan pantun konvensional dengan pola a-b-a-b dan dua baris pertama sampiran, dua baris akhir isi. 3.4.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Pantun Hanya dua kohesi yang terdapat dalam wacana pantun, repetisi dan referensi. 3.4.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Pantun Wacana pantun yang dianalisis terdiri dari empat INDUK yang masing-masing memiliki pengarah-isi (sampiran dan isi). ISI dari INDUK 1 diikat dengan INDUK-alasan. Pengarah dari INDUK 2 diikat dengan INDUK-amplifikasi, sedangkan ISI-nya diikat dengan INDUKpengungkapan kembali. INDUK 3 terdiri dari hubungan INDUK-INDUK. ISI dari INDUK 4 terikat oleh alasan hasil. Masing-masing bait dapat berdiri sendiri dan memiliki makna yang utuh tanpa perlu saling terikat, meski ada bait yang saling terkait. 3.4.4. Kaitan Soal dengan Wacana Pantun Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

8 Soal 2 merupakan soal yang salah tulis, soal 3 dan 4 merupakan soal yang dapat dijawab berdasarkan wacana, dan soal 1 dan 5 merupakan soal di luar wacana. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, LKS yang diteliti memiliki suprastruktur yang konsisten. Setelah memaparkan suprastruktur dan menganalisis tiap wacana, penulis masih menemukan beberapa kesalahan ejaan, adanya kalimat yang tidak terkait, penggunaan kata yang tidak efektif, dan kalimat yang tidak memiliki subjek. Temuan lain adalah kohesi yang digunakan di dalam wacana, yaitu referensi, substitusi, elipsis, repitisi, dan konjungsi. Dalam kajian koherensi, penulis berhasil mengidentifikasi keterkaitan antarproposisi dalam tiap wacana. Selain kajian antarproposisi, penulis melakukan analisis keterkaitan soal dengan koherensi, yang memperlihatkan bahwa tidak semua soal terkait langsung dengan wacana. Daftar Referensi Buku Ajar Bahasa Indonesia Untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Citra Pustaka. Hoed, B.H. 1994. Wacana, Teks, dan Kalimat. Dalam Liberty P. Sihombing et al. (ed.), Bahasawan Cendekia: Seuntai Karangan untuk Anton M. Moeliono, hlm. 125 135. Jakarta: PT Intermasa. Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores, Penerbit Nusa Indah. Larson, Mildred L. 1984. Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antar Bahasa. Jakarta: Penerbit ARCAN. Renkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamin Publishing Company. Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Zaimar, Okke Kusuma Sumantri dan Harahap, Ayu Basoeki. 2009. Telaah Wacana. Jakarta: The Intercultural Institute. Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 9

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 10

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 11

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 12

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 13

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 14

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 15

Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 16