I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

METODE PENELITIAN III.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ditandai dengan semakin banyaknya industri yang

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. mana program tersebut tercakup dalam kegiatan Kesehatan Kerja dan Higiene

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

BAB I PENDAHULUAN I-1

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

DAFTAR PUSTAKA. Davis, I R, and Hamernik P Roger Noise and Hearing Impairrment, Occupational Health, USA.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya baik fisik, mental maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGARUH PROSES PEMESINAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. efeknya secara langsung, namun karena paparan yang berkepanjangan maka

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indusrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi perkembangan dunia industri di Indonesia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup, atau sering dikenal dengan lingkungan, telah mendapatkan perhatian besar di hampir semua negara. Perhatian besar terhadap lingkungan ini terjadi terutama pada dasawarsa 1970-an setelah diadakannya Konverensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stokholm pada tahun 1972 (Sumarwoto 2004). Berdasarkan pergeseran paradigma tersebut, berbagai negara, termasuk Indonesia, mulai meningkatkan perhatian pada permasalahan lingkungan. Perhatian yang dilakukan tidak hanya dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang telah terjadi, tetapi juga meningkatkan upaya perencanaan kegiatan pembangunan untuk meminimalisasi kemungkinan munculnya permasalahan lingkungan yang baru. Salah satu sektor pembangunan di Indonesia yang berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan adalah sektor industri. Kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup masyarakat merupakan dua faktor yang berpengaruh pada peningkatan aktivitas industri. Peningkatan aktivitas industri merupakan salah satu upaya untuk memenuhi target produksi sesuai dengan permintaan pasar. Pengunaan mesin modern tersebut adalah salah satu bentuk keterlibatan kemajuan teknologi pada proses produksi untuk memenuhi kualitas dan kuantitas produk sekaligus mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Pencapaian target produksi tidak saja ditentukan oleh kepekaan perusahaan terhadap kemajuan teknologi, tetapi juga kinerja para karyawan selama melakukan aktivitas produksi. Hal ini disebabkan karena tidak semua aktivitas produksi dapat mengandalkan tenaga mesin, melainkan juga memerlukan tenaga manusia dalam bentuk tenaga kerja (karyawan). Kinerja para karyawan sangat bergantung pada kesehatan masing-masing karyawan. Penggunaan mesin modern, ternyata juga berpengaruh pada kesehatan tenaga kerja pada suatu perusahaan. Guna tetap menjaga keberlanjutan kinerja mereka, maka perlindungan kesehatan para karyawan adalah suatu keharusan bagi perusahaan. Salah satu upaya perlindungan kesehatan adalah melindungi para karyawan dari pengaruh sumber pencemaran yang berpotensi muncul pada saat proses produksi. Bentuk perlindungan yang diberikan oleh pengusaha pada para karyawan yang bekerja pada berbagai jenis industri adalah menggunakan

2 berbagai jenis alat pelindung diri yang disesuaikan dengan jenis pencemaran yang dihadapi. Salah satu sumber pencemaran yang potensial menimbulkan gangguan kesehatan karyawan pada industri adalah kebisingan. Kebisingan dihasilkan dari serangkaian proses mekanik yang ada pada aktivitas industri. Kebisingan yang dihadapi oleh para karyawan dan terjadi secara terus menerus akan menimbulkan beberapa risiko kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan penurunan tingkat pendengaran. Pengaruh kebisingan pada tingkat pendengaran para karyawan industri merupakan permasalahan yang terus mendapatkan perhatian pada tahun-tahun terakhir ini (Eleftheriou 2001). Suma mur (1980) menyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran yang diderita para karyawan dapat bersifat sementara dan/atau permanen bergantung pada intensitas dan jam kerja yang diperkenankan. Disamping intensitas dan jam kerja, penurunan tingkat pendengaran juga dipengaruhi oleh jenis industri (Eleftheriou 2001). Lebih lanjut Miyakita dan Ueda (1997) menyatakan bahwa gaya hidup, riwayat penyakit telinga, pola konsumsi obat-obatan, trauma kepala, dan genetik adalah beberapa faktor yang dapat menimbulkan penurunan tingkat pendengaran, sehingga perlu diperhatikan sebagai faktor penentu disamping faktor utama yaitu kebisingan. Pengaruh utama kebisingan pada manusia adalah kerusakan pada bagian-bagian indra pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif, yang secara umum telah diketahui dan diterima untuk berabad-abad lamanya (Suma mur 1980). Kondisi demikian, jika terjadi pada seluruh karyawan industri akan mengakibatkan kerugian yang diderita oleh karyawan. Kerugian yang dimaksud meliputi kerugian materiil untuk biaya pengobatan, kehilangan kenikmatan dalam hal pendengaran, maupun kerugian moril akibat cacat, dan menimbulkan rasa hilang kepercayaan diri bagi karyawan tersebut. Penurunan tingkat pendengaran karyawan seharusnya dapat diminimalisasi melalui perlindungan para karyawan dalam bentuk program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai bentuk bentuk kepedulian perusahaan pada kesehatan para karyawan. Pada kenyataannya, fenomena yang muncul saat ini adalah penurunan tingkat pendengaran karyawan masih merupakan salah satu kasus pada bidang industri dan kesehatan kerja. Berdasarkan beberapa uraian di atas, penurunan tingkat pendengaran merupakan salah satu permasalahan lingkungan di kawasan industri yang harus

