Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

EVALUASI METODE PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI PADA RUANG DIGITAL RADIOGRAFI

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELAMATAN PESAWAT SINAR-X DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT)

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

ANALISIS PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN RUANG RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT DENGAN PROGRAM DELPHI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN RUANG PENGUJIAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR X RIGAKU 250 KV DI STTN BATAN YOGYAKARTA

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah***

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

PEMODELAN d ALEMBERT PADA PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI BETON SISTEM AKSELERATOR ELEKTRON: RADIASI ELEKTRON DAN SINAR-X

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

PRIMA Volume 8, Nomor 1, Juni 2011 ISSN : DESAIN PINTU RUANG PESAWAT SINAR-X DARI BAHAN KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

BAB II LINEAR ACCELERATOR

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PADA LABORATORIUM SINAR-X INDUSTRI STTN BATAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TEORI DASAR RADIOTERAPI

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

PELURUHAN RADIOAKTIF

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS

Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar-X 6 MV Sugianty Syam 1, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

Verifikasi Ketepatan Hasil Perencanaan Nilai Dosis Radiasi Terhadap Penerimaan Dosis Radiasi Pada Pasien Kanker

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC)

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang

KENDALI KUALITAS DAN JAMINAN KUALITAS PESAWAT RADIOTERAPI BIDIKAN BARU LABORATORIUM METROLOGI RADIASI

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II RADIASI PENGION

Dosis Transmisi Berkas Sinar-X 6 MV untuk Lapangan Tidak Teratur dengan Variasi Blok TESIS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR

DESAIN DASAR PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN COBALT-60

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Volume 3 No. 1 April 2017 ISSN :

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

Perkiraan Dosis dan Distribusi Fluks Neutron Cepat dengan Simulasi Monte Carlo MCNPX pada Fantom Saat Terapi Linac 15 MV. Abstrak

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

ANALISIS PERHITUNGAN BERAT KONTAINER SUMBER Ir-192 AKTIVITAS 10 Ci UNTUK BRAKITERAPI HDR

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT. Skripsi FRILYANSEN GAJAH

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB II DASAR TEORI Sinar-X

Transkripsi:

