BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

HUBUNGAN MEKANISME KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu Meningkatkan derajat kesehatan. tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka kejadian penderita stroke di Indonesia pada tahun 2013 adalah 2.137.941 orang (RISKESDAS, 2013). Sedangkan prevalensi stroke tertinggi berdasarkan nakes dan gejalanya adalah 17,9% di Sulawesi Selatan, 16,9% di DI Yogyakarta, 16,6% di Sulawesi Tengah, dan disusul Jawa Timur sebesar 16% perseribu penduduk diwalayah tersebut (RISKESDAS, 2013). Penderita penyakit stroke saat ini banyak ditemukan pada kelompok umur 65-74 tahun, namun berdasarkan diagnosa dan tanda gejala penyakit stroke juga ditemukan pada penduduk dengan kelompok umur 15-24 tahun (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2013), penyakit stroke selama 10 tahun terakhir selalu masuk dalam 10 penyebab kematian tertinggi. Pada tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian dengan urutan ke tiga penyebab kematian dirumah sakit (Dinas Kesehatan DIY, 2013). Angka kematian pada pasien stroke menduduki peringkat ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Data dari unit stroke RSUP Sarjito, menyebutkan jenis stroke akibat iskemik 70%, dan akibat perdarahan 30% (Setyopranoto, 2011). 1

2 Dampak penyakit stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan berbicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2015). Pada penderita stroke, anggota tubuh mereka dapat mengalami kecacatan permanen yang disebabkan oleh penurunan pada tonus otot dan sensibilitas. Akibat penurunan tonus otot tersebut akan mempengaruhi kemampuan tubuh dalam melakukan pergerakan (mobilisasi). Dari masalah tersebut dapat menyebabkan pasien stroke tidak mampu dalam melakukan aktivitas sehari-harinya (Murtaqib, 2013). Sehingga menyebabkan angka ketergantungan pasien stroke pada orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit stroke salah satu penyakit yang memiliki dampak pada pasien baik jangka pendek dan juga jangka panjang sehingga menyebabkan dampak ganda baik bagi penderita maupun pengasuh (Ayuningputri & Maulana, 2014). Dampak jangka pendek dan panjang salah satunya akan memerlukan perawatan dari tenaga kesehatan yang salah satunya adalah perawat dan akan bekerja sama dengan keluarga. Peran perawat dalam perawatan pasien yaitu sebagai pememberi pelayanan pemenuhan kebutuhan biologi, psikologi, sosial, dan spiritual, serta dapat meningkatkan peran keluarga untuk mendukung pasien sesuai dengan kemampuaannya (Hariyati, dkk., 2004). Beberapa penelitian yang ada menyatakan jika pasien mengalami ketergantungan dengan orang lain. Angka ketergantungan pasien stroke pada orang lain memiliki derajat yang berbeda-beda, hal ini bisa dilihat dari hasil

3 penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) terhadap 15 responden dimana angka ketergantungan sedang sebesar 33,3% (n=5), ketergantungan ringan 53% (n=8). Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, dkk., (2016) terhadap 33 pasien stroke hemoragik akut menyebutkan derajat ketergantungan penuh berjumlah 69,69% (n=23), dan ketergantungan berat sebanyak 30,30% (n=10). Dan hasil penelitian dari Ratnasari, dkk. (2001) menunjukan derajat ketergantungan pasien stroke dengan ketergantungan total 20% (n=4) dan sangat tergantung 45% (n=9). Derajat ketergantungan yang tinggi pada pasien stroke tersebut akan membutuhkan keluarga untuk merawat. Sehingga keluarga dibutuhkan untuk dapat peran sebagai pengasuh primer atau utama untuk anggota keluarga. Penyakit akut maupun kronik akan mempengaruhi keluarga secara ekonomi, sosial, fungsional, dan mengganggu pengambilan keputusan keluarga. Pada penyakit kronis akan menimbulkan tantangan berbeda pada keluarga. Keluarga harus memodifikasi pola dan interaksi antar-anggota, aktivitas sosial, jadwal kerja dan rumah tangga, sumber daya ekonomi, dan fungsi serta kebutuhan lainnya. Dan keluarga juga belajar untuk mengatur berbagai aspek penyakit atau kecacatan dari keluarganya yang sakit (Potter & Perry, 2009). Saat terjadi penyakit yang dapat mengubah kehidupan, keluarga harus beradaptasi untuk anggota keluarganya dan keluarga akan mengalami perubahan baik dalam kesehatan fisik, emosionalnya, dan penurunan kualitas hidup (Bluvol & Ford-Gilboe, 2004). Dampak ketergantungan dan perawatan stroke dengan waktu yang lama sehingga dapat mengubah gaya hidup, pola interaksi, dan

