BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. baik, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tentang Sistem Pendidikan nasional. Edgar Dalle ( Reigeluth, 2013 : 7 )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar sehingga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Maylani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia dan memiliki peranan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai tujuan. Dalam Undang-Undang RI No. 20 pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dalam era globalisasi, pendidikan pun dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik sebagai manusia yang berkepribadian luhur dan berakhlak mulia. mendengarkan ketika proses pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan Merupakan suatu kebutuhan dalam proses kehidupan. Majunya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar yang sangat penting bagi manusia. Di zaman yang saat ini sedang berkembang dengan cepat, pendidikan merupakan salah satu hal yang berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Banyak aspek kehidupan yang ditentukan dengan tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang, untuk itu masih ada banyak hal yang harus dilakukan didalam dunia pendidikan Indonesia, apalagi mengingat betapa pentingnya arti pendidikan didalam kehidupan manusia khususnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Indonesia No.20 Tahun 2003 (pasal 1 ayat 1) disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan isi pasal dalam undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara menjadi aspek kehidupan yang sangat mendasar, untuk itu diperlukannya langkah pembaharuan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar menjadi lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan berbagai usaha didalam dunia pendidikan, antara lain: perbaharuan kurikulum, kegiatan belajar mengajar, model dan metode yang digunakan, serta evaluasi pembelajaran. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan dikarenakan pendidikan nasional harus dapat menyesuaikan terhadap tuntutan perubahan zaman, hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penyesuaian pendidikan nasional sesuai dengan perubahan tuntutan zaman yaitu dengan perubahan penerapan kurikulum baru yang semula sistem pendidikan nasional menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat 1

2 Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Salah satu alasan terjadinya perubahan kurikulum selain tuntutan perubahan zaman juga dikarenakan menyesuaikan pendidikan dasar dan menengah dengan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU PT). Tidak hanya itu, kegagalan sekolah dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga dianggap menjadi alasan hadirnya kurikulum baru ini, (Husamah 2013:2). Dalam kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran lebih menekankan keaktifan peserta didik sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Disini peserta didik dituntut dapat berperan aktif, kreatif, serta mandiri dalam membangun pengetahuannya sedangkan pembelajaran terpusat pada peserta didik yang menekankan pada kemampuan, minat, serta kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran. Sementara guru yang memiliki peran sebagai fasilitator dituntut memiliki kecakapan dalam strategi mengajar agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, efisien, aktif, dan efektif didalam kelas. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru termasuk pemilihan model dan metode didalam kelas akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Perkembangan dunia pendidikan yang berlangsung dengan pesat memunculkan berbagai macam model pembelajaran efektif dan efisien yang memungkinkan guru dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan peserta didik yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pemilihan model yang tepat dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Namun masih banyaknya guru yang melaksanakan pembelajaran bersifat konvesional hanya dengan ceramah dan tanya jawab membuat peserta didik tidak benar-benar memahami konsep materi pembelajaran yang disampaikan, karena metode ceramah hanya dapat menjangkau peserta didik yang memiliki kemampuan mendengar dan daya ingat yang baik. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMA Negeri 6 Surakarta yang merupakan salah satu sekolah menengah yang masih menerapkan

3 kurikulum 2013 telah dilakukan pengamatan secara langsung pada saat pembelajaran geografi terhadap peserta didik kelas X MIA 1 serta salah satu guru mata pelajaran geografi. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa minat peserta didik untuk memperhatikan dalam pembelajaran geografi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang masih kurang. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung masih banyak dijumpai peserta didik yang kurang aktif, hal ini dapat dilihat dari kurangnya keberanian peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru serta pada saat guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan materi yang belum dipahami sebagian besar peserta didik hanya diam dan cenderung mengatakan sudah memahami isi materi pelajaran, sehingga hasil belajar peserta didik tidak dapat dioptimalkan. Pada kurikulum 2013 hasil belajar dinilai berdasarkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu dalam proses pembelajaran, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Sikap peserta didik yang cenderung pasif dalam pembelajaran baik bertanya maupun mengungkapkan pendapat menyebabkan peserta didik kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Saat dilakukan observasi awal ditemukan permasalahan pada hasil belajar peserta didik yang masih rendah yaitu rata-rata kelas X MIA 1 68,9, rata-rata X MIA 2 70,2, rata-rata X MIA 3 72, dan rata-rata X MIA 4 69,6. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kelas X MIA 1 memiliki nilai rata-rata kelas yang lebih rendah dibandingkan dengan kelas lain yaitu hanya 68,9 apabila dikonversikan menjadi 2,76. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada kelas X MIA 1 diperkuat dengan hasil pengamatan pada saat pra siklus. Hasil prasiklus menunjukkan bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai diatas KKM pada kompetensi sikap 56,25%, kompetensi keterampilan 62,5% dan pada kompetensi pengetahuan 50% berdasarkan nilai pretes dengan rata-rata 67,19 atau 2,69,. Hal ini menunjukkan bahwa kelas X