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta Rendi Akhbar 1, Galih Anindita 2, dan Mochamad Yusuf Santoso 3 1,2,3 Program studi Teknik keselamatan dan kesehatan kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 * E-mail : rendiakhbar.hse@gmail.com Abstrak Linear Accelerator (Linac) digunakan untuk menterapi tumor dan kanker. Di PSTA-BATAN Yogyakarta saat ini terdapat Linac dengan energi foton 18 MV yang akan beroperasi. Namun saat ini PSTA-BATAN Yogyakarta belum mempunyai ruangan khusus untuk Linac, rencananya PSTA-BATAN Yogyakarta akan mengoperasikan Linac di ruang yang dulunya digunakan untuk generator netron dengan energi 350 KV. Pada penelitian ini penulis melakukan analisis tentang ketebalan perisai radiasi di ruang Linac agar dosis yang lolos dari ruangan Linac di bawah nilai batas dosis (NBD) yang ditetapkan oleh BAPETEN. Metode perhitungan ini mengacu pada NCRP Report no.151.pada Linac dengan beban kerja 495 Gyaam 2 /minggu sesuai rekomendasi NCRP Report no.151 berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan adalah ketebalan perisai primer di lokasi A setebal 171 cm beton standar dan lokasi B setebal 184 cm beton standar. Dinding ruangan Linac di PSTA-BATAN Yogyakarta saat ini adalah 100 cm di lokasi A dan B. Sehingga ruangan Linac saat ini tidak memenuhi standar proteksi radiasi sesuai Perka Bapeten No.4 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Maka dari itu perlu dilakukan desain ulang shielding di ruang Linac tersebut. Keywords : Linac, NBD, Perisai Radiasi PENDAHULUAN Linear accelerator (Linac) merupakan alat di bidang kesehatan yang menggunakan energi radiasi. Linac dapat memproduksi foton dan elektron dalam berbagai tingkatan energi. Energi yang digunakan untuk foton dan elektron berorde MeV. Di bidang kesehatan, linac digunakan sebagai alat terapi radiasi eksternal pada pasien kanker. Linac dapat digunakan untuk terapi seluruh tubuh maupun bagian dari tubuh saja. Linear accelarator (Linac) yang akan digunakan PSTA-BATAN Yogyakarta adalah model Clinac 2100C/D dengan memberikan 5 energi elektron dan 2 energi x-ray. Energi x-ray mempunyai beberapa energi yaitu 6 atau 8 MV untuk low energy dan 10,15, dan 18 MV untuk high energy. Energi elektron mempunyai energi mulai dari 4 MeV sampai 20 MeV. Alat ini merupakan hibah dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Mangunkusumo Jakarta Pusat yang diberikan kepada PSTA-BATAN Yogyakarta pada tahun 2016. Pada saat ini di PSTA-BATAN Yogyakarta masih belum mempunyai ruangan khusus untuk pengoperasian linac, sehingga alat ini rencananya akan dioperasikan di lantai 1 gedung 14 yang sebelumnya telah digunakan untuk generator netron untuk memproduksi netron. Gedung dan ruangan ini dibangun pada tahun 1979 dengan desain awal untuk generator netron 250 KV 350 KV. Saat ini generator netron sudah tidak dapat digunakan lagi dikarenakan alat tersebut rusak. Oleh Karena itu ruangan tersebut akan digunakan untuk linear accelerator (Linac) untuk bidang medis dengan energi foton maksimal 18 MV. Dari perbedaan energi teresebut dapat disimpulkan bahwa dinding perisai radiasi yang digunakan didesain untuk alat yang berenergi maksimal 350 KV sedangkan Linac yang akan digunakan di tempat tersebut mempunyai energi 18 MV atau 51 kali lipat lebih besar dari energi generator netron. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh FX Wisnu Primadita dalam skripsinya yang berjudul Evaluasi Desain Ruang Linear Accelerator Di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dokter Sardjito Yogyakarta berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 3 Tahun 2013 dengan energi foton yaitu 10 MV. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa tebal perisai primer (beton standar) pada daerah supervisi adalah 230 cm dan tebal perisai untuk daerah pengendalian adalah 182 cm. Tebal perisai primer (beton standar) yang ada di RSUP Dr. Sardjito adalah 250 cm. Dari hasil penelitian diatas ketebalan dinding perisai primer lebih dari 100 cm sedangkan saat ini dinding ruang linac yang ada di lantai 1 gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta yaitu setebal 1 m. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka akan dilakukan penelitian tentang desain ulang shielding di ruang Linear Accelerator (Linac) yang akan digunakan di lantai 1 gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta agar operator dan masyarakat umum menerima dosis radiasi di bawah NBD yang ditetapkan oleh Perka BAPATEN Nomor 4 tahun 2013. 250