4 kebiasaan keluarga yang mendapatkan kejenuhan dan stres tersendiri bagi keluarga yang merawat pasien stroke (Yuniarsih, 2010). Hal ini dijelaskan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwanti (2012), dalam penelitiannya menunjukan sebanyak 5 responden keluarga pasien stroke (9,8%) mengalami stres dalam kategori rendah, 46 responden (90,2%) mengalami stres dalam kategori sedang. Penelitian dari Nawati (2016), menunjukkan sebanyak 40 responden keluarga yang merawat pasien stroke dengan hasil 6 responden (15,0%) mengalami stres berat, 17 responden (42,5%) stres sedang, dan 17 responden (42,5%) stres ringan. Dampak stres dari keluarga menimbulkan persoalan kecil menjadi besar, kemarahan yang akhirnya menyebabkan perpisahan antara anggota keluarga, saudara laki-laki dan perempuan bertengkar masalah tanggung jawab, merasa depresi dan ingin bunuh diri (Bintari, 2015). Untuk menghadapi stres tersebut keluarga akan beradaptasi dengan stresor dan stres tersebut akan menimbulkan respon fisik, psikologis, dan spiritual (A la, dkk., 2015; Daulay, dkk., 2014). Respon adaptif dari stresor tersebut disebut dengan mekanisme koping (Videbeck, 2008). Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu untuk menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku (Yuanita, dkk., 2015). Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu mekanisme adaptif dan maladaptif (Stuart & Sundeen, 2012). Koping keluarga maladaptif yang artinya keluarga tidak mampu mengatasi masalah yang

5 ditimbulkan (Agustina & Dewi, 2013). Hal ini dijelaskan dalam penelitian Yuanita, dkk., (2015) dalam penelitian mereka, dengan hasil penelitian yang terdiri dari 26 responden keluarga pasien stroke memiliki mekanisme koping yang baik 77 % (n=20) hanya memiliki tingkat kecemasa ringan sebanyak 69,20% (n=18) dan tidak ada mengalami tingkat kecemasan berat. Sedangkan dengan mekanisme koping yang cukup 23% (n=6) memiliki tingkat kecemasan ringan 3,80% (n=1) dan berat 3,80% (n=1). Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan semakin kurang mekanisme koping keluarga, semakin berat tingkat kecemasan pada keluarga pasien stroke. Berdasarkan hasil penelitian Wibowo (2016), yang terdiri dari 44 responden keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan cidera kepala di ruang ICU dengan hasil mekanisme koping adaptif terdiri dari 43,2% (n=19) dan koping keluarga yang maladaptif 56,8% (n=25). Dampak apabila koping keluarga maladaptif dapat berupa penggunaan alkohol, obat-obatan, atau zat yang dapat menimbulkan ketergantungan yang dapat menurunkan stres tetapi berpengaruh terhadap kesehatan (Smalzer & Bare, 2001). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 November 2016 pada 3 keluarga dengan pasien stroke di Kecamatan Tamantirto, dari 2 keluarga mengatakan bahwa mengalami stres dan beban karena merawat pasien sendirian, mengalami keluhan fisik seperti kelelahan, sakit pinggang, sakit pergelangan tangan, dan tidur sering terganggu karena harus memenuhi kebutuhan pasien yang memiliki angka ketergantungan secara penuh dan sebagian. Pada awal saat diagnosa penyakit yang dinyatakan pada ketiga

