KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN) Medita Indriana Radhiah dan Untung Yuwono 1. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424. 2. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424. E-mail: email.medita@gmail.com Abstrak Tulisan ini meneliti keutuhan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam analisis kohesi dan koherensi. Tujuan tulisan ini adalah memaparkan suprastuktur, kohesi, dan koherensi pada wacana yang terdapat pada LKS, serta memaparkan keterkaitan antara soal dengan wacana dalam kajian koherensi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini adalah LKS ini memiliki suprastruktur yang konsisten; masih terdapat penggunaan ejaan yang salah; penggunaan kohesi yang ditemukan adalah repetisi, substitusi, elipsis, referensi, dan konjungsi; wacana di dalam LKS sudah koheren; dan sebagian soal tidak berkaitan dengan wacana. Abstract This study examines on the discourse wholeness of Lembar Kerja Siswa (LKS) through cohesion and coherence analysis. The purpose of this study is to describe the superstructure, cohesion, and coherence of the discourse and to explain the correlation between questions and discourse examined through coherence approach. Result of the study shows that the LKS superstructures are consistent; there are noticeable misspellings; noticeable usages of cohesion are repetition, substitution, ellipsis, reference, and conjunction; the discourses are coherent; and some of the questions are not related to the discourses content. Keyword: LKS, discourse, cohesion, coherence, question Pendahuluan Ada berbagai macam analisis mengenai wacana, tidak terkecuali analisis wacana yang terkait dengan bidang pendidikan. Salah satu media di bidang pendidikan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), sebuah buku ajar yang terdiri dari teori dan kumpulan soal. Selain soal-soal, di dalam LKS terdapat wacana, yang menjadi pembahasan utama di dalam jurnal ini. Sebelum memelakukan analisis, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian wacana, kohesi, dan koherensi. Tinjauan Teoretis 1 Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
2 Pengertian wacana secara bahasa (Hoed, 1994) adalah wacana merupakan suatu bangun teoretis yang abstrak yang berada pada tingkat langue, berbeda dengan teks yang berada pada tingkat parole. Wacana merupakan sebuah satuan yang lebih tinggi dibandingkan kalimat dan bersifat semantik. Wacana ini nantinya memiliki sebuah struktur yang dibedakan menjadi suprastruktur, makrostruktur, dan mikrostruktur (Renkema, 2004). Suprastruktur merupakan bentuk wacana, sedangkan makrostruktur dan mikrostruktur merupakan isi wacana. Wacana itu dibagi menjadi beberapa jenis. Salah satu pembagian yang populer di Indonesia dan bersifat konservatif adalah pembagian yang dijelaskan oleh Egon Werlich, seperti yang dikutip oleh Renkema dalam Introduction to Discourse Studies (2004), yaitu wacana dibagi menjadi lima jenis. Kelima jenis itu adalah deskriptif, naratif, eksplikatif, argumentatif, dan instruktif. Pembagian ini dibahas oleh Zaimar dan Harahap dalam Telaah Wacana (2009) dalam kaitannya dengan koherensi. Menurut pembahasan Zaimar dan Harahap, ada juga beberapa jenis wacana yang tidak dapat tergolong dalam kelima pembagian itu, misalnya wacana informatif yang bersifat pemberitahuan singkat serta wacana dialog yang hanya berupa pertukaran ujaran. Pembagian jenis wacana yang lebih sederhana dilakukan oleh Larson (1984). Larson membagi wacana menjadi enam jenis, yaitu tuturan, prosedur, pembeberan, pemerian, dorongan, dan percakapan. Larson membagi jenis wacana tersebut dari tujuan penulisnya. Kaitan antarmakna wacana dibangun dengan kohesi dan koherensi. Kohesi, menurut