BAB I PENDHULUAN. memegang teguh adat-istiadat setempat, sifat sosialnya masih tinggi dan

dokumen-dokumen yang mirip
penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

5 KEWAJIBAN PEMERINTAH DESA PASCA IMPLEMENTASI UU NO.6 TAHUN Suswanta

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN SOSIALISASI PENGELOLAAN DANA DESA KEPADA APARAT PEMBINA DAN PENGAWAS DESA

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

IMPLEMENTASI UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

Pengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat, sehingga pada tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2006 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DAN ALOKASI DANA DESA

REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan berdasarkan

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NASKAH RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA ( RKP DESA ) TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN WALIKOTA BATU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan desa, mengingat hampir dari sebagian besar masyarakat Indonesia ada di daerah

Hari Prasetyo Controll and Analysis Program Implementation Specialist Tim Advisory PNPM Mandiri Perkotaan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Taufik Madjid, S.Sos, MSi. Direktur Pemberdayaan Masyarkat Desa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka melaksanakan pembangunan desa, pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

Peran BPK Dalam Mewujudkan Akuntabilitas Dana Desa z. Pekanbaru, 16 Nopember 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Otonomi Daerah yang saat ini sangat santer dibicarakan dimana-mana

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

2016, No b. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

PENGELOLAAN DANA DESA SETELAH DITETAPKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA.

Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LUMBUNG KAUH dan PERBEKEL LUMBUNG KAUH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

Peran Kepala Desa dan BPD dalam Penyusunan APBDesa

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

Oleh Ir. Timbul Pudjianto, MPM Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Transkripsi:

BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa merupakan wilayah penduduk yang mayoritas masyarakatnya masih memegang teguh adat-istiadat setempat, sifat sosialnya masih tinggi dan hubungan antar masyarakat cukup erat. Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah terus berupaya untuk memprioritaskan pembangunan desa agar tidak tertinggal dan mendorong masyarakatnya menjadi lebih aktif. Penyaluran dana menjadi hal terpenting untuk pembangunan desa yang lebih maju. Dengan berlakunya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa adanya kucuran dana milyaran rupiah langsung ke desa yang bersumber dari alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari dana desa pada dasarnya adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan lebih memeratakan pendapatan. Pembangunan desa dan daerah jelas menjadi prioritas utama pemerintahan baru. pembangunan yang awalnya hanya berkutat di ibu kota, akan dicoba untuk lebih diratakan ke seluruh Indonesia. Hal tersebut tak lepas dari fenomena ketimpangan pendapatan antar daerah yang stagnan 0,41% dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Jika ditelusuri lebih lanjut, persoalan serius yang muncul adalah tingkat kesenjangan yang terjadi di dalam satu wilayah itu sendiri. Persoalan anggaran sering dianggap sebagai masalah utama, meskipun banyak pihak justru tidak mempermasalahkan. Namun demikian, pemerintah tetap konsentrasi dengan persoalan ini, dibuktikan dengan mulai dialokasikannya anggaran Dana Desa untuk tahun 2015. Pengalokasian Dana Desa tersebut merupakan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber Dari APBN. Berdasarkan hasil perhitungan pemerintah, Jumlah alokasi dana desa pada tahun 2015 ke Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,46 Triliun Rupiah. Dari 33 Provinsi yang menerima dana desa, Sumatera Utara merupakan Provinsi yang menerima dana desa terbesar kelima setelah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 2,23 T, Provinsi Jawa Timur Rp 2,21 Triliun dan Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 1,59 Triliun. Dalam pengalokasian dana desa memiliki perbedaan dalam

