Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: DWI ARY MURTININGSIH J 410 080 004 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ARTIKEL PENELITIAN Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kejadian Stroke Usia Dewasa Muda di RSUD Dr. Moewardi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I Nama : Tri Puji Kurniawan, SKM. M.Kes NIP/NIK : Pembimbing II Nama : Farid Setyo Nugroho, SKM NIP/NIK : Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : DWI ARY MURTININGSIH NIM : J 410 080 004 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi : PENGARUH LUAS VENTILASI TERHADAP KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO TAHUN 2013 Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, Oktober 2014 Pambimbing I Pembimbing II Tri Puji Kurniawan, SKM. M.Kes Farid Setyo Nugroho, SKM Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 2
Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 Dwi Ary Murtiningsih 1, Tri Pujikurniawan *, Farid Setyo Nugroho 2* 1 Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, faktor lingkungan mendukung penularan bakteri penyebab tuberkulosis. Prevalensi TB sebesar 244 per100.000 dan angka kematian akibat TB sebesar 39 per100.000 (Global Tuberculosis Control, 2009). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2010 ditemukan 38 kasus TB, tahun 2011(28 kasus TB) dan tahun 2012 (39 kasus). Data Puskesmas Sukoharjo menunjukkan tahun 2010 ditemukan 25 kasus, tahun 2011 (26 kasus), tahun 2012 (46 kasus) dan data terakhir tahun 2013 bulan Januari sampai November tercatat 47 kasus TB dengan satu kasus meninggal dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh luas ventilasi terhadap kejadian tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. Metode penelitian menggunakan observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 46 kasus TB. Sampel dalam penelitian ini adalah 24 kasus dan 24 kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Teknik Random Sampling. Uji statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan luas ventilasi (p=0,000), kelembaban ruang tidur (p=0,000), dan ada hubungan pencahayaan ruang tidur (p=0,000) terhadap kejadian tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. Kata kunci: Tuberkulosis (TB), Angka Kejadian TB, Faktor Lingkungan. ABSTRACT Tuberculosis (TB) is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis, environmental factors support the transmission of bacteria that cause tuberculosis. TB prevalence of 244 per100.000 and mortality due to TB of 39 per100.000 (Global Tuberculosis Control 2009). Based on data from the District Health Office Sukoharjo in 2010 found 38 cases of tuberculosis, in 2011 (28 cases of TB) and in 2012 (39 cases). Data show the year 2010 public health center in Sukoharjo found 25 cases in 2011 (26 cases), in 2012 (46 cases) and recent data in 2013 from January to November were 47 cases of TB recorded with one case died. This study aims to analyze the factors associated with the incidence of tuberculosis public health center in Sukoharjo. The
method uses an observational study with cross sectional approach. The study population 46 cases of Tuberculosis disease. The samples in this study were 24 cases and 24 controls. Simple random sampling. The statistic test using the Chi-square test. The results showed no association ventilation (p = 0.000), humidity chamber sleep (p = 0.000), and there is a bedroom lighting relationship (p = 0.000) on the incidence of tuberculosis in public health center in Sukoharjo. Keywords: Tuberculosis (TB), TB incidence figures, Environmental Factors. PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang telah lama di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini mampu bertahan dan berkembang dalam suhu lembab. Penyebaran penyakit ini melalui dahak (droplet) orang yang telah terinfeksi basil TB (Depkes RI, 2006). Kasus tuberkulosis tidak hanya ditemukan di Indonesia bahkan banyak negara besar yang mengalaminya, menunjukkan bahwa TB merupakan penyakit dunia yang masih sulit untuk dikendalikan (Depkes RI, 2006). Menurut hasil Laporan Riskesdas (2010), angka kesakitan Tuberkulosis Paru menyebar di lampir seluruh wilayah Indonesia. Periode Prevalance Tuberkulosis Paru pada tahun 2009/2010 (725 per100.000 penduduk). Berdasarkan Global Tuberkulosis Control tahun 2009 (data tahun 2007), data menunjukkan angka prevalensi TB sebesar 244 per 100.000 penduduk (565.614 orang) sedangkan data Case Fatality Rate (CFR)/kematian akibat TB adalah sebesar 39 per 100.000 penduduk (250 orang/hari). Pada tingkat provinsi, CDR tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi utara (85,2%), diikuti
