BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Penerapan Kode Etik Jurnalistik di Kalangan Wartawan Infotainment (Studi Kasus Insert Trans TV), maka penulis memperoleh kesimpulan bahwa setiap wartawan infotainment terutama di Insert Trans TV mengerti apa yang dimaksud Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan aturan/kode untuk profesi kewartawanan di Indonesia yang bersumber hukum pada UU no 40 tahun 1999 mengenai pers dan berpegang pada Kode Etik Jurnalistik yang dimiliki Persatuan Wartawan Indonesia sebagai pedoman serta menegakkan P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran). Setiap wartawan infotainment mengetahui isi kode etik jurnalistik, meskipun ada beberapa kode etik dari berbagai organisasi kewartawanan, tapi infotainment pada umumnya dan khususnya Insert Trans TV berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Dikarenakan Infotainment termasuk cabang karya jurnalistik di PWI. 63
64 Penerapan kode etik sudah dijalankan sesuai dengan kode etik yang ada, namun itu balik lagi kepada pribadi wartawan tersebut apakah menerapkannya dengan baik atau tidak. Karena bagaimanapun juga wartawan juga manusia yang masih suka melakukan pelanggaran. Sebisa mungkin wartawan infotainment dalam peliputannya menerapkan kode etik jurnalistik, karena infotainment dalam proses peliputannya merupakan praktik jurnalistik. Untuk menjaga nama baik wartawan dan menjaga hubungan yang baik antara wartawan dengan narasumbernya. Dan mencari solusi yang tepat apabila kita sebagai wartawan menemukan jalan buntu dalam arti ketika mengharuskan kita berkoordinasi dengan narsumber kita, agar proses peliputan terpenuhi dan komunikasi dengan narasumber tetap terjalin dengan baik. Setiap wartawan pasti pernah melakukan pelanggaran kode etik jurnalistik, tapi biasanya ada alasan atau kepentingan di balik pelanggaran itu. Dan sebenarnya tidak seratus persen kesalahan terdapat pada tim peliputan lapangan. Bisa saja pada meja editing yang mendapat tekanan dari atasan harus tetap menayangkan gambar-gambar yang diambil secara candid untuk kepentingan bisnis dan rating atau share semata. Sanksi atau teguran terhadap pelanggaran yang dilakukan wartawan infotainment biasanya melalui surat tertulis yang dikeluarkan oleh Dewan Pers, pihak PWI dan pihak KPI. Dan biasanya bukan langsung ke wartawannya melainkan ke media atau perusahaannya. Tetapi ada juga yang bisa sampai ke pihak kepolisian. Tetapi biasanya dimediasikan dulu di pihak dewan
65 pers PWI, kemudian mendapat teguran dari KPI dan apabila belum menemukan solusinya baru dibawa ke kepolisian yang mungkin bisa saja disomasi dan masuk meja persidangan atau berusaha berakhir dengan perdamaian atau kekeluargaan saja antara narasumber dengan wartawannya. Sebagian wartawan ada yang menganggap mudah dan ada yang menganggap sulit untuk menerapkan Kode Etik Jurnalistik karena itu kembali pada pribadi wartawan tersebut. Mudah apabila sosialisasi kode etik bisa dilakukan secara merata kepada semua wartawan infotainment melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) di PWI. Sulit apabila memang wartawan tersebut memang tipe pribadi yang egois (maunya sendiri) dan tipe yang memang suka melanggar tidak hanya kode etik jurnalistik tapi juga aturan-aturan lain. Sebagian wartawan infotainment ada yang yakin dan ada yang tidak yakin, karena kebanyakan isi dari berita hiburan menyangkut informasi pribadi seorang artis dan selebritis (public figure) tanah air yang menjadi kegemaran penonton terutama ibu-ibu rumah tangga. Yakin, apabila wartawan infotainment yang sudah paham benar pentingnya kode etik jurnalistik dan berpedoman terhadap kode etik tersebut, serta tidak egois dalam dirinya hanya untuk kepentingan bisnis dan rating share. Tidak yakin, apabila wartawan infotainment tersebut tidak paham dan tidak mengerti pentingnya kode etik tersebut dan hanya mementingkan bisnis juga rating share penonton. Sebenarnya ada beberapa teman-teman
66 artis yang memang merasa pemberitaan di media infotainment terkadang menyudutkan mereka tetapi ada beberapa wartawan yang berusaha setiap meliput menyadari itu dan berusaha memperbaikinya
67 5.2 Saran 1. Setiap wartawan infotainment seharusnya menerapkan kode etik jurnalistik dengan baik dan benar. Terutama ikut dulu pendidikan dan pelatihan untuk keanggotaan Persatuan Wartawan Indonesia. Kemudian menerapkannya sedikit demi sedikit karena banyak godaan yang didapat selama peliputan berlangsung setiap harinya, mengingatkan kepada teman-teman wartawan infotainment yang lain agar menerapkan kode etik juga pada setiap peliputan mereka. 2. Setiap wartawan infotainment sebaiknya memikirkan dulu berdampak negatif atau positifkah kepada masyarakat bila berita ini ditayangkan. Karena media televisi adalah sarana utama yang paling gampang menyampaikan informasi dan bisa memunculkan pikiran-pikiran pada penonton baik yang negatif maupun positif. 3. Setiap wartawan infotainment sebaiknya memikirkan dulu apa sanksinya sebelum melanggar kode etik jurnalistik, karena wartawan itu tidak kebal hukum. Bila wartawan melanggar kode etik dan wartawan tersebut dituntut narasumber, maka sanksi yang ringan paling hanya teguran tertulis tapi terberat bisa sampai dipenjara. Yang pasti berdoa saja bisa didamaikan dengan narasumber apabila penggarak kode etik yang dilakukan wartawan sudah sampai tahap yang berat. 4. Setiap wartawan infotainment sebaiknya memperbaiki kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan dalam proses penyiaran beritanya baik dengan
68 meliput ulang atau mengklarifikasi langsung dengan narasumber. Supaya mereka masih bisa memiliki kepercayaan dengan narasumber yang memang sudah terjalin dengan baik. 5. Setiap wartawan atau narasumber sebaiknya menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan dan perdamaian. Karena terkadang wartawan hanya melakukan perintah atasannya dan pressure itulah yang membuat wartawan bisa sampai memiliki konflik dengan narsumbernya. 6. Setiap wartawan infotainment sebaiknya berusaha menampilkan kepercayaan diri dalam melobi artis, dengan mencari tahu artis tersebut hobby apa dan hewan peliharaannya apa. Jadi cairkan suasana sebelum wawancara dengan membicarakan hal itu pada mereka. 7. Setiap reporter harus bekerjasama dengan kameramennya agar apa yang dpikirkan reporter bisa sejalan dengan pikiran kameramennya 8. Setiap wartawan junior sebaiknya banyak bertanya dengan wartawan senior, mana yang memiliki nilai berita mana yang tidak, mana yang melanggar kode etik dan mana yang tidak. 9. Setiap wartawan infotainment tidak boleh memaksa artisnya untuk menjawab karena setiap narasumber memiliki hak jawab dan hak menolak untuk menjawab.
69 10. Setiap wartawan wajib menyiapkan pertanyaan yang mungkin sensitif tapi sebisa mungkin memilih kata agar narasumber tidak tersinggung dan merasa diinterogasi 11. Sebaiknya infotainment disejajarkan dengan karya jurnalistik yang lain, karena secara proses peliputan(mencari berita, mewawancarai narasumber dan menyiarkan informasi) wartawan infotainment memegang pedoman mereka pada kode etik yang ada.