3 ditangani dengan baik. Kota Tangerang merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia yang memiliki peluang menghadapi permasalahan kebisingan. Risiko akibat terpaparnya para karyawan oleh faktor kebisingan perlu dipantau secara rutin. Pada empat tahun terakhir, jumlah kunjungan karyawan dari berbagai industri pada klinik perusahaan dan puskesmas rujukan mengalami peningkatan yang signifikan dengan berbagai keluhan yang diduga merupakan hasil terpaparnya para karyawan oleh kebisingan. Kenyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pengendalian dampak kebisingan pada berbagai industri di Kota Tangerang dapat dikatakan memiliki efektifitas relatif rendah. Guna memperoleh gambaran efisiensi dan efektifitas upaya pengendalian dampak kebisingan secara konkrit, serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penurunan tingkat pendengaran, maka perlu dikaji dampak kebisingan terhadap kesehatan pendengaran karyawan. Besaran risiko yang akan diterima para karyawan dari sumber pencemaran berupa kebisingan dikaji dengan menggunakan teori simpul sebagaimana disajikan pada Gambar 1.

SIMPUL 1 SIMPUL 2 SIMPUL 3 SIMPUL 4 SUMBER TRANSMISI TARGET DAMPAK Frekuensi dan Amplitudo MESIN Jenis Umur (pemeliharaan) Jenis Peredam yang digunakan UDARA Arah angin Ventilasi Jenis dinding KARYAWAN Tempat tinggal Umur pekerja Lama bekerja Riwayat penyakit pendengaran Jenis dan Lama penggunaan APT Tuli permanen Sembuh Gambar 1. Jalur pemaparan kebisingan berdasarkan teori simpul (Fahmi 1997) 4

5 1.2. Kerangka Pemikiran Kemajuan teknologi memberikan keberpihakan pada berbagai perusahaan yang bergerak di sektor industri di Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar dengan kualitas sesuai dengan standar yang ditetapakan. Tingginya permintaan pasar mendorong berbagai perusahaan untuk menggunakan mesin modern pada proses produksi sehingga target produksi dapat tercapai dengan baik. Fenomena ini juga terjadi di Kota Tangerang sebagai salah satu kawasan industri di Indonesia. Penggunaan mesin modern tersebut, selain berdampak positif dalam bentuk tercapainya target produksi, tetapi juga berpeluang menimbulkan dampak negatif sebagai salah satu sumber pencemaran apabila tidak dikelola dengan baik dan benar. Mesin-mesin modern yang digunakan selama proses produksi pada berbagai industri di Kota Tangerang, berpotensi menimbulkan kebisingan dan berdampak negatif berupa penurunan tingkat pendengaran para karyawan. Guna memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi para karyawan, maka upaya pengendalian dampak tersebut perlu dilakukan secara tepat dan benar. Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko yang ditimbulkan dari kebisingan adalah penggunaan alat pelindung telinga, yang juga telah diterapkan oleh perusahaan yang bergerak pada sektor industri di Kota Tangerang. Namun kenyataan yang ada adalah adanya indikasi meningkatnya keluhan terkait dengan kesehatan pendengaran para karyawan industri di Kota Tangerang. Indikasi meningkatnya keluhan tersebut terlihat pada meningkatnya kunjungan para karyawan pada klinik perusahaan dan puskesmas rujukan. Permasalahan tersebut merupakan salah satu bentuk rendahnya efektifitas dan efisiensi pengendalian kebisingan sebagai salah satu sumber pencemaran di lingkungan kerja (pabrik) di Kota Tangerang. Mengingat Kota Tangerang sebagai salah satu kawasan industri di Indonesia dan jumlah karyawan yang potensial terkena dampak relatif banyak, maka kajian tentang analisis dampak kebisingan pada karyawan industri, khususnya pencemaran kebisingan indoor perlu dilakukan. Kajian tersebut bertujuan untuk melihat hubungan antara kebisingan indoor dan penurunan tingkat pendengaran para karyawan. Hasil kajian tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan berbagai perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengendalian kebisingan, dan meningkatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan,

