BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KAFALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

` 11. Dhaman dan Kafalah. Di unduh dari : Bukupaket.com

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB II TINJAUAN UMUM JAMINAN DALAM KONSEP ISLAM (KAFALAH) kepada pihak ketiga yang memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB II HUTANG PIUTANG DAN JAMINAN DALAM HUKUM ISLAM. Hutang piutang dalam istilah Arab sering disebut dengan al-dain

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB II TABUNGAN ZAKAT AL-WADI< AH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

ADAB DAN DOA SAFAR YANG SHAHIH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

Bacaan Tahlil Lengkap

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

BAB II LANDASAN TEORI PEMBIAYAAN EKSPOR IMPOR MELALUI LETTER OF CREDIT (L/C) DALAM HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

2. Tauhid dan Niat ]رواه مسلم[

BAB IV SUMBER DANA DAN SYARAT PADA AKAD QARDHUL HASAN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG GUBENG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAHARUAN AKAD NIKAH SEBAGAI SYARAT RUJUK

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

Satu kambing untuk satu orang, satu sapi/unta untuk tujuh orang dalam berkurban

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Transkripsi:

16 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KAFALAH A. Pengertian Kafalah Firman Allah: Dalam pengertian bahasa kafalah berarti ad} d}ammu (menggabungkan) و آ فل ه ا ز آ ر ي ا Dan Dia (Allah) menjadikan Zakaria sebagai penjaminnya (Maryam). (Q.S.: 3 ayat 37) 1 Menurut pengertian syara ada beberapa pengertian masing-masing imam dan ulama terkemuka yang berbeda: 1. Menurut Maz hab Hanafi Menurut Maz hab Hanafi al-kafalah memiliki dua pengertian, yang pertama arti al-kafalah ialah: 2 ض م ذ مة إ لى ذ مة ف ى ال م ط ا ل ب ة ب ن ف س أود ي ن ا و ع ي ن Menggabungkan z imah kepada z imah yang lain dalam penagihan, dengan jiwa, utang, atau zat benda. Pengertian al-kafalah yang kedua ialah: ض م ذ مة إ لى ذ مة ف ى ا ص ل ال دي ن Menggabungkan z imah kepada z imah yang lain dalam pokok (asal) utang. 3 2. Menurut Maz hab Maliki 1 Departemen Agama, A-Qur an dan Terjemahannya (Edisi Baru), hlm. 68. 2 Abdurrahman Al-Jazairi, Al-Fiqh Ala Maz ahib al- Arba ah, hlm. 195. 3 Ibid, Indonesia.Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 187 16

17 Menurut Maz hab Maliki kafalah ialah: أ ن ي ش غ ل ص ح ب ال ح ق ذ مة الض ام ن م ع ذ م ه ال م ض م و ن س و اء آ ان ش غ ل ال ذ مة م ت و ف ق ا ع ل ى ش ي ء ا و ل م ي ك ن م ت و ف ق ا Orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi beban serta bebannya sendiri yang disatukan, baik menanggung pekerjaan yang sesuai (sama) maupun pekerjaan yang berbeda. 4 3. Menurut Maz hab Hanbali adalah: Menurut Maz hab Hanbali bahwa yang dimaksud dengan kafalah ا ل ت ز ام و ج ب ع ل ى ال غ ي ر م ع ب ق ا ي ه ع ل ى ال م ض م و ن ا و ال تز ام اخ ض ا ر م ن ع ل ي ه ح ق م ال ي ل ص اح ب ال ح ق 5 Iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada orang lain serta kekekalan benda tersebut yang dibebankan atau iltizam orang yang mempunyai hak menghadirkan dua harta (pemiliknya) kepada orang yang mempunyai hak. 4. Menurut Mazhab Syafi i Al-kafalah menurut arti syara ialah: ع ق د ي ق ت ض ى ال ت ز ام ح ق ث اب ت ف ى ذ م ة الغ ي ر ا و ا ح ض ار ع ي ن مض م و ن ة 6 ا و ا ح ض ار ب د ن م ن ي س ت ح ق ح ض و ر ه Akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan (beban) yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau menghadirkan badan oleh orang yang berhak menghadirkannya. 5. Menurut Sayyid Sabiq 4 Ibid, hlm. 197. 5 Ibid, hlm. 197. 6 Ibid, hlm. 199.

