BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu modal awal proses menuju pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mutu peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. baik, menghadapi segala tantangan dan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

Arnot Pakpahan Surel :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh FENTI MIFTAHUL JANNAH ASMAUL KHAIR RAPANI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam produktivitas, efektivitas

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki iman dan akhlak yang kuat. 1. oleh sebagai penanggung jawab ketika terjadi hal-hal yang tidak sesuai

I. PENDAHULUAN. Karakterisktik siswa yang beragam selalu dihadapkan guru dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Manajemen kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran. Secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-perbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktifitas belajar bersama. Manajemen kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1 Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. 2 Pendidikan agama Islam yaitu usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, 1 Pupuh Fathurrohman,Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama), Hlm. 103. 2 Oemar, Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), Hlm. 9.

2 memikir, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. 3 Proses belajar yang adalah minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran dan hasil diskusi siswa dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), sedangkan hasil belajar adalah ketuntasan belajar siswa pada prestasi belajar kognitif. Peran guru sebagai motivator, harus mampu menciptakan suasana belajar yang dapat merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melaksanakan kegiatankegiatan sekolah dan dapat meningkatkan kecerdasan siswa. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam sebagai motivator adalah seorang pendidik yang berusaha merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melaksanakan kegiatan sekolah sesuai dengan ajaran Islam. Di dalam proses belajar-mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam pengetahuan, kemampuan sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Untuk itu, orang kemudian mengembangkan 3 Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Hlm.18.

3 berbagai pengetahuan, misalnya psikologi pendidikan, metode mengajar, pengelolaan pengajaran dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses belajar-mengajar itu. 4 Faktor peserta didik dianggap sebagai sesuatu yang menentukan pelaksanaan dan keberhasilan proses pembelajaran perbuatan belajar akan berhasil bila berdasarkan motivasi pada diri siswa. Siswa mungkin dapat dipaksa untuk melakukan sesuatu perbuatan, tapi ia tidak mungkin di paksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi tidak mungkin memaksanya untuk belajar dalam arti sebenarnya. Ini berarti tugas guru yang paling berat ialah berupaya agar siswa mau belajar dan memiliki keinginan belajar terus menerus. Secara umum guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Secara khusus guru perlu melakukan berbagai upaya tertentu secara nyata untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya. Salah satu upaya peningkatan motivasi belajar tersebut yaitu melakukan penggerakkan dengan metode discovery dari Brunei, yakni belajar melalui autonomy of self reward. Siswa memberi stimulasi terhadap dirinya sendiri, sehingga dia sendiri yang melakukan fungsi penggerakan tersebut. 4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Hlm.124.

4 Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa akan meningkat, apabila guru berupaya sekeras mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka memotivasi siswa agar belajar, antara lain: 1. Prinsip kebermaknaan, yaitu siswa termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang bermakna baginya. 2. Prasyarat, yaitu siswa lebih suka mempelajari sesuatu yang baru jika dia memiliki pengalaman prasyarat (prekuisit). 3. Model, yaitu siswa lebih suka memperoleh tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu model perilaku yang dapat diamati dan ditiru. 4. Komunikasi terbuka, yaitu siswa lebih suka belajar bila penyajian ditata agar supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pendapat siswa. 5. Daya tarik, yaitu siswa lebih suka belajar bila perhatiannya tertarik oleh penyajian yang menyenangkan/menarik.

5 6. Aktif dalam latihan, yaitu siswa lebih senang belajar bila dia dapat berperan aktif dalam latihan/praktik dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. 7. Latihan yang terbagi, yaitu siswa lebih suka belajar bila latihan-latihan dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek. 8. Tekanan instruksional, yaitu siswa lebih suka belajar bila tekanan/kewajiban dalam pengajaran dimulai dari yang kuat tetapi lambat laun semakin melemah. 9. Keadaan yang menyenangkan, yaitu siswa lebih suka belajar terus bila kondisi-kondisi pembelajaran menyenangkan baginya. 5 Dari penjelesan poin-poin di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa akan merasa senang dan termotivasi dalam belajar jika guru dapat menyampaikan pelajaran dengan cara yang menarik serta guru tersebut dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Faktor penghambat motivasi pembelajaran masih rendah Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal : 5 Oemar, Hamalik, Op-Cit., Hlm. 116.