Halliday dan Hasan (1980), adalah sebuah konsep semantik yang menampilkan hubungan makna antarunsur teks dan menyebabkannya dapat disebut sebagai teks. Suatu unsur dapat dipahami apabila terkait dengan unsur lainnya. Kaitan makna itu disebut kohesi. Kohesi merupakan keterkaitan semantik antarunsur pembentuk wacana. Halliday dan Hasan (1976) membagi kohesi menjadi lima tipe: referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal. Dalam Halliday (1985), pembagian kohesi tersebut dijadikan empat karena substitusi termasuk dalam subkategori dari elipsis. Koherensi merupakan keterkaitan unsur-unsur di dalam wacana, misalnya susunan konsep atau gagasan (Larson, 1984). Hubungan antarunsur itulah yang membuat suatu wacana menjadi relevan. Koherensi terletak dalam wilayah semantik dan pragmatik dalam sebuah wacana, merupakan kontinuitas makna dalam teks. Berbeda dengan kohesi, keterkaitan makna Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
3 yang terdapat dalam koherensi tidak hanya yang bersifat di dalam bahasa, tetapi juga di luar bahasa. Konteks situasi dan konteks bahasa merupakan sebuah unsur penting dalam koherensi. Proposisi termasuk dalam kajian koherensi. Koherensi merupakan keterkaitan unsur-unsur dan makna dalam bahasa. Hal itu menandakan bahwa dalam koherensi adanya keterkaitan antar konsep dalam satuan bermakna. Larson (1984) menyebutkan bahwa proposisi adalah pengelompokan konsep ke dalam satuan bermakna. Hal itu berarti proposisi adalah satuan semantis yang terdiri dari konsep-konsep, ketika satu konsep merupakan sebuah inti dan konsep lainnya berkaitan dengan konsep inti tersebut. Proposisi ini nantinya saling terkait hingga membentuk hubungan antarproposisi dan menjadi gugus proposisi. Hubungan antarproposisi ini yang nantinya menentukan koherensi dalam suatu wacana. Secara garis besar, Larson (1984) membagi hubungan antarproposisi, atau disebut juga dengan hubungan komunikasi, menjadi empat bagian, yaitu hubungan penambahan dan hubungan pendukung; hubungan orientasi dan hubungan penjelasan; hubungan logis; serta peran stimulus-respons. Masing-masing dari hubungan komunikasi itu terbagi lagi menjadi beberapa bagian. Berdasarkan teori yang telah disebutkan, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas masalah sebagai berikut: 1. Seperti apa suprastruktur Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menjadi dasar penelitian ini? 2. Apakah wacana yang terdapat di dalam LKS itu kohesif dan koheren? 3. Bagaimana koherensi soal yang menyertai wacana di dalam LKS? Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Sulistyo- Basuki (2006), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, opini, atau kepercayaan orang yang diteliti, yang tidak dapat diukur dengan angka. Penelitian ini berusaha melakukan analisis dari segi kohesi dan koherensi, serta tidak menyertakan perhitungan sehingga masuk dalam metode kualitatif. Korpus data merupakan LKS Bahasa Indonesia yang digunakan oleh anak kelas 4 SD. Berikut adalah tahap-tahap analisis di dalam penelitian ini: Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
4 1. memaparkan suprastruktur LKS, 2. memilih wacana yang akan dianalisis, 3. melakukan analisis kohesi, 4. melakukan analisis koherensi (kaitan antarproposisi), dan 5. melakukan analisis kaitan soal dan wacana dalam kajian koherensi. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis suprastruktur LKS, di dalam LKS terdapat lima bab dengan susunan tiap bab sebagai berikut. A. Mendengarkan B. Berbicara C. Membaca D. Menulis E. Tata Bahasa Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Ulangan Harian Struktur ini berulang pada tiap bab. Wacana yang terdapat di dalam LKS ini berjumlah 25 wacana. Peneliti memilih 4 wacana yang memiliki soal agar analisis kaitan soal dengan wacana dapat dilakukan. Wacana Pengumuman 3.1.