DKI Jakarta (81%) dan Banten sebesar 77,7% (Kemenkes, 2009). Data terbaru Kemenkes (2010), Jawa Tengah menempati urutan ke-19 dari 33 provinsi untuk angka penemuan suspek TB di seluruh Indonesia. Penemuan kasus TB dengan BTA Positif baru di Jawa Tengah tahun 2007 sebanyak 17.318 penderita (Case Detection Rate/CDR, 49,82%), dari penemuan jumlah kasus tersebut mengalami penurunan sebesar 1,1% jika dibandingkan dengan penemuan kasus tahun 2005 yang mencapai 50,92% (Dinkes Jawa tengah, 2007). Data terbaru tahun 2010 angka kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk. Angka kematian (CFR) TB Paru sebesar 2,3% dibawah target Jawa Tengah yaitu 3%, kondisi ini disebabkan oleh kesadaran penderita untuk minum obat secara teratur mengalami peningkatan dilihat dari capaian kesembuhan sebesar 90,57% (Bapeda Jawa Tengah, 2013) Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa data penderita TB di Kabupaten Sukoharjo dalam kurun tiga tahun terakhir menunjukkan data yaitu pada tahun 2010 terdapat 38 kasus mengalami penurunan sebesar 26% pada tahun 2011 menjadi 28 kasus. Tetapi kemudian pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan kasus sebesar 40% yaitu dari 28 kasus menjadi 39 kasus baru (Dinkes Sukoharjo, 2012). Berdasarkan data Puskesmas Sukoharjo tiga tahun terakhir dimulai dari tahun 2010 sampai 2012 yaitu data pasien penderita TB tahun 2010 yaitu sebanyak 25 orang, meningkat sebesar 2% yaitu menjadi 26 orang dengan satu kasus ditemukan meninggal dunia pada tahun 2011 dan pada tahun 2012
meningkat sebesar 9,2% menjadi sebanyak 46 orang dengan dua kasus ditemukan meninggal dunia. Data terbaru tahun 2013, dari bulan Januari sampai bulan November tercatat ada 47 kasus TB Paru dengan satu kasus ditemukan meninggal dunia. Dari data yang diperoleh angka kejadian kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo mengalami peningkatan sebesar 2% dari tahun 2012 sebanyak 46 kasus menjadi 47 kasus pada tahun 2013 (Puskesmas Sukoharjo, 2013). Sedangkan untuk kejadian TB paru berdasarkan usia lebih banyak menyerang orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Berdasarkan hasil penelitian Fatimah (2008) menunjukkan bahwa ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 4,932 kali lebih besar terjadi TB jika dibandingkan dengan rumah yang memenuhi syarat. Faktor pencahayaan, menurut penelitian pada dasarnya dapat membunuh kuman TB. Pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat beresiko 4,214 kali terkena TB dibandingkan rumah yang memenuhi syarat. Faktor kelembaban, tingkat kelembaban masih berkaitan dengan kepadatan dan ventilasi rumah. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan Case Control. Penelitaian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita TB Paru yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. Pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 48 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data digunakan untuk mengetahui Pengaruh luas ventilasi kamar tidur penderita terhadap kejadian Tuberkulosis di wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo dengan uji chi-square. HASIL Puskesmas Sukoharjo merupakan Puskesmas yang berada di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Sukoharjo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 105 m 2 diatas permukaan laut dengan luas wilayah 4.458 Ha, terdiri dari 14 Kelurahan. Jumlah penduduk Kecamatan Sukoharjo berdasarkan data monografi Kecamatan Sukoharjo Tahun 2013 tercatat sejumlah 87.171 jiwa, terdiri dari 43.426 laki-laki dan 43.735 perempuan (Kecamatan Sukoharjo, 2013). Karakteristik responden berdasarkan usia pada kategori anak-anak pada kelompok kasus sebanyak 4 (16,7%) dan kelompok kontrol sebanyak 0 (0%). Demikian juga dengan kategori dewasa pada kelompok kasus sebanyak 20 (83,3%), dan kelompok kontrol 24 (100%). Berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa kategori laki-laki pada kelompok kasus sebanyak 17 (70,8%) dan kelompok kontrol sebanyak 14 (58,3%). Dan untuk kategori wanita pada kelompok kasus sebanyak 7 (29,2%), dan kelompok kontrol 10 (41,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa pada kategori responden tidak sekolah pada kelompok kasus sebanyak 9 (37,5%), SD sebanyak 6 (25%), SMP sebanyak 6 (25), SMA sebanyak 3 (12,5%) dan DIII/S1 sebanyak 0 (0%). Sedangkan untuk kelompok kontrol pada kategori responden tidak sekolah sebanyak 0 (0%), SD sebanyak 2 (8,3%), SMP
sebanyak 4 (16,7%), SMA sebanyak 13 (54,2), dan DIII/S1 sebanyak 5 (20,8%). Luas ventilasi rumah merupakan lubang angin yang digunakan untuk keluar masuk angin ke dalam rumah. Distribusi luas ventilasi rumah responden yang memenuhi syarat lebih dari 10% sebesar 54,2% sedangkan yang tidak memenuhi syarat kurang dari 10% sebesar 45,8%. Luas Kejadian TB Ventilasi Kasus Kontrol Ruang N % N % OR CI ρ <10% 19 79,2 3 12,5 0,038 0,006-0,000 >10% 5 20,8 21 87,5 0,179 Total 24 100 24 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas ventilasi ruang memenuhi syarat (lebih dari 10%) dari kelompok kasus sebanyak 5 orang (20,8%) dan kelompok kontrol sebanyak 21orang (87,5%). Sedangkan untuk luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat (kurang dari 10%) dari kelompok kasus sebanyak 19 orang (79,2%) dan dari kelompok kontrol sebanyak 3 orang (12,5%). Nilai ρ = 0,000<0,05, maka dapat dapat disimpulkan ada hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian tuberkulosis. Faktor risiko kejadian Tuberkulosis adalah luas ventilasi, dengan nilai OR=0,038. Dapat diartikan bahwa luas ventilasi dapat mencegah terjadinya Tuberkulosis 0,038 kali. PEMBAHASAN Ventilasi merupakan salah satu faktor pendukung rumah sehat sebagai tempat pergantian udara dalam ruang. Ventilasi dalam rumah membantu