4 MIA 1 memiliki hasil belajar yang masih berada dibawah nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 3. Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dilakukan perbaikan terhadap permasalahan yang muncul saat kegiatan pembelajaran berlangsung, hal ini dikarenakan saat observasi awal di kelas X MIA 1 peserta didik cenderung bersikap pasif saat proses pembelajaran khususnya tidak aktif bertanya yang menyebabkan guru tidak mengetahui permasalahan yang dialami peserta didik pada materi yang disampaikan. Sikap peserta didik yang pasif tersebut mempengaruhi hasil belajar yang rendah karena peserta didik tidak menguasai materi yang telah disampaikan. Maka dari itu, penelitian ini penting dilakukan untuk memperbaiki permasalahan yang ada di kelas X MIA 1 salah satunya dengan melakukan inovasi dalam penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, yaitu dengan menerapkan pembelajaran active learning tipe question student have. Pembelajaran active learning type question student have tepat apabila diterapkan pada kompetensi dasar menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika hidrosfer. Hal ini karena model pembelajaran active learning tipe question student have menuntut peserta didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti aktif bertanya saat proses pembelajaran. Melalui pertanyaan yang diutarakan peserta didik guru dapat mengetahui kesuiltan yang dialami peserta didik dan dapat membantu peserta didik untuk dapat lebih memahami materi menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika hidrosfer. Menurut Silberman (2009: 73) Strategi pembelajaran aktif tipe QSH merupakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapan melalui percakapan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran active learning type Question Student Have (QSH) merupakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk bertanya dengan memperoleh partisipasi peserta didik melalui tulisan. Metode pembelajaran ini

5 dilakukan dengan cara membagi beberapa kertas kosong kepada seluruh peserta didik yang berkelompok kemudian memberi kesempatan kepada masing-masing peserta didik untuk menuliskan pertanyaan berkaitan dengan materi pembelajaran yang belum dipahami. Kemudian masing-masing peserta didik memutarkan potongan kertas yang dimilikinya kepada teman-teman satu kelompoknya dan teman lainnya dapat memberi tanda ceklis untuk pertanyaan yang dia juga merasa mengalami kesulitan. Penerapan model pembelajaran active learning type question student have diharapkan mampu mengatasi keinginan, harapan, dan pertanyaan peserta didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, serta dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat pula meningkatkan hasil belajar geografi. Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis melakukan penelitian berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TYPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI (Kompetensi Dasar Menganalisis Hubungan Antara Manusia dengan Lingkungan Sebagai Akibat Dari Dinamika Hidrosfer Peserta Didik Kelas X MIA 1 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Active Learning tipe Question Student Have (QSH) dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada kompetensi dasar menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika hidrosfer peserta didik Kelas X MIA 1 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas. Maka dari itu penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan

6 model pembelajaran Active Learning tipe Question Student Have (QSH) pada kompetensi dasar menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika hidrosfer peserta didik Kelas X MIA 1 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk peserta didik, guru, sekolah, maupun peneliti sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis a. Memberikan sumbangan inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan kondisi peserta didik. b. Memberikan sumbangan untuk mendukung teori-teori dibidang pendidikan tentang penerapan model pembelajaran aktif dengan metode Question Student Have. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik 1) Membantu peserta didik memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 2) Membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, baik bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. 3) Meningkatkan motivasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. b. Bagi Guru 1) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi maupun metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) Memberi gambaran mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran active learning type Question Student Have.

7 3) Sebagai masukan dalam pemilihan model pembelajaran yang bervariasi dan efektif dalam penyampaian materi di dalam kelas. c. Bagi Sekolah 1) Memberi masukan positif dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran geografi agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) Sebagai masukan dalam meningkatkan keterampilan guru dalam peningkatan kualitas pendidikan sekolah. d. Bagi Peneliti 1) Menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang ada. 2) Mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran active learning type Question Student Have untuk dijadikan bekal dalam menjadi guru geografi.