18 ع با ر ة ع ن ض م ذ م 7 أ و ع ي ن أ و ع م ل ة ال ك ف ي ل إل ى ذ م ة ا ص ي ل ف ي ا ل م لا ن و د ي س أ طا ل ب ة ب ن ف Kafalah ialah proses penggabungan tanggungan kafi>l menjadi beban aşi>l dalam tuntutan dengan benda (materi) yang sama, baik utang, barang, maupun pekerjaan. 6. Menurut Imam Taqiy al-din 8 Yang dimaksud dengan kafalah adalah: ض م ذ مة إ ل ى ذ م ة Mengumpulkan satu beban kepada beban lain. 7. Menurut Hasbi Ash-Shidiqie Bahwa yang dimaksud dengan kafalah ialah: ض م ذ مة إ ل ى ذ مة ف ى ال م ط ال ب ة Menggabungkan z imah kepada z imah lain dalam penagihan. 9 Setelah diketahui definisi-definisi kafalah atau d}aman menurut para ulama diatas, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan kafalah atau d}aman ialah menggabungkan dua beban (tanggungan) dalam permintaan dan utang. makful bihi. Dalam kafalah diperlukan adanya kafi>l, as}i>l, makful lahu, dan 7 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Jilid 3, hlm. 283. 8 Abu Bakr ibn Muhammad al-taqiy al-din, Kifayat al-akhyar, hlm. 276. 9 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, hlm. 86.

19 Kafi>l adalah: orang yang berkewajiban melakukan makful bihi (yang ditanggung). Ia wajib seorang yang baligh, berakal, berhak penuh untuk bertindak dalam urusan hartanya, rela dengan kafalah, sebab segala urusan hartanya berada ditangannya. Kafi>l tidak boleh orang gila dan tidak boleh pula anak kecil, sekalipun ia sudah dapat membedakan sesuatu. Kafi>l ini disebut dengan sebutan d}amin (orang yang menjamin), za im (penanggung jawab), h}ammil (orang yang menanggung beban) dan qabi>l (orang yang menerima). Dan yang dimaksud dengan as}i>l adalah orang yang berhutang, yaitu orang yang ditanggung. Untuk as}i>l tidak disyaratkan baligh, berakal, kehadiran dan kerelaannya dengan kafalah. Tetapi cukup kafalah ini dengan anak kecil, orang gila dan yang tidak hadir. Kafi>l tidak boleh kembali kepada seseorang dari mereka ini, kecuali jika ia telah memenuhinya. Tetapi dianggap sebagai sumbangan kecuali pada keadaan dimana kafalah dilakukan buat anak kecil yang diizinkan berdagang, yang perdagangan atas perintahnya. Makful lahu adalah orang yang menghutangkan. Disyaratkan penjamin mengenalnya. Karena manusia itu tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini dimaksudkan untuk kemudahan dan kedisiplinan. Dan tuntutan untuk itu berbeda-beda. Sehingga tanpa hal itu jaminan dianggap tidak benar. Dan tidak disyaratkan dikenalnya madmun anhu (yang ihwalnya ditanggung).

20 Dan yang dimaksud dengan makful bihi adalah: orang, atau barang, atau pekerjaan yang wajib dipenuhi oleh orang yang hal ih}walnya ditanggung (makful anhu). B. Dasar Hukum Kafalah Kafalah disyaratkan oleh Allah SWT. Terbukti dengan firman-nya: أ ر س ل ه ل ن ق ال ت و ت و ن م ع ك م ح تى ل ت ا ت ن ن ي ب ه ا الله مو ث ق ا م ن Ya'qub berkata: "Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali (Q.S.: 12 ayat 66) 10 Pada ayat yang lain Allah SWT. berfirman: و ل م ن ج ا ء ب ه ح م ل ب ع ي ر و أ ن ا ب ه ز ع ي م Dan barangsiapa yang dapat mengembalikannya piala raja, maka ia akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku yang menjamin terhadapnya". (Q.S.: 12 ayat 72) 11 Dasar hukum kafalah yang kedua adalah al-sunnah, dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda: 12 ا ل ع ار ي ة م و ذ ة و الز ع ي م غ ار م (رواه ابوداود) Pinjaman hendaklah dikembalikan dan penjamin hendaklah membayar (Riwayat Abu Dawud). أ ن ال نب ي ص م ت ح مل ع ش رة د ن ان ير ع ن ر ج ل ق د ل ز م ه غ ر ي م ه إ ل ى 13 ش ه ر و ق ض اه اع ن ه (رواه ابن ماجه) 10 Ibid, A-Qur an dan Terjemahannya (Edisi Baru), hlm 327. 11 Ibid, hlm. 329. 12 Abu Daud, Sunan abu Daud Jilid 2, hlm. 503. 13 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Indonesia.Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah, hlm. 196.

