luar kelas atau sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah,

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MATAKULIAH : AKTIVITAS LUAR KELAS No. Silabus :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MATA KULIAH AKTIVITAS LUAR KELAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MATA KULIAH AKTIVITAS LUAR KELAS

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan dalam

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PELATIHAN OUT BOUND BAGI GURU PENJASKES SEKOLAH MENENGAH ATAS SE YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih tetap merupakan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan dan ditetapkan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belakangan ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. menarik berbagai manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. Pendidikan di alam bebas memberikan pengaruh yang besar kepada para siswa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Penerapan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Transkripsi:

Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : PJM 208 : Aktivitas Luar Kelas Materi: Outbound Hakekat Pendidikan Luar Kelas dan Outbound Pendidikan luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan atau nelayan, berkemah, dan kegiatan yang berisifat kepertualangan, serta pengembangan aspekpengetahuan yang relevan (Arief Komarudin, 2007). Pendidikan luar kelas merupakan salah satu ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar. Lebih lanjut, menurut Tandiyo Rahayu (2009), Pendidikan luar kelas merupakan pendidikan yang dilakukan di luar ruang kelas atau di luar gedung sekolah, atau berada di alam bebas, seperti: bermain di lingkungan sekitar sekolah, di taman, di perkampungan nelayan atau daerah pesisir, perkampungan petani/persawahan, berkemah, petualangan, sehingga diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan aktivitas alam bebas. Outbound sendiri secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan bersama di luar kelas, atau di luar ruangan, (Suparlan, 2008). Dengan kata lain kegiatan outbound adalah kegiatan bersama di alam bebas atau terbuka. Sebagai contoh, kegiatan outbound dilaksanakan oleh sekolah tertentu. Dengan pertimbangan karena para siswa sekolah itu sama sekali tidak mengenal kehidupan di alam pedesaan, seperti bagaimana petani yang menanam padi, memerah susu, dan sebagainya. Harapan guru Pendidikan Jasmani dan orang tua siswa merasa perlu anak-anaknya ikut kegiatan outbound agar mempunyai pengalaman belajar hidup di pedesaan atau di alam terbuka.

Tujuan Pendidikan Luar Kelas dan Outbound Tujuan pendidikan yang secara umum ingin dicapai melalui aktivitas di luar ruang kelas atau di luar lingkungan sekolah adalah: 1) membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif personal, 2) menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap, 3) Mengembangkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman terhadap lingkungan alam dan bagaimana manusia memiliki relasi dengan hal tersebut, 4) membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya dapat berkembang optimal, 5) memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara langsung, 6) memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dan ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan luar kelas, 7) menumbuhkan pemahaman untuk secara bijak menggunakan dan melindungi lingkungan alam, 8) mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif, 9) memberikan kesempatan yang unik untuk perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas, 10) memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan guru murid yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas, 11) memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum sekolah diberbagai area, dan 12) memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan. Outbound sendiri memiliki beberapa manfaat bagi para siswa atau peserta yang mengikutinya. Menurut Djamaluddin Ancok, (2002: 43-44) bahwa manfaat yang diperoleh dari kegiatan outbound diantaranya: 1) berpikir kreatif (creative thinking), 2) mempunyai hubungan interpersonal yang baik, 3) berkomunikasi secara efektif, 4) memotivasi diri dan orang lain, dan 5) mempunyai kemampuan dalam pengelolaan diri. Disamping itu manfaat outbound menurut Hanik Liskustyawati (2008: 209) antara lain: 1) makin tahu akan

kemampuan diri sendiri, 2) timbulnya rasa kebersamaan yang lebih erat lagi, 3) lebih memahami lagi arti dari sebuah team building, dan 4) menghilangkan rasa jenuh akibat beban kerja yang tinggi. Pelaksanaan Outbound di Sekolah Dasar Outbound merupakan salah satu bentuk pendidikan luar kelas yang di selenggarakan di Sekolah Dasar. Keberhasilan dalam pelaksanaan outbound, tentu tidak terlepas oleh peran seorang guru Pendidikan Jasmani atau fasilitator. Guru Pendidikan Jasmani atau fasilitator ini memiliki peran yang sangat penting, karena sebagai pembawa acara atau menentukan materi dalam kegiatan outbound tersebut. Menurut Djamaluddin Ancok, (2002: 43-44) untuk menjadi pembawa acara dalam kegiatan outbound ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh oleh fasilitator, diantaranya: 1. memiliki kompetensi, seperti halnya dalam bidang dinamika kelompok. Seorang fasilitator dalam membawakan acara outbound harus memiliki kompetensi. Hal ini sangat penting, terutama dalam memahami perilaku yang muncul dari peserta atau siswa dari kegiatan outbound yang telah dilakukan 2. memahami rancangan permainan untuk mengungkap perilaku peserta atau siswa. Seorang fasilitator harus terlibat dalam merancang bentuk permainan yang akan dilakukan oleh peserta. Disamping itu pula, harus mengetahu apa makna dari permainan yang telah dilakukan. 3. memiliki kemampuan observasi dan kesanggupan komunikasi yang baik. Fasilitator sebaiknya memilki kecerdasasan emosional yang baik. Di samping itu juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang dengan jelas dan baik, serta jangan sampai membuat peserta tersinggung. 4. menarik dan berwibawa (pendidikan yang memadai, kepribadian yang menarik, dan memiliki sense of humor yang baik).