METODOLOGI 5.1 Metode Perhitungan Perisai Radiasi Desain perisai untuk fasilitas terapi radiasi medis didasarkan pada persamaan empiris sederhana. Konsep dasar digambarkan pada Gambar 2.1, di mana seseorang berada di lokasi O yang harus dilindungi dari S sumber radiasi yang merupakan jarak sejauh d. Tingkat perlindungan yang diberikan oleh desain shielding yang berlaku (P) tergantung pada apakah orang tersebut pekerjaannya terekspos di daerah terkendali atau anggota dari masyarakat di daerah yang tidak terkendali. Jika sumber radiasi menghasilkan tingkat > P di Lokasi O, maka penghalang B digunakan untuk melemahkan tingkat radiasi sehingga P tidak terlampaui. Gambar 2.1 Skema Dasar Perisai dari Seorang Individu di Lokasi O Dilindungi dari Sumber Radiasi S di d Sejauh Jarak oleh Perisai di B (NCRP, 2005) 5.2 Perisai Primer Dalam pendekatan ini biasanya, perisai primer dirancang untuk melemahkan sinar foton yang berasal dari kepala Linac yang terkena peristiwa langsung pada perisai. Perisai primer juga diharapkan mampu melemahkan dosis ekuivalen yang melewati perisai yang dihasilkan dari produk sekunder dari sinar foton. Perisai primer yang memadai mampu menahan berkas radiasi dari ruang terapi sehingga dosis ekuivalen yang lolos dari ruangan sama dengan atau lebih kecil dari nilai target desain (P). Oleh karena itu faktor transmisi perisai primer (B pri) yang akan mengurangi tingkat dosis ekivalen yang dapat diterima diberikan oleh Persamaan 2.10 B pri = (1) Dimana : P = Target desain perisai yang melewati perisai radiasi dan biasanya dinyatakan dalam waktu perminggu (Gy/minggu) d pri = jarak dari target x-ray ke titik yang dilindungi (m) W = beban kerja atau foton dosis yang diserap pada jarak 1 m dari target x-ray per minggu (gy/minggu) W ditunjukkan di sini, dosis yang diserap (Gy/minggu), sejak faktor kualitas untuk foton diberi nilai satuan. Oleh karena itu, faktor transmisi (B) untuk foton adalah kuantitas unitless. T = Faktor hunian untuk lokasi yang dilindungi atau fraksidari hari kerja bahwa seseorang ada di luar perisai. Ketebalan perisai selanjutnya dapat ditentukan dengan menggunakan TVL berdasarkan energi dari akselerator dan jenis dari bahan perisai (lihat Gambar 2.1). Dalam hal ini, jumlah yang diperlukan (n) dari TVLs diberikan oleh : n = - log(b pri) (2) dan ketebalan perisai (t barier) diberikan oleh : t barier = TVL 1 + (n-1)tvl e (3) (TVL 1) (first TVL) dan (TVL e) (equilibrium TVL) nilai lapisan kesepuluh dari materi yang diinginkan digunakan untuk memperhitungkan perubahan spektral pada radiasi saat menembus perisai. Ketika radiasi bertabrakan dengan perisai primer dengan sudut kemiringan tertentu maka ketebalan dinding yang ditemui akan lebih kecil dibandingkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas. Perbedaan ketebalan ini bergantung dari: (1) sudut kemiringan (θ) antara arah radiasi dan garis normal pada perisai, (2) material perisai radiasi, (3) atenuasi yang diperlukan, dan (4) energi radiasi. Untuk beton standar pada penggunaan low energy photon pada penggunaan radioterapi yang konvensional, maka tebal perisainya ditambah 2 HVL untuk keamanan dan untuk high energy photon ditambah 1 HVL. 5.3 Perisai Sekunder Perisai sekunder perlu dirancang untuk mampu melindungi seseorang di luar ruangan akselerator dari : (1) kebocoran radiasi (2) hamburan radiasi dari pasien, 251

(3) hamburan radiasi dari dinding (4) radiasi sekunder yang diproduksi di kepala akselerator atau hamburan seluruh ruangan. Karena kebocoran radiasi dan hamburan radiasi seperti energi yang berbeda, persyaratan perisai sekunder dari masing-masing biasanya dihitung secara terpisah dan dibandingkan pada ketebalan akhir yang direkomendasikan. Transmisi perisai dibutuhkan untuk radiasi hamburan oleh pasien (B ps) Diberikan oleh Persamaan 2.14. B ps = (4) Pada Persamaan 2.14, simbol P, W dan T seperti yang didefinisikan sebelumnya dan d sca = jarak dari target x-ray ke pasien atau hamburan permukaan (m) d sec = jarak dari objek hamburan ke titik perlindungan (m) a = fraksi hamburan atau fraksi berkas primer dosis yang diserap hamburan dari pasien pada sudut tertentu (tabel 3.3 Lampiran 3) F = luas lapangan radiasi pada jarak 1 meter dari target sinar-x (cm 2 ). Nilai 400 mengasumsikan fraksi hamburan akan kembali normal untuk pengukuran tersebut ketika luas lapangan radiasi 20 cm 20 cm. Jarak d sca dan d sec, dan daerah F ditunjukkan pada Gambar 2.4. Sebenarnya, U adalah fungsi dari sudut pancaran. Namun, jika perhitungan dilakukan dengan sudut minimal pencar dari pasien ke titik perhitungan dan faktor guna satu juga digunakan, ketebalan perisai akan berlebihan karena fraksi pencar konservatif yang lebih tinggi dari sudut hamburan kecil. Gambar 2.1 Tata Letak Ruangan Menunjukkan Jarak yang Terkait dengan Hamburan Pasien (d sca, d sec) dan Radiasi Bocor (d L) (NCRP, 2005) Penghalang transmisi dari kebocoran radiasi (B L) diberikan oleh persamaan 2.15. B L = (5) Pada persamaan 2.15 nilai 10 3 merupakan asumsi bahwa radiasi bocor yang berasal dari kepala akselerator sebesar 0,1 %. Nilai dldapat diukur dari isosenter jika sudut gantry rata-rata simetris. Jika tidak dalam kondisi ini maka jarak ke perisai dihitung dari jarak terdekat pada kepala akselerator. Jika selisih antara ketebalan dinding perisai hamburan pasien dan kebocoran radiasi hampir sama maka tebal minimum yang akan digunakan adalah perisai radiasi yang paling tebal dan ditambahkan 1 HVL. Jika selisih ketebalan dinding lebih dari 1 TVL maka digunakan ketebalan dinding yang terbesar. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.4 Klasifikasi Ruangan Linac Ruangan Linac mempunyai dimensi panjang 7,7 m, lebar 7 m, dan tinggi 3,5 m. Dinding ruangan Linac saat ini mempunyai tebal beton 1 m pada dinding A,B, dan C. Dinding D mempunyai tebal beton 1 m dan dinding E mempunyai tebal beton 0,6 m. 252