6 Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan biologis serta faktor psikologis. Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non-sosial. 6 Berdasarkan pra survey yang peneliti lakukan, diperoleh gambaran mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam yaitu: Ibu Lismawati, M.Pd.I Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotivasi siswa dalam belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Saya juga memberi motivasi agar mereka terdorong untuk mewujudkan perilaku yang sesuai ajaran Islam secara keseluruhan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah SMA N 8 Bandar Lampung menerangkan bahwa guru pendidikan agama Islam menjalankan perannya para siswa secara keseluruhan baik, namun masih 6 Ibid.,Hlm.116.

7 ada siswa yang ramai sendiri pada saat guru menerangkan pelajaran suasana kelas yang belum terkondisikan pada saat guru memberikan tugas kepada siswa. 7 Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara pada saat pra survey terhadap guru agama Islam di SMA N 8 Bandar Lampung, diperoleh keterangan bahwa Guru agama Islam telah berupaya semaksimal mungkin menjalankan peran sebagai seorang guru dalam meningkatkan efektivitas terhadap mata pelajaran agama Islam. 8 Tabel 1 Peran Guru sebagai motivator belajar No Peran Guru Sering 1 Memperjelas tujuan yang ingin dicapai 2 Membangkitkan minat siswa 3 Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar 4 Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberasilan siswa 5 Berilah penilaian 6 Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa 7 Ciptakan persaingan dan kerja sama Indikator Kadangkadang Tidak pernah 7 Lismawati dan Zusmizawati, Guru Pendidikan Agam Islam dan Kepala Sekolah SMA 8 Bandar Lampung, Wawancara, Pada Tanggal 4 Maret 2017. 8 Lismawati, Guru Pendidikan Agam Islam SMA N 8 Bandar Lampung, Observasi, Pada Tanggal 4 Maret 2017.

8 9 Berdasarkan tabel di atas bahwa upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam rangka memotivasi belajar siswa adalah berkewajiban untuk memperjelas tujuan yang ingin dicapai, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberasilan siswa, memberi penilaian, memberi komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, menciptakan persaingan dan kerja sama. Dengan demikian memberi motivasi dimaksudkan agar dapat merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melaksanakan kegiatan sekolah dan dapat meningkatkan kecerdasan siswa. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat dijelaskan melalui penelitian ilmiah sebagai berikut: Melawati (2016) membahas tentang peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membina etos belajar siswa di SMA Negeri 1 Susukan Cirebon Kelas X. Semua guru mata pelajaran harus memberikan dorongan belajar agar peserta didik memiliki etos belajar yang baik. Begitupun dengan guru PAI yang mempunyai tanggung jawab dengan menyampaikan sesuatunya dengan benar sesuai dengan yang diajarkan Al- Qur an dan Hadits. Dengan adanya etos belajar diharapkan peserta didik dapat menumbuhkan semangat belajar tidak hanya pada mata pelajaran PAI, tetapi juga pada 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: PT Kencana, 2006), Hlm. 29-30.

9 mata pelajaran lainnya, dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran guru dalam membina etos belajar di SMA Negeri 1 Susukan. Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif pendekatan kualitatif dengan studi kasus di SMA Negeri 1 Susukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi, triangulasi dan analisis data. Peneliti menyimpulkan bahwa perencanaan etos belajar dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Susukan menumbuhkan etos belajar peserta didik dan dapat diterapkan dalam kesehariannya. 10 Nuryanto (2012) membahas tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di SMK Ganesa. Memiliki akhlak yang mulia merupakan tujuan pendidikan Islam yang paling tinggi. Untuk itu Setiap guru khususnya guru pendidikan agama Islam memiliki tanggung jawab untuk memberikan pembinaan akhlak pada para siswanya sehingga dapat melahirkan generasi cerdas yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berakhlakul karimah. Penelitian di SMK Ganesa Metro menunjukkan bahwa walaupun guru PAI telah berperan cukup baik dalam pembinaan akhlak siswanya, namun banyak siswa di SMK tersebut berakhlak kurang baik. Berdasarkan observasi partisipasi, wawancara, dan 10 Melawati Peran Guru Dalam Membina Etos Belajar Melalui Mata Pelajaran PAI Di Sekolah (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Susukan Cirebon Kelas X Semester Genap Periode Tahuan 2014-2015). Indonesian Journal of Islamic Education Cirebon (2016)