Suasana dalam kegiatan outbound hendaknya penuh rasa gembira. Belajar dalam susanan hati yang gembira akan membantu efektivitas proses belajar. Oleh karena itu, seorang fasilitatir harus mampu membuat suasana hangat dan gembira dengan humor yang sehat tanpa menyiunggung perasaan peserta. 5. menguasai masalah teknis kegiatan outbound, termasuk masalah keselamatan. Fasilitator harus memiliki ketajaman pengamatan di dalam melihat perilaku peserta dalam melaksanakan permainan yang kiranya akan menimbulkan bahaya. Metode pelaksanaan outbound harus mengarah pada keberhasilan dan keefektifan dalam pelaksanaan out bound tersebut. Di dalam pelaksanaan outbound tedapat suatu proses belajar. Menurut Djamaluddin Ancok, (2002: 6), dikemukakan bahwa bahwa setiap proses belajar yang efektif memerlukan tahapan-tahapan diantaranya: 1. Tahapan pembentukan pengalaman Pada tahapan ini peserta dilibatkan dalam suatu kegiatan permainan bersama dengan orang lain. Kegiatan atau permainan ini adalah salah satu bentuk pemberian pengalaman secara langsung pada peserta atau siswa. Pengalaman langsung tersebut akan dijadikan wahana untuk menimbulkan pengalaman intelektual, pengalaman emosional, dan pengalaman yang bersifat fisikal. Untuk mendapatkan pengalaman yang dinginkan sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan langkah-langkah dalam hal: 1) penyusunan kebutuhan outbound, 2) penyusunan jenis aktivitas, dan 3) penyusunan urutan aktivitas. 2. Tahapan perenungan pengalaman Pada tahapan ini bertujuan untuk memproses pengalaman yang diperoleh dari kegiatan yang telah dilakukan. Setiap peserta dalam tahapan ini melakukan refleksi tentang pengalaman pribadi yang dirasakan pada saat kegiatan berlangsung. Peserta harus dapat merasakan secara intelektual, emosional, dan fisikal. Tugas fasilitator dalam

tahapan ini adalah merangsang para peserta untuk menyampaikan pengalaman pribadi setelah terlibat dalam kegiatan ini. Dalam melakukan refleksi, biasanya peserta menceritakan pengalaman pribadinya masing-masing dalam berbagai tingkatan belajar. Salah satu tingkatan belajar yang dapat dipakai dalam kegiatan outbound adalah tingkatan belajara dari Bloom (1956) yang dikutip oleh Djamaluddin Ancok, (2002: 12), tingkatan belajar tersebut terdiri dari: 1) knowlwedge: pada tingkatan ini hanya mengingat peristiwa yang terjadi dan menceritakan apa yang terjadi sebagai fakta, 2) comprehension: pada tingkatan ini peserta sudah melakukan olah pikir untuk memaknai permainan yang dilakukan, 3) application: pada tingkatan ini peserta melakukan penerapan secara sederhana dari apa yang dipelajari, 4) analysis: pada tingkatan ini peserta memecah-mecah hal yang dia alami dalam berbagai komponen dan melihat keterkaitan satu dengan yang lainnya, 5) synthesis: pada tingkatan ini peserta menggabungkan potongan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Pada tingkatan ini juga sudah berupa pemecahan masalah dalam kehidupan sehari, 6) evaluation: pada tingkatan ini peserta mengevaluasi manfaat sebuah gagasan, solusi masalah, dan peristiwa yang dilaminya. 3. Tahapan pembentukan konsep Pada tahapan ini para peserta mencari makna dari pengalaman intelektual, emosional, dan fisikal yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Tahapan ini dilakukan sebagai refleksi, dengan menanyakan pada peserta apa hubungannya antara kegiatan yang dilakukan dengan kehidupan sehari-hari. 4. Tahap Pengujian Konsep Pada tahap ini para peserta diajak untuk merenungkan dan mendiskusikan sejauh mana konsep yang telah terbentuk di tahapan pembentukan konsep dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam masyarakat, keluarga maupun di sekolah.

Bentuk-bentuk Permainan untuk Outbound di Sekolah Dasar Permainan untuk outbound pada dasarnya meliputi beberapa jenis permainan. Masing-masing permainan memimiliki fungsi dan makna bagi para peserta. Menurut Vincentius Endy Santoso (2008: 5-10) bentuk-bentuk permainan outbound yang dapat dimainkan di Sekolah Dasar diantaranya: 1) permainan untuk perkenalan dan membangun keakraban, contohnya: zip-zap, nama dan gaya, lingkaran nama, dan sebagainya, 2) permainan untuk membangun kepercayaan, contohnya: pohon tumbang, berjalan mundur, mobil dan pengemudinya, dan sebagainya, 3) permainan untuk membangun kerjasama, contohnya: bola dan bambu, jaring laba-laba, bola bergulir dan sebagainya, 4) permainan untuk membangun komunikasi, contohnya: pesan berantai, menyambung cerita, melanjutkan gambar dan sebagainya, 5) permainan untuk membangun konsentrasi dan kepekaan, contohnya: angin bertiup, benda jatuh, gajah dan semut, dan sebagainya, dan 6) permainan untuk membangun kreativitas dan imajinasi, contohnya: bermain cermin, hipnotis, kursi ajaib, dan sebagainya.