21 Bahwa Nabi Saw. pernah menjamin sepuluh dinar sari seorang laki-laki yang oleh penagih ditetapkan untuk menagih sampai sebulan, maka hutang sejumlah itu dibayar kepada penagih (riwayat Ibnu Majah). أ ن ال نب ي ص م ا م ت ن ع م ن ال صلا ة ع ل ى م ن ع ل ي ه د ي ن ف ق ال أ ب و ق ت اد ة ص لى 14 ع ل ي ه ي ا ر س و ل الل ه و ع ل ي د ي ن ه ف ص ل ع ل ي ه (رواه البخارى) Bahwa Nabi SAW. tidak mau shalat mayit pada mayit yang masih punya hutang, maka berkata Abu Qatadah: Shalatlah atasnya ya Rasulullah, sayalah yang menanggung utangnya, kemudian Nabi menyalatinya (Riwayat Bukhari). ع ن ج اب ر ر ض ي االله ت ع الى ع ن ه قال: ت و فى ر ج ل م نا ف غ سل ن ا ه و ح نط ن ا ه و آ ف ناه ث م ا ت ي ن اب ه ر س ل ا الله ف ق ل ن ات ص لى ع ل ي ه ف خ ط اخ ط ا. ث م ق ا ل أ ع ل ي ه د ي ن ف ق ل ن ا د ي ن ار ا ن ف ان ص ر ف ف ت ح مل ه ا ا ب وق ت اد ة. ف ا ت ي ن اه. ف ق ال ا ب وق ت اد ة: ال دي ن ار ان ع ل ي ف ق ا ل ر س و ل ا الله ص لى االله ع ل ي ه و س ل م ح ق الغ ر ي م و ب ر ئ م ن ه ما الم يت ق ال: ن ع م. ف ص لى ع ل ي ه. (رواه أحمدوأبوداودوالنساي ى وصح حه ابن حبان والحاآم) Dari Jabir r.a. beliau berkata : Seorang lelaki di antara kami meninggal dunia, lalu setelah kami memandikannya, mewangikannya, dan mengafaninya, kemudian kami membawanya kepada Rasulullah Saw., lalu kami berkata : Engkau s halati dia: lalu setelah dia melangkah beberapa langkah, kemudian beliau bertanya : Apakah dia mempunyai hutang? Kami menjawab : Dua dinar. Lalu beliau pergi. Setelah hutangnya ditanggung oleh Abu Qatadah, lalu kami mendatangi beliau lagi. Lalu Abu Qatadah berkata : hutangnya dua dinar itu menjadi tanggungan saya: lalu Rasulullah Saw. bersabda : Wajib bagi kamu hutangnya itu dan orang mati itu sudah bebas dari utang dua dinar itu. Kata Abu Qatadah : Ya. Lalu beliau s alati dia. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan An Nasa I dan dinilai S}ahih oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim. 15 14 Abi Adullah Muhammad bin Ismail al Bukhari, Sahih Al-Bukhari Vol.3, hlm.183. 15 As San ani, Subulus Salam, Indonesia. Abu Bakar Muhammad, hlm. 218.

22 16 (رواه البيهقي) Tidak ada kafalah dalam had (Riwayat Baihaqi) لا آ ف ا ل ة ف ى ح د C. Macam-macam Akad Kafalah 1. Menurut Mazhab Maliki a. Kafalah al ma>l, jika seseorang menanggung orang lain atas hartanya, maka dia benar-benar menanggungnya. b. Kafalah al wajhi, yaitu jaminan yang wajib mendatangkan orang yang berhutang yang mempunyai hutang dan jaminan itu tidak sah atas harta yang lain. c. Kafalah at}-t}alib, jaminan pencarian yaitu wajib bagi orang yang menjamin mencari orang yang berhutang dan memeriksanya. 2. Menurut Maz hab Hanbali b. Kafalah ad-duyun as -s abitah, jaminan orang yang berhutang yang tetap, jika seseorang menangung hutang atas orang lain maka dia memang benar-benar menanggung hutang tersebut, seperti menanggung hutang asli, maka hutang itu tidak berpindah dari tanggungan orang yang menanggung kepada orang yang menjamin, akan tetapi hutang itu tetap menjadi tanggungan penghutang, dan penghutang bukan menjadi dua orang. Tetapi jika orang yang dijamin sudah bebas jaminan, maka orang yang menjamin juga bebas karena dia ikut pada orang yang ditanggung. 16 Ibid, hlm. 223.

