BABI PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No. 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Karel merupakan salah salu komodilas perkebunan lerpenling. dalam perekonomian Indonesia dan merupakan komodilas sosial

I. PENDAHULUAN Dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa perekonomian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN...

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 10. KOPERASILatihan Soal , 2, dan 3. 1, 2, dan 4. 2, 3, dan 4. 2, 3, dan 5. 3, 4, dan 5.

I. PEDAHULUAN. di Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

Perkembangan ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang penting. dibedakan menjadi tiga sektor yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun lenyelenggaraan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR: 18 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT PERKEBUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. dan seimbang, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara yang sebagian besar penduduknya

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan ekonomi nasionalnya. Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadikan koperasi sebagai soko guru

Sebagai bagian dari pembangunan nasionai, pembangunan subsektor. perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia dibagi menjadi 3 kelompok bagian

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, maka akan diikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional karena melalui pembangunan dapat dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membangkitkan kembali elemen-elemen

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Nasional di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi

MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I. KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI MAHASISWA UMS DI SURAKARTA

c. Perda ini mengatur tentang perubahan pada Ketentuan Umum dan Susunan Organisasi.

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

KEPMEN NO. 96 TH 1998

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Pancasila. Secara ideologis nonmatif sumber dari dasar penjabaran

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

BABI PENDAHULUAN Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) RI tahun 1993, mengatakan

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan wujud perekonomian Indonesia yang disusun sebagai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA. Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT UNTUK MENGEVALUASIKINERJA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA KPRI GURU SUKODONO SRAGEN)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transmigrasi merupakan alternatif penting dalam rangka memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara (BUMN), Swasta dan Koperasi (Hendrojogi, 2007). diatur oleh UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi Perekonomian disusun

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan rakyat, cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan Daerah Riau mengacu l<epada Lima Pilar. ekonomi kerakyatan akan difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika

BABI PENDAHULUAN Dalam pembangunan Pembangunan Jangka Panjang (PJP) Tahap II sektor

DINAMIKA AGRIBISNIS KELAPA DAN PERMASALAHANNYA DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. kawasan pertanian lahan kering (Wiradisastra, Sastrosoemarjo dan Sarief et al, 1991).

I. PENDAHULUAN. Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI. IV.1. Sejarah Singkat KUD Muara Mahat Sejahtera. bedomisili dan berkantor di Desa Muara Mahat Baru Kecamatan Tapung

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Perintah oleh seorang batin dengan Datuk Batin Putih yang berinduk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdiri KUD Marga Bhakti

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

SKRIPSI WINARSIH B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi telah hadir ditengah-tengah masyarakat dengan mengemban

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 31 TAHUN 2004 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang ada di Indonesia selain

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. itu tidak mudah. Seperti yang terjadi di Koperasi Unit Desa SP II Bhakti Jaya.

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

pernbangunan dan pengembangan wilayah, penataan penyebaran penduduk yang merata dan seirnbang. Juga pemberian kesempatan

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Undang-undang No. 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian yang dalam kata pengantamya terdapat kutipan pasal 33 Undang-Undang Dasar 45 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan UDtuk mewujudkan kemakmuran masyarakat. Bangun yang cocok dengan alam demokrasi Indonesia adalah Koperasi. Dalam praktek pembangunan ekonomi masyarakat Indonesia dikenal lembaga-lembaga ekonomi lainnya selain Koperasi yaitu Badan Usaha Milik Swasta dan Badan Usaha Milik Negara. Ketiga lembag~ tersebut telah beroperasi di [ndonesia dengan berbagai macam kegiatan, antara lain kegiatan bidang perkebunan. perikanan, industri manufaktur dan lain sebagainya. Mereka melaksanakan kegiatan t1sahanya dengan dukungan peraturan dan perundangan serta berbagai kebijakan pemerintah. Selain itu masing-masing lembaga ekonomi tersebut beroperasi dengan dukungan teknologi, permodalan, menegemen dan sumber daya mantlsia dengan derajad kwalitas dan kwantitas yang berhasil dimiliki.

2 Hasil dari beroperasinya kegiatan masing-masing lembaga ekonomi tersebut menunjukkan bahwa yang mempunyai tingkat keberhasilan yang baik adalah Badan Usaha Milik Swasta, disusul kemudian Badan Usaha Milik Negara dan terakhir adalah Koperasi. Secara skematis tingkat keberhasilan peranan masing-masing lembaga ekonomi dalam membangun perekonornian masyarakat Indonesia dapat ditunjukkan dalam Gambar 1. KOPEJlASI IKEBlJAKAN I \ PEIl.ATUAAN PEMERINTAH / KOPERASI n.n uu. no " ou '10110.'.un...T 1 0IIUl. OPERASIONAL HASIL BUMS Gambar 1. Kerangka Peran Lembaga Ekonomi Padahal, apabi1a mengingat Pasal 33 UUD 1945, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, lembaga ekonorni koperasi diharapkan dapat menjadi soko guru ekonomi masyarakat Indonesia.