pengalokasian. Dana desa di hitung berdasarkan jumlah desa dengan memperhatikan jumlah penduduk, Luas wilayah, angka kemiskinan dan tingkat kesulitas geografis. Maka dengan adanya dana desa sebesar Rp 1,46 Triliun, setiap desa yang ada di provinsi Sumatera Utara rata-rata akan mendapatkan dan sebesar Rp 270,9 Juta. Dan sementara untuk dana desa keseluruhan, pemerintah dalam hal ini menteri keuangan telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 20,77 Triliun untuk di bagikan kepada 74093 desa atau rata-rata setiap desa menerima Rp 280,3 Juta. Dana Desa dikelola secara tertib, taat kepada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat. Dalam regulasi juga disebutkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Desa menganut asas desentralisasi dan tugas pembantuan. Asas desentralisasi menimbulkan pendanaan internal Desa (APBD Desa), sementara asas tugas pembantuan memberikan peluang bagi Desa memperoleh sumber pendanaan dari pemerintahan yang ada diatasnya (APBN, APBD Provinsi, APBD Kab/Kota). Sesuai regulasi yang dimaksud dengan keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan desa. Sementara dalam pasal 72 ayat (1) disebutkan bahwa pendapatan desa bersumber dari: pendapatan asli Desa,

alokasi APBN, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota, bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD kabupaten/kota, hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan lain-lain pendapatan Desa yang sah. Di dalam penjelasan pasal 72 ayat (2), besaran alokasi anggaran yg peruntukannya langsung ke desa, ditentukan 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah secara bertahap. Dalam penyusunannya, anggaran yg bersumber dari APBN untuk desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk (JP), angka kemiskinan, luas wilayah (LW), dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. DalamPerencanaan program desa ini melibatkan partisipasi masyarakat, dengan mengoptimalkan musyawarah desa.perencanaan program mencakup bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.program berangkat dari aspirasi, kebutuhan, potensi dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.perlu penentuan prioritas kebutuhan dalam perencanaan program. Penentuan prioritas ini harus bersama-sama. Kemudian Program operasional bisa mencakup pemerintahan, pelayanan, pembangunan dan kemasyarakatan.menyusun sasaran atau hasil-hasil yang akan dicapai dari masing-masing program operasional desa.merancang agenda kegiatan untuk mencapai hasil-hasil dan rencana program tersebut. Dan dapat Merancang jadwal kegiatan program dalam satu tahun.

Dalam memenuhi kebutuhan pembangunan desa yang di sepakati dalam musyawarah desa dan sesuai prioritas pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Kebutuhan pembangunan tersebut tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa. Dengan demikian belanja desa juga dapat membiayai kegiatan lain sepanjang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan kesejahteraan masyarakat desa. Kementerian keuangan menyatakan bahwa secara rata-rata satu desa pada tahun 2015 memperoleh dana sebesar Rp 750 Juta. Angka ini merupakan dalam jumlah yang besar sehingga berpotensi untuk di selewengkan. Besarnya dana di tahun 2015 ini banyak menimbulkan rasa kekhawatiran di banyak pihak. Yang di harapkan bahwa dana desa ini dapat menjadi penstabil untuk penyelesaian masalah ekonomi, infrastruktur, kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, justru di khawatirkan akan menggoda pihak aparatur desa pada tindak pidana korupsi. Dari sisi ini bukan karna lemahnya SDM namun ketidaksiapan mental aparat desa untuk menghadapi mentalitas koruptif aparat desa yang harus terus di sosialisasikan dan di berikan pelatihan-pelatihan. Agar dana desa dapat di manfaatkan secara sempurna dan tidak di selewengkan maka menteri desa mengeluarkan Permendes No. 21 Tahun 2016, Tentang penempatan prioritas pembangunan dana desa. Dalam Permendes ini di atur bahwa dana desa di prioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program kegiatan yang berskala lokal pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Prioritas pembangunan ini di dasarkan pada prinsip-prinsip keadilan

dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa membedakan kebutuhan prioritas dengan mendahulukan kepentingan desa yang lebih medesak, lebih di butuhkan untuk hubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar masyarakat desa dan tipologi desa dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi dan ekologi desa khas, serta perubahan atau kemajuan desa. Dalam implementasi dana desa ini dapat di tinjau dari efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan dan responsibilitas. Dimana dalam aspek efektivitas di tinjau dari segi keseuaian target yang akan di laksanakan. efisiensi di lihat dari bagaimana pemerintah desa mampu menggunakan anggaran dana desa sesuai target yang akan di laksanakan untuk pembangunan desa. Untuk aspek kecukupan para pemerintah desa juga harus bisa menyesuaikan kebutuhan desa dan masyarakat desa dengan kebutuhan yang dapat mendukung perubahan baik dari infrastruktur maupun ekonomi di pedesaan. Setelah kecukupan maka di lihat dari aspek pemerataan. Bagaimana distribusi dana desa di setiap desa dan terakhir adalah responsivitas dimana ini lebih kepada pemerintahan desa dapat melihat potensi besar dari setiap desa yang dapat meningkatkan ekonomi dan pendapatan masyrakat desa dengan adanya dana desa. Dana desa yang digunakan untuk pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas hidup serta penanggulangan kemiskinan dan yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa bertujuan untuk meningkatkan kapasitas warga

dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan wilayah ekonomi individu warga kelompok masyarakat. Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah dari 27 Kabupaten penerima dana desa di ProvinsiSumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada peringkat kelima penerima dana desa terbanyak dengan mengantongi anggaran sebesar 45 miliar. Dengan adanya dana desa harusnya memberikan dampak yang positf dalam pembangunan ekonomi, terutama pada kabupaten Langkat. Efektivitas pembangunan dapat berhasil apabila tata kelola pembangunan didasari pada empat indikator yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan transparansi. Berdasarkan kondisi ini dan telah berlangsungnya Dana Desa Tahun 2015 maka menarik untuk diteliti dan di kaji Efektivitas Dana Desa Bagi Pembangunan Ekonomi Dan Infrastrktur Pedesaan khusus nya di kabupaten langkat. Dan untuk dapat juga mengkaji bagaimana kondisi pelaksanaan dana desa di desa yang lokasi nya jauh dari perkotaan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka permasalahan yang timbul akan di rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana manfaat Dana Desa bagi pembangunan ekonomi masyarakat ditinjau dari peningkatan pendapatan dan pengurangan kemiskinan pedesaan di Kabupaten Langkat?

2. Apakah dana desa sudah efektif dalam membangun perekonomian pedesaan dalam konteks tata kelola dana desa yaitu perencanaan, pelaksanaa, pengawasan, dan transparansi? 3. Bagaimana presepsi pandangan masyarakat tentang manfaat dana desa bagi perkembangaan infrstruktur dan ekonomi di pedesaan? 1.3 Batasan Masalah Agara penelitian ini tidak melebar maka peneliti membatasi penelitian ini, dan peneliti membuat batasan masalah sebagai berikut : 1. Yang menjadi sampel penelitian adalah desa yang ada di dua kecamatan di kabupaten langkat, yaitu Kecamatan Babalan Dan Kecamatan Sei Lepan. 1.4 Tujuan Penelitian Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis dampak kebijakan dana desa bagi pembangunan ekonomi dan infrastruktur pedesaan di KabupatenLangkat. 2. Untuk mengkaji efektivitas dana desa dalam pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan dalam tata kelola dana desa yaitu perencanaan, pelaksanaa, pengawasan, dan transparansi. 3. Untuk menganalisa presepsi masyarakat tentang manfaat dana desa bagi perkembangaan infrstruktur dan ekonomi di pedesaan.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendapatkan informasi tentang dampak dana desa bagi pembangunan ekonomi pedesaan di kabupaten Langkat. 2. Dapat mengevaluasi tingkat keberhasilan dana desa bagi pembangunan desa khusus nya daerah terluar. 3. Memperbaiki tata kelola pemanfaatan dana desa untuk pembangunan desa yang berkelanjutan