23 c. Jaminan yang dita wil atau diartikan dengan kewajiban dan jika tidak merupakan sebuah pekerjaan wajib maka itu disebut dengan barang gasab (memakai tanpa izin) dan pinjaman, contoh dari barang-barang yang tidak wajib itu adalah dalam tanggungan orang yang gasab (memakai tanpa izin) atau orang yang meminjam pekerjaan, akan tetapi itu dita wilkan dengan kewajiban karena wajib mengembalikan kepada pemiliknya selagi masih ada. Jika rusak maka wajib mengganti sesuai harganya, arti jaminan barang-barang ini adalah jaminan mengembalikannya atau jaminan ketika rusak. d. Jaminan orang yang berhutang yang wajib pada masa yang akan datang dengan menanggung apa yang seharusnya dibuat jaminan atau tanggungan seperti hutang. e. Jaminan menghadirkan orang yang mempunyai hak harta. 3. Menurut Maz hab Syafi i Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Maz hab Syafi i diatas, kafalah terdiri atas tiga macam, yaitu : a. Al-kafalat al-dayn, yaitu kewajiban membayar hutang yang menjadi beban orang lain. Dalam h}adis Salamah bin Akwa bahwa Nabi Saw. Tidak mau mens}alatkan mayat yang mempunyai kewajiban membayar hutang, kemudian Qatadah r.a berkata:

24 17 ص لى ع ل ي ه ي ا ر س و ل االله و ع ل ي د ي ن ه ف ص ل ع ل ي ه Shalatkanlah dia dan saya akan membayar hutangnya, Rasulullah kemudian menshalatkannya. Artinya yaitu bahwa orang yang menjamin itu wajib atau harus menanggung hak-hak orang yang dihutangi seperti halnya menanggung hutang, dan jika salah satunya sudah membayar maka bebas atas tanggungan yang lain, ini sesuai dengan arti sabda Nabi : Kewajiban itu adalah hak yang tetap. b. Jaminan mengembalikan barang yang dijamin seperti barang yang di gasab (memakai tanpa izin) dan barang yang dipinjam. c. Al-kafalat al-abdan, penjamin wajib menghadirkan seseorang yang mempunyai tanggungan. Misal, jika ada Zaid itu hutangnya ditanggung Amin maka itu sah bagi Khalid menjamin dengan menghadirkan orang yang berhutang ketika ada hajat, dan jaminan ini dinamakan dengan kafalah, kafalah itu khusus jaminan selamanya/seumur hidup. 4. Menurut Sayyid Sabiq Secara garis besar, kafalah dibagi menjadi dua bagian, yaitu kafalah dengan jiwa dan kafalah dengan harta. 18 Kafalah dengan jiwa dikenal juga dengan kafalah bi al-wajhi, yaitu adanya keharusan pada pihak penjamin 17 Ibid, Sahih Al-Bukhari Vol.3, hlm.183. 18 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Jilid 3, hlm 285.

25 untuk menghadirkan orang yang ia tanggung kepada yang ia janjikan tanggungan (Makful lahu). Penanggungan (jaminan) yang menyangkut masalah manusia boleh hukumnya. Orang yang ditanggung tidak mesti mengetahui permasalahan karena kafalah menyangkut badan bukan harta. Penanggungan tentang hak Allah, seperti had al-khamar dan h}ad menuduh zina tidak sah, sebab Nabi Saw. Bersabda: 19 لا آ ف ال ة ف ى ح د (رواه البيهقى) Tidak ada Kafalah dalam had (Riwayat al-baihaqi). Alasan berikutnya ialah karena menggugurkan dan menolak h}ad adalah perkara syubhat. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan jaminan yang dapat dipegang dan tidaklah mungkin h}ad dapat dilakukan, kecuali oleh orang yang bersangkutan. Menurut sahabat-sahabat Asy Syafi i berpendapat bahwa kafalah dinyatakan sah dengan menghadirkan orang yang terkena kewajiban menyangkut hak manusia, seperti qis}as} dan qaz af karena kedua hal tersebut menurut Syafi iyah termasuk hak yang lazim. Bila menyangkut had yang telah ditentukan oleh Allah, maka hal itu tidak sah dengan kafalah. Ibnu Hazm menolak pendapat tersebut. Menjamin dengan menghadirkan badan pada pokoknya tidak boleh, baik menyangkut persoalan 19 Ibid, Subulus Salam, hlm. 223.