3 Dengan koperasi, perekonomian masyarakat Indonesia baik yang bermukim di perkotaan maupun di pedesaan diharapkan dapat terselenggara dengan baik. Di samping pembinaan koperasi yang bekerja di daerah perkotaan, maka mengingat S1 persen tenaga kerja Indonesia masih bekerja di sektor pertanian (BPS, 1994), pembinaan koperasi yang bekerja di daerah pedesaan mendapat perhatian utama. Demikian pula keberadaan program transmigrasi, yang hampir seluruhnya berbasis pada kegiatan pertanian, menggunakan koperasi sebagai salah satu kelembagaan kegiatan ekonomi para transmigran. Dalam hal ini organisasi koperasi yang digunakan di unit-unit permukiman transmigrasi CUPT) adalah Koperasi Unit Desa (KUD). Menurut evaluasi terakhir yang dilakukan oleh Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan, jumlah KUD-UPT di seluruh Indonesia adalah SS8 KUD dengan jumlah anggota meliputi 133.927 orang. Setiap KUD-UPT dapat menghasilkan SHU (sisa hasil usaha) rata-rata sebesar Rp 623.746,-. Nilai ini merupakan penjumlahan nilai SHU pada semua KUD-UPT di seluruh Indonesia dibagi dengan jumlah KUD-UPT yang mempunyai beragam umur KUD dan besaran nilai SHU dengan perbedaan nilai yang tajam antara Rp 70.000,- sampai dengan Rp 12.000.000,- (pusdatin.deptrans dan PPH, 1996). Dari sejumlah SS8 KUD-UPT, terdapat SI KUD yang beroperasi di UPT-UPT pola PIR-Trans dengan komoditi utama kelapa sawit dengan masa

4 pembinaan selama 5 tahun (T+5). Adapunjumlah anggotanya meliputi 18.620 orang dan SHU yang dicapai dalam melakukan usaha selama 1 (satu) tahun rata-rata Rp 847.136,- dengan penjualan rata-rata perbulan sebesar Rp 2.221.972,-. Dari angka-angka tersebut di atas, memang belum dapat memberikan arti apapun temtama mengenai kondisi KUD di lokasi-iokasi transmigrasi. Untuk mengetahui tentang kondisi KUD di UPT, Departemen Transmigrasi dan PPH pada Tahun Anggaran 1995/1996 telah mengadakan evaluasi guna menentukan klasifikasi KUD menutllt keragaan KUD yang meliputi ketatalaksanaan, usaha dan permodalan. sehingga akan dapat diperoleh gambaran pelaksanaan dan kemampuan pengelola KUD (pengutlls). Mengenai materi evaluasi klasifikasi meliputi tiga aspek, yaitu : l) Aspek kelembagaan 2) Aspek usaha 3) Aspek khusus (kekompakan pengurus, manager dan kegiatan usaha, tunggakan dan kasus-kasus). Hasil evaluasi dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu : a) kelas C = kelas kurang matap, dengan nilai skor 40-59 b) kelas B = kelas mantap, dengan njlai skor 60-89 c) kelas A = kelas sangat mantap, dengan nilai skor ~ 90. Pola pemukiman transmigrasi yang telah memiliki Koperasi Unit Desa (KUD) meliputi pola Transmjgarsi Umum (TV), pola Perusahaan Inti Rakyat

5 Transmigrasi (PIR-Trans), dan pola Hutan Tanaman Industri Transrnigrasi (HTI-Trans). Evaluasi kondisi KUD akan melipllti KUD di UPT-UPT ketiga pola tersebut dengan mengambil sejumlah sampel yang mewakili. Evaillasi melipllti 20 propinsi pada 52 sampel KUD-UPT Pola TU, 27 KUD-UPT Pola Pir-Trans Sawit dan 8 KUD-UPT Pola HTI-Trans dengan hasil sebagimana disajikan daalam Rekapitlllasi Sektor penilaian untuk klasifikasi KUD Pada Polaa Transmigrasi Umum, paada lampiran 1,2,3,4 dan 5 Hasil evaillasi lerseblll dapaal disimpllikan pada tabel I berikut: Tabel I : Hasil Evaillasi Koperasi Unit Desa Di Permllkiman Transmigrasi. POLA PENGEMBANGAN JUMLAH SAMPEL (KUD-UP'l) HASIL EVALUASI MANTAP KURANG MANTAP JML KUD PROSEN JML KUD PROSEN TU 52 9 17 43 83 PIR-TRANS 27 8 30 19 70 HTI-TRANS 8 I 13 7 87 Sumber: Binllsek, Dep. Transmigrasi dan PPH, 1996 Data tersebllt menunjukkan bahwa sebagian besar KUD-UPT yang ada mempllnyai kondisi kurang mantap yang masih memerlukan pembinaan lebih lanjut. Kondisi ini agaknya sesuai dengan gambaran pesimislis dati beberapa pengamat

