BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 25 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengajuan Permohonan, Pemrosesan dan Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha. Mengingat : 1. Undang-Undang Gangguan (HO) Staatblats Nomor 226 Tahun 1926 Juncto Staatblats Nomor 14 dan Nomor 450 Tahun 1940. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 9) ; 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501) ; 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3689) ; 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;
2 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 653/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai ; 9. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 07 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pemakaian Tanah di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Timur ; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 25 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 28 Tahun 2002, tentang Retribusi Izin Gangguan. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TEMPAT USAHA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah kabupaten Ngawi 2. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Ngawi. 3. Bupati, adalah Bupati Ngawi. 4. Kepala Dinas, adalah Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal Kabupaten Ngawi. 5. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya, adalah Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Ngawi.
3 6. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya, adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Ngawi di kecamatan sewilayah Kabupaten Ngawi. 7. Pekerjaan Umum Bina Marga Jawa Timur Balai Pemeliharaan Jalan Madiun, adalah Balai Pemeliharaan Jalan Madiun di Ngawi. 8. Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha, adalah izin yang diberlakukan bagi orang pribadi atau badan yang akan mendirikan bangunan sebagai tempat kegiatan usaha. 9. Mendirikan Bangunan, adalah pekerjaan melaksanakan bangunan sebagian atau seluruhnya termasuk pekerjaan penggalian, menimbun atau meratakan tanah yang berkaitan dengan pekerjaan mengadakan bangunan. 10. Bangunan, adalah bangunan gedung beserta bangunan-bangunan yang secara langsung merupakan kelengkapan dari bangunan gedung tersebut dalam batas satu kepemilikan. 11. Bangunan Tempat Usaha, adalah bangunan gedung yang peruntukannya sebagai tempat usaha. 12. Bangunan Tempat Tinggal, adalah bangunan gedung yang peruntukannya sebagai tempat tinggal / kediaman. 13. Bangunan Tempat Tinggal dan Tempat Usaha, adalah bangunan gedung yang peruntukannya untuk tempat tinggal sekaligus tempat usaha. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah : a. sebagai pedoman dan landasan operasional pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha ; dan b. menjaga kualitas Bangunan Tempat Usaha untuk keamanan dan keselamatan penghuni bangunan. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah : a. mewujudkan bangunan tempat usaha yang aman bagi masyarakat ; dan b. tercapainya pengaturan Mendirikan Bangunan Tempat Usaha yang terencana, tertib, aman dan nyaman bagi keselamatan jiwa manusia yang memanfaatkannya.
4 BAB III KETENTUAN PERIZINAN Bagian Pertama Nama, Obyek, dan Subyek Izin Pasal 4 (1) Diwajibkan izin atas kegiatan Mendirikan Bangunan Tempat Usaha oleh orang pribadi atau badan dengan nama Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha,. (2) Obyek izin adalah suatu kegiatan Mendirikan Bangunan Tempat Usaha pada lokasi tertentu. (3) Subyek izin adalah orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan Mendirikan Bangunan Tempat Usaha. Bagian Kedua Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin Pasal 5 (1) Permohonan izin diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan serta melampirkan persyaratan, sebagai berikut : a. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku ; b. foto copy sertifikat tanah atau surat bukti kepemilikan tanah lainnya yang sah ; c. surat izin tertulis dari pemilik tanah apabila bangunan didirikan diatas tanah milik pihak lain ; d. gambar situasi, denah lokasi, gambar bangunan dan perhitungan konstruksi untuk bangunan bertingkat ; e. foto copy surat izin gangguan yang masih berlaku ; f. foto copy Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) untuk bangunan yang luasnya diatas 320 m2 (tiga ratus dua puluh meter persegi) ; g. surat pernyataan tentang barang yang disimpan bagi bangunan gudang ; h. rekomendasi dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan bagi bangunan yang didirikan diatas perairan umum ; dan i. surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga yang berbatasan langsung dengan lokasi bangunan. (2) Berkas permohonan selanjutnya disampaikan kepada petugas penerimaan Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal untuk didaftarkan. Bagian Ketiga Penerimaan Permohonan Izin Pasal 6 (1) Petugas penerimaan menerima dan meneliti permohonan izin yang diajukan oleh pemohon.
5 (2) Berkas permohonan yang kurang lengkap dan atau salah dikembalikan kepada pemohon untuk segera disempurnakan, paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima. (3) Berkas permohonan yang sudah benar dan lengkap, setelah dicatat dalam buku register penerimaan selanjutnya didistribusikan kepada Seksi Pemrosesan dan Penerbitan, dan pemohon diberikan bukti pengajuan permohonan izin. Bagian Keempat Pemrosesan dan Penerbitan Izin Pasal 7 (1) Petugas pemrosesan setelah meneliti dan mencatat berkas permohonan dalam register pemrosesan, selanjutnya seksi pemrosesan dan penerbitan menggolongkan permohonan Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu : a. Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha yang tidak memerlukan peninjauan lapangan ; dan b. Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha yang memerlukan peninjauan lapangan. (2) Bagi Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha yang tidak memerlukan peninjauan lapangan, seksi pemrosesan dan penerbitan langsung memproses bahan dan data permohonan izin guna penerbitan izin. (3) Bagi Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha yang memerlukan peninjauan lapangan, seksi pemrosesan dan penerbitan selanjutnya membuat undangan kepada dinas/instansi teknis terkait yang tergabung dalam Tim Pertimbangan Perizinan untuk mengadakan pemeriksaan. (4) Dalam pemeriksaan lapangan, setiap anggota Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berwenang menandatangani Berita Acara Pemeriksaan dan melaporkan hasil pemeriksaan kepada Koordinator Tim dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pemeriksaan lokasi. (5) Petugas pemrosesan dan penerbitan setelah menerima laporan hasil pemeriksaan dari koordinator Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4), selanjutnya menghitung dan menetapkan besarnya Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha serta melengkapi rekomendasi yang diperlukan dari Dinas teknis terkait. (6) Berdasarkan kelengkapan bahan dan data permohonan, berita acara pemeriksaan dan ketetapan retribusi serta rekomendasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Seksi Pemrosesan dan Penerbitan memutuskan : a. menyetujui permohonan izin ; atau b. menolak permohonan izin. Pasal 8 (1) Dalam hal permohonan izin disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (6), petugas pemrosesan dan penerbitan segera menyediakan naskah perizinan kepada Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal melalui Kepala Bidang Pelayanan I untuk ditetapkan dan ditandatangani.