26 harta maupun menyangkut masalah had. Syarat apa pun yang tidak terdapat dalam kitabullah adalah bat}il. Cara melihat persoalan ini adalah: kita tanyakan orang yang mengatakan sahnya kafalah bi al wajhi (d}aman bil wajhi) saja; bagaimana kalau orang yang dijamin itu tidak ada, apa yang akan kalian lakukan? Apakah kalian akan mengharuskannya menanggung denda? Ini berarti tindakan yang salah dan memakan harta dengan bat}il, karena dia tidak dapat memenuhi jaminannya. Ataukah kalian membiarkannya? Ini berarti kalian menggugurkan d}aman bil wajhi. Ataukah kalian yang membayar permintaannya? Ini namanya pengkafalahan yang menyusahkan untuk apa yang ia tidak mampu melaksanakannya dan pembebanan apa yang sama sekali tidak dibebankan oleh Allah. Demikian Ibnu Hazm Namun demikian, sebagian ulama membenarkan adanya kafalah jiwa dengan alasan bahwa Rasulullah Saw. pernah menjamin urusan tuduhan. Namun, menurut Ibnu Hazm bahwa hadis yang menceritakan tentang penjaminan Rasulullah Saw. Pada masalah tuduhan adalah bathil karena hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibrahim bin Khaitsam bin Arrak, dia adalah d}aif dan tidak boleh diambil periwatannya. Jika seseorang menjamin akan menghadirkan seseorang, maka orang tersebut wajib menghadirkannya. Bila ia tidak dapat menghadirkannya, sedangkan penjamin masih hidup atau penjamin itu sendiri berhalangan hadir,

27 menurut Mazhab Maliki dan penduduk Madinah penjamin wajib membayar utang orang yang ditanggungnya. Dalam hal ini Rasulullah Saw. Bersabda: الز ع ي م غ ار م (رواه 20 ابو داد) Penjamin adalah berkewajiban membayar (Riwayat Abu Dawud). Sedangkan menurut Mazhab Hanafi bahwa penjamin (kafil atau dhamin) harus ditahan sampai ia dapat menghadirkan orang tersebut atau sampai penjamin mengetahui bahwa as}iil telah meninggal dunia, dalam keadaan demikian penjamin tidak berkewajiban membayar harta, kecuali ketika menjamin mensyaratkan demikian (akan membayarnya). Menurut Mazhab Syafi i, bila as}iil telah meninggal dunia, maka kafiil tidak wajib membayar kewajibannya karena ia tidak menjamin harta, tetapi menjamin orangnya dan kafil dinyatakan bebas tanggung jawab. Kafalah yang kedua ialah kafalah harta, yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh d}amin atau kafiil dengan pembayaran berupa harta. Kafalah harta ada tiga macam, berikut ini: a. Kafalah bi al-dayn, yaitu kewajiban membayar hutang yang menjadi beban orang lain. Dalam hadis Salamah bin Akwa bahwa Nabi Saw. Tidak mau menshalatkan mayat yang mempunyai kewajiban membayar hutang, kemudian Qatadah r.a berkata: ص لى ع ل ي ه ي ا ر س و ل ا الله 21 و ع ل ي د ي ن ه ف ص ل ع ل ي ه 20 Ibid, Sunan abu Daud Jilid 2, hlm. 503. 21 Ibid, Sahih Al-Bukhari Vol.3, hlm.183.