6 koperasi yang menyebulkan bahwa kondisi koperasi pada umumnya di Indonesia kurang sehal bila dibandingkan dengan kehidupan BUMN dan alau Badan Usaha Swasla lainnya. I Alas dasar kondisi KoperasiIKUD seperti digambarkan di alas ilulah, maka penelilian ini disusun. Namun demikian apabila menelili lebih rinci pada angka-angka prosenlase kondisi KUD-UPT lersebul dan mengacu pada rekomendasi hasil penelilian Depalemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hulan, maka KUD-UPT Pola PIR-Trans Sawil memiliki angka prosenlase kelas manlap pada group samplenya paling besar yaitu 30 persen dan direkomendasikan mempunyai harapan berkembang lebih baik dibandingkan KUD-UPT Pola lainnya. Secara kebetulan KUD-UPT yang direkomendasikan sebagai KUD yang mempunyai harapan berkembang lersebul, beroperasi pada masyarakal pelani lransmigran yang memiliki lingkal pendapalan keluarga lebih linggi dibanding lransmigran UPT pola lainnya. Masih harus dilelili lebih lanjul mengenai ada, lidaknya hubungan anlara kinerja KUD-UPT Pola PIR-Trans Sawil dengan Tingkal Pendapalan Keluarga Transmigran di UPT bersangkulan. Unluk lebih melengkapi informasi bagi penulisan 101, berikul adalah gambaran Tingkal Pendapalan Keluarga Transmigran berbagai pola yang sedang dikembangkan oleh Departemen Transmigrasi dan PPH bersumber dari Pusdalin Sidabular. 1995 Dialog Nasional Mengkaji RUU Perkoperasian Republika Sabtu 8-8-1995

7 Depanemen Transmigrasi dan PPH. (Tabel.5) dan pada Pola PIR-Trans Sawit terlihat paling tinggi tingkatnya Tabel 2. Pendapatan Rata-rata Berdasarkan Kelompok Tipologi (Rp/KKfTh) Kelompok Tipologi Pendapatan Rata-rata TV - Tanaman Pangan 2.629.729,- PIR - Sawit 2.859.810,- PIR - Kelapa Hibrida 2.717.456,- HTI - Trans 2.712.483,- Sumber : Pusdatin, Dep. Trans. dan PPH 1996 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka permasalahan yang ada dapat dirumpskan sebagai berikut: 1) Apakah ada dan bagaimana hubungan antara kinerja KUD-UPT dengan Tingkat Pendapatan Keluarga Transmigrasi. 2) Bagaimana meningkatkan kinerja KUD-UPT pada umumnya. Selanjutnya untuk lebih menjelaskan pembahasan permasalahan pertama akan diketengahkan UPT Merlung III, Kabupaten Tanjung Jabung, Propinsi Jambi, sebagai lokasi daerah penelitian. UPT Merlung III merupakan UPT Pola PIR-Trans Sawit dengan jumlah transmigran 419 KK dan perusahaan inti yang mengelola

8 kebun adalah PT. Inti Indo Sawit Subur. Propinsi Jambi ini memiliki Tingkat Pendapatan Keluarga Transmigran tertinggi dibanding dengan Propinsi lainnya di Indonesia yakni Rp 3. 160.037,-lKKffh (Pusdatin 1996, Analisis perkembangan UPT dan kesejahteraan transmigran). Hasil pembahasan pada daerah penelitian dan KUD Karya Jaya, diharapkan dapat menjelaskan tentang ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendapatan keluarga transmigran dengan kinerja KUD di UPT yang bersangkutan, serta mengenai kinerja KUD Karya Jaya itu sendiri. 1.3. Tujuan dan Kegunaan PeneIitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis Kondisi Keuangan KUD Karya Jaya di UPT Merlung III, Propinsi Jambi sebagai studi kasus. 2) Menganalisis kinerja keuangan KUD Karya Jaya. 3) Menganalisis pengaruh SHU, Modal dan Jumlah Anggota terhadap Tingkat Pendapatan Keluarga Transmigran di UPT Merlung III.