6 sehingga pencapaian target produksi dan kestabilan kinerja para karyawan dapat dipertahankan. Kerangka pemikiran penelitian sebagai dasar kajian disajikan pada Gambar 2. AKTIVITAS PERUSAHAAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG DAMPAK POSITIF DAMPAK NEGATIF PENCEMARAN TANAH UDARA AIR KEBISINGAN JENIS INDUSTRI TEMPAT TINGGAL UMUR MASA KERJA RIWAYAT PENYAKIT PENGGUNAAN APD INDOOR OUTDOOR KESEHATAN KARYAWAN (PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN) Keterangan: = Tidak diamati secara langsung = Diamati secara langsung Gambar 2. Bagan alir penelitian kajian dampak kebisingan terhadap kesehatan karyawan 1.3. Perumusan Masalah Aktifitas industri tidak bisa lepas dari proses mekanik, yang pada akhirnya menghasilkan kebisingan (Mardji 2005). Bising di tempat kerja adalah masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara dan diperkirakan sedikitnya 7 juta orang (35 % dari populasi total industri) terpajan bising (Davis 1994). Dampak negatif kebisingan akan mengakibatkan ketulian sesuai dengan beberapa laporan yang menyebutkan bahwa masih banyaknya pekerja yang

7 mengalami ketulian sebagai akibat dari tingkat bising melebihi batas ambang pendengaran normal manusia (Mardji 2005). Ketulian yang terjadi dalam industri menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa (Olishifski 1994). Pajanan bising lebih dari 90 db (A) akan mengakibatkan ketulian secara bermakna pada 27 % kelompok yang terpajan, sedangkan pada intensitas pajanan 95 db (A) akan menimbulkan ketulian secara bermakna pada 36 % dari kelompok terpajan (Green 1992). Kota Tangerang merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia yang berpotensi menghadapi permasalahan terkait dengan pencemaran kebisingan, secara khusus terhadap para karyawan. Telah dikemukakan sebelumnya, kebisingan memberikan dampak negatif pada kesehatan para karyawan, sehingga perlu diantisipasi guna meminimalisasi dampak negatif tersebut. Salah satu upaya minimalisasi dampak kebisingan adalah penggunaan alat pelindung telinga bagi para karyawan yang dekat dengan sumber bising. Namun demikian, keberhasilan pengendalian kebisingan sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kesadaran para karyawan tentang proses ketulian, pendidikan dan pelatihan, dan faktor individu yang meliputi pendidikan, pengalaman, umur dan pelatihan tentang penggunaan alat pelindung telinga (Mardji 2005). Fenomena yang terjadi di Kota Tangerang adalah masih tingginya angka keluhan para karyawan terkait dengan masalah kebisingan dan gangguan kesehatan, khususnya penurunan tingkat pendengaran. Pada empat tahun terakhir, jumlah kunjungan karyawan dari berbagai industri pada pada klinik perusahaan dan puskesmas rujukan mengalami peningkatan yang signifikan dengan berbagai keluhan yang diduga merupakan hasil terpaparnya para karyawan oleh kebisingan. Permasalahan tersebut perlu dikaji lebih lanjut untuk tetap mempertahankan produktivitas perusahaan dengan tetap memperhatikan kesehatan kerja para karyawan. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan di dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: 1) Seberapa besar tingkat kebisingan indoor dan bagaimanakah tingkat gangguan pendengaran para karyawan. 2) Variabel paling dominan apa sajakah yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan.

3) Bagaimanakah bentuk keterkaitan antara kebisingan dan gangguan penurunan tingkat pendengaran. 8 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak kesehatan akibat pemaparan kebisingan pada para karyawan industri di Kota Tangerang, sedangkan tujuan khusus penelitian terdiri atas: 1) Mengetahui tingkat kebisingan indoor dan mengidentifikasi tingkat gangguan pendengaran para karyawan. 2) Mengetahui variabel paling dominan yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan. 3) Mengetahui bentuk keterkaitan antara kebisingan dan penurunan tingkat pendengaran. 1.5. Hipotesa Penelitian Hipotesa yang dapat dirumuskan pada penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1) Ada perbedaan tingkat kebisingan indoor dan ada gangguan pendengaran pada para karyawan yang terpapar kebisingan. 2) Ada variabel paling dominan yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan. 3) Ada keterkaitan antara kebisingan indoor dan gangguan penurunan tingkat pendengaran.