6 (2) Seksi pemrosesan dan penerbitan, selanjutnya menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon untuk segera mengambil izin, plat nomor izin dan membayar retribusi izin dengan menunjukkan bukti pengajuan permohonan izin. (3) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat pemberitahuan dikirim, pemohon belum memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), resiko surat izin rusak atau hilang diluar tanggung jawab petugas. Pasal 9 (1) Dalam hal permohonan izin ditolak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (6), Seksi Pemrosesan dan Penerbitan segera menyediakan naskah surat penolakan izin kepada Kepala Bidang Pelayanan I. (2) Setelah surat penolakan ditandatangani oleh Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal, Seksi Pemrosesan dan Penerbitan segera menyampaikannya kepada pemohon. (3) Penolakan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan dasar antara lain : a. rencana bangunan melanggar garis sempadan jalan ; b. rencana bangunan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan teknis ; c. lokasi bangunan berada dalam kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannya ; dan/atau d. adanya pertimbangan-pertimbangan khusus sesuai perkembangan yang terjadi. Bagian Kelima Waktu Pemrosesan Izin Pasal 10 Waktu pemrosesan izin paling lama 3 (tiga) hari kerja, sejak permohonan izin diterima secara lengkap dan benar oleh petugas. Bagian Keenam Masa Berlakunya Izin Pasal 11 (1) Izin mendirikan bangunan tempat usaha berlaku selamanya, sepanjang bangunan tidak mengalami perubahan, dan atau penambahan. (2) Apabila terjadi perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemegang izin wajb melaporkan dan mengajukan permohonan perubahan izin secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku ; b. izin mendirikan bangunan tempat usaha yang masih berlaku ; c. foto copy izin gangguan yang masih berlaku ; dan d. keterangan tentang perubahan dan atau penambahan serta gambar bangunan. (3) Dalam hal-hal tertentu dapat diadakan pemeriksaan lapangan oleh petugas.
7 (4) Waktu pemrosesan perubahan izin paling lama 2 (dua) hari kerja, sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh petugas. (5) Dalam hal perlu diadakan pemeriksaan lapangan waktu pemrosesan perubahan izin paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh petugas. Bagian Ketujuh Pencabutan Izin Pasal 12 (1) Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha dapat dicabut atau dinyatakan tidak berlaku karena : a. izin dikembalikan oleh pemegang izin kepada Pemerintah ; b. pemegang izin meningggal dunia ; c. pembangunan tidak dilaksanakan setelah enam bulan sejak diterbitkannya izin ; d. peruntukan bangunan tidak sesuai dengan surat izin ; e. pemegang izin tidak melaporkan Perubahan atau penambahan bangunan yang berakibat bentuk bangunan tidak sesuai dengan gambar yang tercantum dalam dokumen izin ; f. lokasi bangunan tidak sesuai lagi dengan peruntukannya sebagaimana Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, dan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kecamatan dan atau yang berdampak besar terhadap lingkungan hidup ; g. melanggar ketentuan yang tercantum dalam surat izin ; atau h. obyek izin dipindahtangankan kepada pihak lain. (2) Dalam hal-hal tertentu untuk kepentingan negara dan atau kepentingan umum dan atau kelestarian lingkungan, Bupati melalui Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dapat membatalkan sebagian atau seluruhnya izin yang telah diterbitkan. (3) Akibat pencabutan maupun pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pemegang izin tidak berhak menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun kepada Pemerintah. (4) Dalam hal terjadi pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah berhak menutup lokasi usaha. BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 13 (1) Dalam hal surat izin hilang, rusak dan/atau tidak terbaca, maka pemegang izin wajib mengajukan permohonan penggantian salinan izin kepada Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemegang izin ; b. surat izin lama yang rusak atau tidak terbaca ; dan c. surat Kehilangan dari Kepolisian untuk izin yang hilang.
8 (3) Waktu pemrosesan penggatian salinan surat izin paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh petugas penerima. Pasal 14 (1) Dalam hal hal tertentu yang memerlukan legalisir Izin Mendirikan Bangunan Tempat Usaha, pemegang izin mengajukan permohonan legalisir izin secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dengan melampirkan persyaratan, sebagai berikut : a. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemegang izin ; b. foto copy izin dan menunjukkan aslinya ; dan c. surat keterangan tentang keperluan legalisir izin. (2) Waktu pemrosesan legalisir paling lama 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima oleh petugas penerima. BAB V PENUTUP Pasal 15 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Ngawi. Ditetapkan di Ngawi pada tanggal 8 September 2006 BUPATI NGAWI, Diundangkan di Ngawi pada tanggal 8 September 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGAWI, HARSONO MAS AGOES NIRBITO MOENASI WASONO BERITA DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 NOMOR 24