28 S}alatkanlah dia dan saya akan membayar hutangnya, Rasulullah kemudian mens}alatkannya. Dalam Kafalah hutang disyaratkan sebagai berikut. 1) Hendaklah nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya transaksi jaminan, seperti hutang Qirad}, upah dan mahar, seperti seseorang berkata, Juallah benda itu kepada A dan aku berkewajiban menjamin pembayarannya dengan harga sekian, maka harga penjualan benda tersebut adalah jelas. Hal ini disyaratkan menurut Mazhab Syafi i, sementara Abu Hanifah, Malik, dan Abu Yusuf berpendapat boleh menjamin sesuatu yang nilainya belum ditentukan. 2) Hendaklah barang yang dijamin diketahui menurut Mazhab Syafi i dan Ibnu Hazm bahwa seseorang tidak sah menjamin barang yang tidak diketahui, sebab itu perbuatan tersebut adalah garar. Sementara abu Hanifah, Maliki, dan Ahmad berpendapat bahwa seseorang boleh menjamin sesuatu yang tidak diketahui. b. Kafalah dengan penyerahan benda, yaitu kewajiban menyerahkan bendabenda tertentu yang ada di tangan orang lain, seperti mengembalikan barang yang digasab dan menyerahkan barang jualan kepada pembeli. Disyaratkan materi tersebut yang dijamin untuk as}iil seperti dalam kasus gasab. Namun, bila bukan berbentuk jaminan, kafalah batal.

29 c. Kafalah dengan darak maksudnya, bahwa barang yang didapati berupa harta yang terlalu lama atau karena hal-hal lainnya, maka ia (pembawa barang) sebagai jaminan untuk hak pembeli pada penjual. Seperti jika terbukti barang yang dijual adalah milik orang lain atau barang tersebut adalah barang gadai. D. Rukun dan Syarat-Syarat Kafalah Menurut Mazhab Hanafi, rukun kafalah satu, yaitu ijab dan qabul. Sedangkan menurut para ulama yang lainnya rukun dan syarat kafalah sebagai berikut. 1. D}amin, kafil atau za im, yaitu orang yang menjamin dimana ia disyaratkan sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan hartanya (mahjur) dan dilakukan ddengan kehendaknya sendiri. 2. Mad{mun lah, yaitu orang yang berpiutang, syaratnya ialah bahwa yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin. Mad{mun lah disyaratkan dikenal oleh penjamin karena mansia tidak sama dalam hal tuntunan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan. 3. Mad}mun anhu atau makful anhu adalah orang yang berhutang. 4. Mad}mun bih atau makmul bih adalah utang, barang atau orang, disyaratkan pada makful bih dapat diketahui dan tetap keadaanya, baik sudah tetap maupun akan tetap.

30 5. Lafaz, disyaratkan keadaan lafaz itu berarti menjamin, tidak digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara. E. Pelaksanaan Kafalah Al-Kafalah dapat dilaksanakan dengan tiga bentuk, yaitu (a) munjaz (tanjiz), (b) mu allaq (ta liq) dan (c) mu aqqat (tauqit) Munjaz (tanjiz) ialah tanggungan yang ditunaikan seketika, seperti seorang berkata Saya tanggung si Fulan dan saya jamin si Fulan sekarang, lafaz -lafaz yang menunjukkan al-kafalah menurut para ulama adalah seperti lafaz : Tah}ammaltu, d}amintu, ana kafil laka, ana za im, huwa laka indi atau huwa laka alaya. Apabila akad penanggungan terjadi, maka penanggungan itu mengikuti akad hutang, apakah harus dibayar ketika itu, ditangguhkan, atau dicicil, kecuali disyaratkan pada penanggungan. Mu allaq (ta liq) adalah menjamin sesuatu dengan dikaitkan pada sesuatu, seperti seorang berkata, Jika kamu menghutangkan pada anakku, maka aku yang akan membayarnya atau Jika kamu ditagih pada A, maka aku yang akan membayarnya, seperti firman Allah : (72 و ل م ن ج ا ء ب ه و أ ن ا ب ع ي ر ب ه ح م ل ز ع ي م (يو سف : Dan barangsiapa yang dapat mengembalikan piala raja, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan Aku menjamin terhadapnya". (QS. Yusuf: 72) 22 22 Ibid, Al Qur an dan Terjemahannya (Edisi Baru), hlm. 329.