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Pengumuman Terdapat kesalahan ejaan dalam wacana pengumuman ini, yaitu kesalahan penggunaan tanda koma (,). Selain kesalahan ejaan, terdapat ketidakjelasan pembagian paragraf dan kesalahan ketik yang menyebabkan informasi yang diberikan tidak konsisten 3.1.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Pengumuman Penggunaan kohesi yang berhasil ditemukan di dalam wacana ini adalah referensi, substitusi, elipsis, dan repetisi. Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
5 3.1.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Pengumuman Proposisi yang terdapat dalam wacana ini paling banyak dari dua jenis hubungan antarproposisi, yaitu INDUK-INDUK dan pengarah-isi, serta hanya satu hubungan antarproposisi yang lain, yaitu dasar-desakan. Judul terletak terpisah dengan isi dari pengumuman yang ingin disampaikan. Pada proposisi pengarah (JUDUL) terdiri dari dua INDUK yang merupakan judul wacana dan nomor pengumuman yang dikeluarkan. 3.1.4. Kaitan Soal dengan Wacana Pengumuman Terdapat lima soal yang didasarkan pada wacana pengumuman yang sudah dianalisis. Kelima soal tersebut dituliskan satu per satu dan dicocokan jawabannya, apakah soal tersebut berkaitan dengan wacana atau tidak. Soal 1, 2, 3, dan 5 koheren dengan wacana yang mendasari, tetapi jawaban untuk soal 3 tidak dapat ditentukan karena adanya ketidakjelasan informasi pada wacana itu sendiri. Soal 4 merupakan soal yang rancu dan tidak koheren dengan wacana. 3.2. Analisis Wacana Dialog Analisis ini dibagi menjadi analisis ejaan dan kelengkapan, kohesi, koherensi, dan kaitan soal dengan wacana. 3.2.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Dialog Terdapat penggunaan ejaan yang kurang tepat, yaitu kurangnya penggunaan kutip dua ( ) dan tanda koma (,). 3.2.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Dialog Penggunaan kohesi yang berhasil ditemukan di dalam wacana ini adalah referensi, substitusi, elipsis, dan repetisi. 3.2.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Dialog Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
6 Secara garis besar, wacana dialog ini terbagi menjadi dua proposisi utama, yaitu pengarah dan ISI. Di dalam pengarah utama terdapat pengarah dan ISI. Pengarah dalam terbagi atas tiga induk yang INDUK 1 dan INDUK 2 merupakan proposisi waktu-keadaan, menjelaskan kondisi Santi sebelum menerima telepon dari Bibi Aisah. Kaitan antarproposisi yang paling banyak terdapat adalah pertanyaan-jawaban. 3.2.4. Kaitan Soal dengan Wacana Dialog Semua soal koheren dengan wacana dialog yang mendasarinya. Soal 3 hanya perlu menulis ulang, sedangkan soal 5 perlu analisis yang lebih mendalam untuk menjawabnya dan agak rancu. 3.3. Analisis Wacana Deskriptif Analisis ini dibagi menjadi analisis ejaan dan kelengkapan, kohesi, koherensi, dan kaitan soal dengan wacana. 3.3.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Deskriptif Terdapat kesalahanan penggunaan ejaan, yaitu kesalahan penggunaan tanda koma (,), pengunaan huruf kapital, dan pemboorosan kata (disebabkan karena). Selain kesalahan ejaan, terdapat kalimat yang tidak memiliki kaitan dengan kalimat lainnya, kalimat yang merupakan kesimpulan yang tidak mendasar, serta kalimat tanpa subjek yang jelas. Kesalahan itu membuat paragraf menjadi tidak padu. 3.3.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Deskriptif Penggunaan kohesi yang berhasil ditemukan di dalam wacana ini adalah referensi, repetisi, dan konjungsi. 3.3.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Deskriptif Secara garis besar, hubungan antarproposisi dalam wacana deskriptif terdiri atas empat INDUK utama. Kalimat-kalimat dalam wacana deskriptif dikaitkan dengan hubungan Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