10 dokumentasi, ditemukan beberapa kendala yang dihadapi guru PAI dalam melakukan perannya sebagai pembina akhlak siswa SMK Ganesa Metro yaitu kurangnya kemauan dalam diri siswa untuk memperbaiki dirinya. Di sisi lain ada beberapa guru yang kurang mendukung upaya guru PAI, teman pergaulan siswa, dan kurangnya perhatian orang tua siswa. 11 Arisanti Devi (2013) Peran Guru Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di Kelas X SMA PGRI 1 Pontianak. Peran Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di Kelas X SMA PGRI 1 Pontianak. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas X SMA PGRI 1 Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan: Aktivitas siswa dalam pembelajaran sosiologi, peran guru pada aktivitas belajar siswa ketika pembelajaran sosiologi berlangsung, guru dalam kegiatan pembelajaran telah memenuhi kriteria peran pada pembelajaran sosiologi. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung, dan teknik studi dokumenter. Alat pengumpulan data adalah panduan observasi, panduan wawancara, member cek dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 11 Nuryanto Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di SMK Ganesa Jurnal Tapis Metro, Lampung 2012.

11 Peran guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi di kelas X SMA PGRI 1 Pontianak sudah terjalin dengan cukup baik dari segi peran guru dan aktivitas siswa pada proses pembelajaran sosiologi. 12 Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya terdapat aspek-aspek yang berbeda dengan pembahasan penelitian ini, yaitu: Dari penelitian yang pertama, masalah yang dihadapi yaitu etos belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Dimana semua guru mata pelajaran terutama guru PAI harus memberikan dorongan agar peserta didik memiliki etos belajar yang baik. dengan menyampaikan sesuatu dengan benar sesuai yang diajarkan Al-Qur an dan Hadits. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana peran guru dalam membina etos belajar siswa di SMA N 1 Susukan. Dari penelitian kedua, masalah yang dihadapi yaitu rendahnya akhlak siswa. dimana guru telah berperan cukup baik dalam pembinaan akhlak dalam proses pembelajaran, tetapi masih banyak siswa yang memiliki akhlak yang kurang baik. Dari penelitian ketiga, masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu peran guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan: Aktivitas siswa dalam pembelajaran sosiologi, peran guru pada aktivitas belajar siswa ketika pembelajaran sosiologi 12 Arisanti Devi (2013) Peran Guru Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di Kelas X SMA PGRI 1 Pontianak. Jurnal pendidikan dan pembelajaran.

12 berlangsung, guru dalam kegiatan pembelajaran telah memenuhi kriteria peran pada pembelajaran sosiologi. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya di atas terdapat perbedaan dengan penelitian ini yaitu: objek penelitian, tempat penelitian, subjek penelitian dan waktu penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pra penelitian dan hasil penelitian sebelumnya sebagimana penulis paparkan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai Peran guru pendidikan agama Islam sebagai motivator belajar siswa di SMA N 8 Bandar Lampung sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peran Guru pendidikan agama Islam sebagai motivator belajar siswa di SMA N 8 Bandar Lampung? 2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat motivasi belajar siswa?

13 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana peran guru pendidikan agama Islam sebagai motivator belajar siswa di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat motivasi belajar siswa. 3. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disebutkan, maka dalam penelitian ini diharapkan berguna bagi lembaga ( baik almamater maupun obyek penelitian ), bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bagi penulis. a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan fikiran dan menambah pengetahuan dalam melakukan inovasi pendidikan dan membantu potensi guru dalam mengajar pada umumnya dan peranan guru sebagai motivator pada khususnya.

14 b. Secara Praktis 1) Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan langkah untuk meningkatkan kinerja guru dalam memotivasi belajar siswa sehingga terjadi pembelajaran yang makin intensif dan perolehan belajar yang makin berkualitas secara intelektual, emosional, dan spiritual. 2) Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan penambah informasi untuk menentukan sikap yang lebih tepat untuk menentukan kiatkiat dalam memotivasi belajar siswa. 3) Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam menentukan sikap dan langkah memotivasi belajar siswa. 4) Bagi Peneliti yang Akan Datang Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai penambah informasi untuk menyusun rancangan penelitian lanjutan dengan menerapkan pendekatan metode dan strategi yang variatif.