31 Mu aqqat (Tauqit) adalah tanggungan yang harus dibayar dengan dikaitkan pada suatu waktu, seperti ucapan seseorang, Bila ditagih pada bulan Ramadhan, maka aku menanggung pembayaran utangmu, menurut maz hab Hanafi penanggungan seperti ini sah, tetapi menurut Mazhab Syafi i batal. Apabila akad telah berlangsung maka mad}mun lah boleh menagih kepada kafil (orang yang menanggung beban) atau kepada mad}mun anhu atau makful anhu (yang berhutang), hal ini dijelaskan oleh para ulama jumhur. F. Rujuk Kafiil Kepada Orang Yang Ia Jamin 23 Apabila orang yang menjamin memenuhi kewajibannya untuk orang yang ia jamin (mad}mun anhu) berupa hutang, ia boleh kembali kepadanya apabila pembayaran (pemenuhan kewajiban) itu atas izinnya. Karena ia telah mengeluarkan harta untuk kepentingan hal yang bermanfaat bagi si mad}mun anhu dengan izinnya. Dalam hal ini keempat imam sepakat. Namun demikian mereka berbeda pendapat dalam hal apabila seseorang menjamin orang lain tanpa perintahnya, sedangkan ia (penjamin) sudah membayarkannya. Dalam hal-hal ini, sebagai berikut: Menurut Asy Syafi i, dan Abu Hanifah: ini Sunnah. Ia tidak mempunyai hak untuk rujuk kepadanya (kepada mad}mun anhu). Menurut yang masyhur dalam maz hab Maliki: bahwa ia berhak untuk berujuk kepada si mad}mun anhu. 23 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, hlm. 163-164

32 Menurut riwayat dari Ahmad ada dua pendapat. Sedangkan Ibnu Hazm mengatakan: Tidak ada hak kembali bagi si penjamin (d{amin) untuk apa ia telah bayarkan, baik atas perintah si madmun anhu atau tanpa perintahnya. Kecuali madmun anhu meminta diqirad}kan. Lebih lanjut Ibnu Hazm mengatakan: Ibnu Abi Laila, Ibnu Syabramah, Abu Tsaur dan Abu Sulaiman berpendapat seperti pendapat kami. G. Berakhirnya Akad Kafalah Mengenai akhir dari akad kafalah dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan objeknya yaitu: 1. Kafalah atas Hutang Kafalah ini dinyatakan berakhir dengan adanya pembayaran hutang baik dari kafil maupun dari as}i>l kepada pemilik piutang a. Pembebasan dari pemilik piutang. Jika yang dibebaskan adalah as}i>l maka dengan sendirinya kafi>l, maka as}i>l tetap menanggung hutang karena pembebasan bagi kafi>l adalah pembebasan dari tuntutan bukan pembebasan dari hutang. b. Jika kreditur meninggal dunia dan ia mewariskan hartanya pada kafi>l, maka ia berkah menuntut pada as}i>l. Jika ia mewariskan kepada as}i>l maka kafi>l dengan sendirinya bebas dari tuntutan.

33 c. Kreditur memindahkan tanggungan kepada orang lain. 2. Kafalah atas Badan a. Adanya penyerahan dari kafi>l kepada makful lah atau as}i>l menyerahkan dirinya sendiri; b. Makful lah menggugurkan hak tuntutannya. 3. Kafalah atas barang a. Penyerahan barang baik dari as}i>l maupun dari kafi>l kepada makful lah b. Pembebasan dari makful lah 24 H. Tuntutan Menurut Ibn Hazm, Ibn Abi Laila, Ibnu Syubrumah, Abu Tsaur dan Abu Sulaiman, Kafi>l tidak mempunyai hak sama sekali untuk menuntut as}i>l meskipun pembayaran itu atas seizin dari as}i>l karena kafalah bertujuan untuk membebaskan as}i>l kepada kafi>l. 25 Dalam suatu akad kafalah, jika pembayaran hutang itu ada niat untuk timbulnya hak tuntutan kafiil kepada as}i>l, maka ada beberapa syarat: 1. Hendaknya akad dan pembayaran hutang itu atas izin as}i>l, ini menurut pendapat Maliki, Syafi i dan Abu Yusuf. Menurut Imam Abu Hanifah harus 24 Wahbah al Zuhaily, Fiqh al Islam wa adillatuh jilid 5, hlm. 152-155. 25 Ibid, hlm. 160.