7 pengarah-isi, INDUK-perbandingan, alasan-hasil, INDUK-alasan, dan GENERIK-spesifik. Paragraf satu dan dua disatukan menjadi satu INDUK dalam hubungan INDUK-INDUK. 3.3.4. Kaitan Soal dengan Wacana Deskriptif Soal 1, 2, 3, dan 4 koheren dengan wacana, sedangkan soal nomor 5 sama sekali tidak berkaitan dengan wacana. 3.4. Analisis Wacana Pantun Analisis ini dibagi menjadi analisis ejaan dan kelengkapan, kohesi, koherensi, dan kaitan soal dengan wacana. 3.4.1. Analisis Ejaan dan Kelengkapan Wacana Pantun Tidak ada yang dapat ditanggapi secara ejaan dalam wacana pantun. Pantun yang disertakan dalam materi merupakan pantun konvensional dengan pola a-b-a-b dan dua baris pertama sampiran, dua baris akhir isi. 3.4.2. Temuan Kohesi dalam Wacana Pantun Hanya dua kohesi yang terdapat dalam wacana pantun, repetisi dan referensi. 3.4.3. Analisis Koherensi dalam Wacana Pantun Wacana pantun yang dianalisis terdiri dari empat INDUK yang masing-masing memiliki pengarah-isi (sampiran dan isi). ISI dari INDUK 1 diikat dengan INDUK-alasan. Pengarah dari INDUK 2 diikat dengan INDUK-amplifikasi, sedangkan ISI-nya diikat dengan INDUKpengungkapan kembali. INDUK 3 terdiri dari hubungan INDUK-INDUK. ISI dari INDUK 4 terikat oleh alasan hasil. Masing-masing bait dapat berdiri sendiri dan memiliki makna yang utuh tanpa perlu saling terikat, meski ada bait yang saling terkait. 3.4.4. Kaitan Soal dengan Wacana Pantun Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
8 Soal 2 merupakan soal yang salah tulis, soal 3 dan 4 merupakan soal yang dapat dijawab berdasarkan wacana, dan soal 1 dan 5 merupakan soal di luar wacana. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, LKS yang diteliti memiliki suprastruktur yang konsisten. Setelah memaparkan suprastruktur dan menganalisis tiap wacana, penulis masih menemukan beberapa kesalahan ejaan, adanya kalimat yang tidak terkait, penggunaan kata yang tidak efektif, dan kalimat yang tidak memiliki subjek. Temuan lain adalah kohesi yang digunakan di dalam wacana, yaitu referensi, substitusi, elipsis, repitisi, dan konjungsi. Dalam kajian koherensi, penulis berhasil mengidentifikasi keterkaitan antarproposisi dalam tiap wacana. Selain kajian antarproposisi, penulis melakukan analisis keterkaitan soal dengan koherensi, yang memperlihatkan bahwa tidak semua soal terkait langsung dengan wacana. Daftar Referensi Buku Ajar Bahasa Indonesia Untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Citra Pustaka. Hoed, B.H. 1994. Wacana, Teks, dan Kalimat. Dalam Liberty P. Sihombing et al. (ed.), Bahasawan Cendekia: Seuntai Karangan untuk Anton M. Moeliono, hlm. 125 135. Jakarta: PT Intermasa. Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores, Penerbit Nusa Indah. Larson, Mildred L. 1984. Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antar Bahasa. Jakarta: Penerbit ARCAN. Renkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamin Publishing Company. Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Zaimar, Okke Kusuma Sumantri dan Harahap, Ayu Basoeki. 2009. Telaah Wacana. Jakarta: The Intercultural Institute. Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 9
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 10
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 11
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 12
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 13
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 14
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 15
Keutuhan wacana lembar..., Medita Indriana Radhiah, FIB UI, 2014 16