BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam (http://gurulia.wordpress.com). memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena usaha individu yang bersangkutan. Menurut Winataputra (2008: 1.4)

BAB I PENDAHULUAN. adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur-unsur pokok dari komponen civic education

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maka akan tercipta suatu masyarakat yang cerdas, intelek, dan

Kelompok Materi : Materi Pokok

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa, dimana

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita. Menurut UU No. 20

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perumusan dan tafsiran tentang belajar berbeda satu sama lain. Berikut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cooperative Learning Learning (Pembelajaran) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.(oemar Hamalik,1995:57) dalam (http://gurulia.wordpress.com). Menurut Corey dalam Ruminiati (2007:1.14), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga. Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama menurut Hamid Hasan dalam Solihatin (2007:4). Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson, et al., 1994 ; Hamid Hasan, 1996) dalam Solihatin (2007:4). Menurut Baharuddin (2008:128), cooperative learning yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. Dalam strategi cooperative learning, siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan problem yang dihadapi. Johnson & Johnson dalam Isjoni (2009:17) cooperative learning adalah mengelompokkkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Slavin dalam Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah suatu pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilanketerampilan kolaboratif dan sosial. Menurut Asma (2007:12) Pengembangan cooperative learning bertujuan untuk: 1. Pencapaian Hasil Belajar 11

Cooperative learning bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, baik kelompok bawah maupun kelompok atas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. 2. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu Efek penting yang kedua dari model cooperative learning ini ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. 3. Pengembangan Keterampilan Sosial Tujuan penting yang ketiga dari cooperative learning ini ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Penggunaan model-model yang ada dalam cooperative learning sudah terbukti unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang selama ini digunakan. Keuntungan dari penerapan cooperative learning ini akan terlihat ketika siswa menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks. Menurut Davidson dalam Asma (2007:26), keuntungan cooperative learning juga dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam cooperative learning ternyata lebih mementingkan orang lain dan tidak memiliki rasa dendam. Slavin dalam Asma (2007:27), menyatakan bahwa kekurangan dari cooperative learning adalah konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi berkurang dan siswa yang memilki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. 12

13 Berdasarkan kelebihan dan kekurangan cooperative learning tersebut, dapat disimpulkan kelebihan cooperative learning yaitu: 1. Meningkatkan harga diri tiap individu 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. 3. Konflik antar pribadi berkurang 4. Sikap apatis berkurang 5. Pemahaman yang lebih mendalam 6. Motivasi lebih besar 7. Hasil belajar lebih tinggi 8. Retensi atau penyimpanan lebih lama 9. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 10. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Kelemahan cooperative learning yaitu: 1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup. 2. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya.

14 3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. 4. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. 2.2 Pengertian Cooperative Learning Tipe STAD Cooperative learning memilki banyak model. Salah satunya yaitu tipe STAD (Student Teams-Achievement Didisions). Student Team-Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan cooperative learning. Slavin dalam Asma (2006:51), menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dengan model STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnik, atau kelompok social lainnya. Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat atau lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai pelajaran tersebut secara individual, saat itu mereka tidak boleh saling bekerja sama. Dari kuis ini akan didapatkan skor individual dan rata-rata skor tim. Skor tim dihitung berdasarkan kemajuan yang dibuat oleh tiap anggota tim.

Asma (2006:51) Kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD terdiri dari enam tahap, yaitu : (a) persiapan pembelajaran, (b) penyajian materi, (c) belajar kelompok, (d) tes, (e) penentuan skor peningkatan individual, (f) penghargaan kelompok. (1) persiapan pembelajaran; a) Materi Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berklompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, dan lembar jawaban dari kegiatan tersebut. 15 b) Menempatkan siswa dalam Kelompok Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat atau 5 orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya. c) Menentukan skor dasar Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD. Selain itu, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat digunakan sebagai skor dasar. (2) penyajian materi; Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan prasyarat, dan sebagainya. (3) kegiatan belajar kelompok; Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan. (4) pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok; Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan. (5) siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual; Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara

menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. (6) pemeriksaan hasil tes; Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok. (7) penghargaan kelompok. Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor dasar dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin (1995:85) sebagai berikut : Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin Lebih dari 10 poin skor dasar 30 poin Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin Pemberian penghargaan kelompok yang memperoleh poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut : N = Jumlah total perkembangan anggota Jumlah anggota kelompok yang ada Berdasarkan poin perkambangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan penghargaan yang diberikan yaitu : 1. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, sebagai kelompok baik. 2. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, sebagai kelompok hebat. 3. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, sebagai kelompok super. 16 2.3 Pengertian Belajar Menurut pandangan B.F. Skinner dalam Ruminiati (2007:1) belajar merupakan suatu atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pengertian belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan

17 munculnya perubahan perilaku (Sanjaya, 2006:110). Baharuddin (2008:11) belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi. Menurut Hamalik (2008:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Jadi, menurut peneliti seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. 2.4 Pengertian Aktivitas Belajar Menurut Winkle (1983:48) menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Sanjaya (2007:130) belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

18 Dari beberapa pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa untuk belajar baik yang bersifat teoritis maupun praktek untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Semakin banyak aktivitas siswa yang dilakukan, diharapkan semakin banyak pula siswa memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan pendekatan yang sesuai. 2.5 Pengertian Hasil Belajar Menurut William Burton dalam Hamalik (2008:31) hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai, sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:4), hasil belajar yang diperoleh seseorang setelah belajar berupa keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1982: 348) disebutkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh suatu usaha atau dapat juga berarti pendapat atau perolehan, buah. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang setelah mengalami suatu proses belajar mengajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari

informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. 19 2.6 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terdiri dari dua kata yaitu Pendidikan dan Kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut CIVIS selanjutnya dari kata CIVIS dalam bahasa Inggris timbul kata CIVIC yang artinya warga negara atau kewarganegaraan. Akhirnya dari kata CIVIC lahir kata CIVICS yang artinya ilmu kewarganegaraan atau Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan, menurut Kansil (2002:3). PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No.2 th. 1949 menurut Winataputra dalam Ruminiati (2007:25). Menurut Henry (2006:7) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang menbekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara. UU No. 20 tahun 2003, pada penjelasan pasal 37 dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (2003:66).

20 Berkaitan dengan pengertian di atas seperti ditulis oleh Noor MS Bakry (2002 : 2) dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) adalah usaha sadar untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan menumbuhkan sikap serta wawasan kebangsaan, cinta tanah air yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan konstitusi negara. Tujuan PKn untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Menurut Mulyasa dalam Ruminiati (2007:26) adalah untuk menjadikan siswa : a. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. b. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. c. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

21 2.7 Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan cooperative learning tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan memperhatikan langkahlangkah secara tepat, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 4 Metro Utara semester genap tahun pelajaran 2009/2010.