Gambar 3.1 Lay Out ruangan Linear Accelerator (PSTA-BATAN Yogyakarta) 5.5 Perisai Primer Untuk menentukan nilai ketebalan minimum perisai primer di ruang Linac gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Perhitungan Perisai Primer Lokasi W ( ) P U T d pri (m) B pri TVL 1 TVL e (Gy/minggu) A 495 0,00002 0,25 0,025 5,16 0,000245 45 43 171 B 495 0,0004 0,25 1 5,16 0,000122 45 43 184 T pri 5.6 Perisai Sekunder Untuk menentukan nilai ketebalan minimum perisai sekunder di ruang Linac gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Perhitungan Perisai Sekunder Lokasi W ( P (Gy/minggu) U T d sec (m) B ps B L T pri ) C 495 0,0004 0,25 1 4,03 0,0174 0,013 77 D 495 0,00002 0,25 0,2 5,03 0,00153 0,0051 91 E 495 0,00002 0,25 0,025 7,9 0,0669 0,1 47 Tabel 3.3 Perencanaan Desain Ulang Ruang Linac Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta Perisai Ketebalan hasil perhitungan Ketebalan perisai Keterangan yang ada di ruang Linac A 171 100 + 71 cm beton standar B 184 100 + 84 cm beton standar C 77 100 - D 91 100 - E 47 60 - Pintu Labirin 7,32cm Pb dan 8,505 cm BPE - + 7,32cm Pb dan 8,505 cm BPE Sesuai Tabel 3.3 desain ulang yang telah dilakukan yaitu dengan menambah beton standar untuk penambahan ketebalan dinding perisai radiasi. Material timbal untuk perisai pintu labirin adalah dengan menggunakan timbal dan Borated Polyethylene (BPE). Desain ulang dapat dilihat pada Gambar 3.2. 253

KESIMPULAN Gambar 3.2 Lay Out ruangan Linac setelah desain ulang Untuk desain ulang perisai radiasi primer dan sekunder adalah dengan menambahkan material beton standar untuk perisai primer di lokasi A dan B masing-masing yaitu adalah 71 cm dan 81 cm. Untuk perisai pintu di labirin yaitu,32 cm Pb dan 8,505 cm BPE. Borated Polythylene (BPE) harus dilapisi antara 2 lapisan timbal, masingmasing dengan ketebalan 3,66 cm. DAFTAR NOTASI W = Workload/Beban Kerja Linac ( ) U = faktor guna HVL = Half Value Layer TVL = Tenth Value Layer DAFTAR PUSTAKA 1. National Council on Radiation Protection and Measurements. 2005. Structural Shielding Design and Evaluation For Megavoltage X- And Gamma-Ray Radiotherapy Facilities. Bethesda MD : NCRP. 2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir. 3. Primadita, FX Wisnu. 2014. Evaluasi Desain Ruang Linear Accelerator di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dokter Sardjito Yogyakarta Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 3 Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. 254