kualitas udara dalam ruangan, temperature ruang yang memenuhi syarat yaitu sebesar 18C - 30C dengan kelembaban udara sebesar 40%-70%. Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan, 14 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sukoharjo sebagian besar memiliki ventilasi. Ventilasi merupakan tempat pertukaran udara dari luar ke dalam rumah. Jumlah ventilasi yang cukup, belum tentu digunakan sebagai mana fungsinya. Hasil penelitian ini menunjukkan ventilasi pada kamar tidur di ruang responden penderita Tuberkulosis (kasus) sebesar 20,8% yang memenuhi syarat ventilasi yang baik, dan sebesar 79,2% ventilasinya tidak memenuhi syarat. Sedangkan untuk kontrol sebesar 87.5% ventilasinya memenuhi syarat dan sisanya 12.5% tidak memenuhi syarat. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sukoharjo, menunjukkan keadaan real dari tempat penelitian bahwa rumah responden yang positif tuberkulosis kurang memaksimalkan fungsi ventilasi sebagai ruang untuk pergantian udara. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna luas ventilasi rumah terhadap kejadian Tuberkulosis, hasil analisis bivariat melalui aplikasi SPSS menunjukkan hasil yang signifikan dengan menggunakan uji Chi-square di peroleh nilai ρ-value <0,05, nilai ρ=0,000. Nilai OR=0,038 hal ini dapat diartikan bahwa orang yang tinggal di rumah dengan luas ventilasi yang memenuhi syarat (lebih dari 10%) 0,038 kali dapat mencegah terjadinya Tuberkulosis. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Riswanto (2010) menunjukkan bahwa ventilasi yang kurang akan lebih berisiko terpapar
tuberkulosis. Ventilasi penting terdapat di dalam rumah sebagai tempat sirkulasi udara. Kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi ada tidaknya ventilasi yang tentu saja harus memenuhi syarat yaitu 10% lebih luas dari lantai. Menurut penelitian Fatimah (2008), ventilasi juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tuberkulosis. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Luas Ventilasi ruang tidur penderita mempengaruhi kejadian Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Tahun 2013 Saran Saran yang dapat diberikan: 1. Puskesmas Sukoharjo Pelaksanaan program penanggulangan tuberkulosis Puskesmas Sukoharjo meningkatkan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan tentang tuberkulosis mulai dari gejala sampai pencegahannya. 2. Peneliti Lain Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di Wilayah kerja Puskesmas
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, untuk lebih dapat dikembangkan lagi sebagai referensi pembuat kebijakan bagi pihak-pihak yang berwenang. 3. Masyarakat Memberi informasi kepada masyarakat terkait dengan faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran penyakit Tuberkulosis terutama faktor lingkungan rumah
DAFTAR PUSTAKA Ayomi, Andreas Christian. Onny Setiani, Tri Joko, Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dan Karakteristik Wilayah sebagai Determinan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11, No. 1, April 2012 Depkes RI. 2006. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Tahun 2006. Jakarta: Departemen Kesehatan Ripublik Indonesia. Dinkes Jawa Tengah, Strategi Pencegahan TB Paru Di Provinsi Jawa Tengah, Materi Rakernas Dinkes Jawa Tengah 2011. Dinkes Sukoharjo. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Dinkes Sukoharjo. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Dinkes Prov. Jateng. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Fatimah, S. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru Di Kabupaten Cilacap. [Tesis]. Semarang. Universitas Diponegoro Semarang. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika. Keman, Soedjajadi, 2005, Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman, Journal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005 Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2009. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis (TB). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Murtantiningsih dan Bambang Wahyono. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan Penderitaan Tuberkulosis Paru.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Hal: 44-50.2011. http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press. Noor, N. N. 2008. Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metode penelitian kesehatan edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. http://www.rumah.sehat.go.id, diakses 19 November 2013. Puskesmas Sukoharjo. 2012. Profil Kesehatan Puskesmas Sukoharjo Tahun 2011. Sukoharjo: Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Puskesmas Sukoharjo. 2013. Profil Kesehatan Puskesmas Sukoharjo Tahun 2012. Sukoharjo: Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Riskesdas. 2010. Analisis Kejadian Tuberkulosis di Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riswanto, B. 2010. Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau dari Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan. [Tesis]. Semarang. Universitas Diponegoro Semarang. Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tjandra Yoga. 2007. Diagnosis TB pada Anak Lebih Sulit. Mediakom Info Sehat untuk semua Departemen Kesehatan RI. Zuliana, Imelda. 2009. Pengaruh karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawasan Menelan Obat terhadap Tingkat kepatuhan Penderitaan TB Paru dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009. [Tesis]. Medan. Universitas Sumatera Utara.