6 keluarga yang dirasakan keluarga adalah kaget/syok, bingung, tidak percaya, sedih, dan takut. Setelah berjalannya waktu selama merawat anggota keluarga menyakini penyakit sebagai ujian dan dari segi spiritual dan koping keluarga sudah menerima, hal ini dikatakan oleh keluarga bahwa yang terjadi kepada suami mereka adalah sudah garis dari atas (Allah SWT). Tetapi aktivitas sosial sudah tidak seperti dulu, tidak pernah datang kepengajian, arisan, atau perkumpulan kegiatan dilingkungan sekitar tempat tinggal. Sedangkan 1 keluarga dengan pasien stroke tidak mengatakan sebagai beban, tidak stres, tetapi sering terganggu tidurnya dan kelelahan. Dari data tersebut tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran tingkat stres dan strategi koping keluarga pasien stroke. B. Rumusan Masalah Berdasarkan yang telah disampaikan dalam latar belakang, peneliti ingin mengetahui tentang gambaran tingkat stres dan mekanisme koping keluarga pasien stroke di RS. PKU Muhammadiyah Gamping. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres dan mekanisme koping keluarga yang merawat pasien stroke di RS. PKU Muhammadiyah Gamping. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasikan tingkat stres yang dirasakan keluarga yang merawat pasien stroke di RS. PKU Muhammadiyah Gamping;

7 b. Mengindentifikasikan koping yang digunakan keluarga yang merawat pasien stroke di RS. PKU Muhammadiyah Gamping. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Teoritis Setelah dilakukannya penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya pada keluarga dengan pasien stroke. 2. Bagi Praktisi a. Bagi RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Penelitiaan ini diharapkan mampu sebagai bahan pertimbangan RS untuk membentuk kelompok diskusi keluarga pasien stroke sehingga tingkat stres yang dialami tidak meningkat. b. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi sehingga dapat mengetahui gambaran tingkat stres dan strategi koping pada keluarga pada pasien stroke sehingga ilmu keperawatan berkembang khususnya bidang keperawatan paliatif. c. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya terkait dengan faktor yang mempengaruhi tingkat stres dan mekanisme koping pada keluarga pasien stroke.

8 E. Penelitian Terkait Penelitian terkait dengan gambaran tingkat stres dan strategi koping pada keluarga dengan pasien stroke diantaranya sebagai berikut : 1. Purwanti, 2012 Gambaran stres keluarga yang merawat pasien stroke pasca perawatan di RSD PKU Muhammadiyah Bantul. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu keluarga yang merawat pasien stroke yang pernah dirawat di RSD PKU Muhammadiyah Bantul. Menggunakan teknik sampel simple random sampling yang berjumlah 51 responden. Perbedaan dengan penulis adalah dilihat dari tujuan dari penelitian, sampel yang digunakan, dan tempat penelitian. Dengan hasil penelitian dari 52 responden, sebanyak 5 responden (9,8%) mengalami stres dalam kategori rendah, 46 responden (90,2%) mengalami stres dalam kategori sedang. 2. Yuanita, Sutriningsih, dan Catur (2015), hubungan mekanisme koping keluarga menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien stroke. Menggunakan metode penelitian dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Dengan hasil penelitian yang terdiri dari 26 responden memiliki mekanisme koping yang baik 77% (n=20) dengan tingkat kecemasan ringan 69,20% (n=18), tingkat kecemasan sedang 7,70% (n=2), dan tingak kecemasan berat 0% (n=0). Mekanisme koping cukup 23% (n=6) dengan tingkat kecemasannya ringan 3,80% (n=1), tingkat kecemasam sedang 15,40% (n=4), dan tingkat kecemasan berat 3,80% (n=1). Dari hasil penelitian dapat

9 diartikan semakin kurang mekanisme koping keluarga, semakin berat tingkat kecemasan pada keluarga pasien stroke.