34 disertai dengan akad yang yang jelas. Jika hanya berkata, aku menjamin atas pembayaran hutang si Fulan maka tidak sah. Seharusnya Kafi>l berkata, aku menjamin atas pembayaran hutang si Fulan dan aku berhak untuk menuntut kembali atas pembayaran itu. Bahkan jika as}i>l tidak mau untuk memenuhi tuntutan as}i>l maka, kafi>l tidak mempunyai hak untuk memenjarakannya. 2. Akad dengan seizin as}i>l namun pembayarannya tidak seizin as}i>l. Menurut Maliki dan Syafi i Kafi>l tetap berhak untuk menuntut as}i>l karena dengan adanya akad itu maka telah jelas bahwa as}i>l mengizinkan atas pembayarannya. 3. Jika akad tidak seizin as}i>l dan pembayaran atas seizin as}i>l, kafi>l berhak juga untuk menuntut karena dengan adanya izin pembayaran maka akad Kafalah dinyatakan telah sah. 4. Akad dan pembayaran tidak seizin as}i>l a. Menurut Maliki dan Abdullah bin Hasan dan Ishak, Kafi>l boleh menuntut as}i>l jika kafi>l benar-benar telah memenuhi kewajibannya untuk membayar hutang, karena menurut Imam Maliki membayar hutang hukumnya adalah wajib. b. Menurut Syafi i dan Hanafi, kafi>l itu tidak boleh menuntut as}i>l karena tidak ada izin dari as}i>l. Menurut kedua ulama tersebut, pembayaran hutang yang tanpa seizin as}i>l diibaratkan sedekah, oleh karena itu kafi>l tidak berhak menuntut pengembalian atas hutang itu.

35 Apabila terjadi suatu kasus debitur membayar hutangnya kepada kreditur tanpa sepengetahuan penjamin, kemudian penjamin membayar pula pada kreditur, maka penjamin tidak berhak menuntut apapun dari debitur, tetapi ia berhak menuntut pada kreditur selaku pihak yang langsung berhubungan dalam pembayaran hutang tersebut. I. Hukum Kafalah 26 1. Apabila orang yang ditanggung tidak ada atau gaib, kafi>l berkewajiban menjamin. Dan ia tidak dapat keluar dari kafalah, kecuali dengan jalan memenuhi hutang darinya atau dari as}i>l. Atau dengan jalan orang yang menghutangkan menyatakan, bebas untuk kafi>l dari hutang, atau ia mengundurkan diri dari kafalah. Dia berhak mengundurkan diri, karena itu persoalan haknya. 2. Adapun menjadi hak makful lahu atau orang yang menghutangkan memfasakh akad kafalah dari pihaknya, sekalipun orang yang makful anhu dan kafi>l tidak rela. Karena hak memfasakh ini bukan milik makful anhu dan bukan si kafi>l. J. Aplikasi kafalah dalam Perjanjian Modern. 26 Ibid, Fiqih Sunnah 13, hlm. 164.

36 Dalam perkembangannya, konsep kafalah sekarang ini dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, semakin bervariasi dan pihak yang terlibat juga semakin banyak. Salah satunya adalah program penjaminan yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh LPS dan Bank Indonesia. dalam program ini Bank Indonesia dan LPS secara bersama-sama melakukan upaya untuk melindungi hak para nasabah penyimpan dana jika sewaktu-waktu terjadi likuidasi pada bank yang bersangkutan. Dalam program ini pihak yang terlibat tidak hanya terdiri dari tiga orang, akan tetapi terdiri dari banyak pihak dengan tugas yang berbeda-beda pula. Namun unsur yang terkandung dalam program penjaminan itu tidaklah berbeda jauh dengan unsur yang terkandung dalam akad kafalah. Dalam perjanjian modern ini didasari oleh h}adis yang diriwayatkan oleh At Tabrani dalam kitab Al Kabir dari Zadzan, dari Salman, dijelaskan: أ م ر ن ا ر س ول االله ص ل االله عليه وسلم ا ن ن ف د ي س ي اي ا الم سل م ي ن و ن ع ط ي س اي له م ث م ق ل م ن ت ر ك مالا ف ل و رث ت ه و م ن تر ك د ي ن ا ف ع ل ى و ع ل ى الو لا ة م ن ب ع د ي ف ى ب ي ت م ال الم س ل م ي ن 27 Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kami untuk menebus beberapa tawanan muslim, supaya kamu memberikan sesuatu kepada peminta-minta yang muslim, kemudian beliau bersabda: Barangsiapa yang meninggalkan harta, maka harta peninggalannya itu untuk ahli warisnya dan barang siapa yang mati meninggalkan hutang, maka wajib atas saya melunasinya dan wajib atas semua (orang yang mati) yang diambil dari Baitul Mal orang-orang muslim. 27 Ibid, Subulus Salam, hlm. 221.

37