BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 (Standar Isi) mengenai cakupan kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian disebutkan bahwa kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 tersebut kesemuanya berkaitan erat dengan Pendidikan Karakter Bangsa, seperti ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan juga sikap anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejalan dengan pernyataan di atas sehingga jelas sekali bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai Misi dalam membangun karakter warga negara yang baik. Seperti yang diungkapkan Cholisin (2011: 4) beliau mengungkapkan bahwa salah satu misi yang diemban PKn adalah sebagai pendidikan karakter. Misi lain adalah sebagai pendidikan politik /pendidikan demokrasi, pendidikan moral dan pendidikan hukum di persekolahan. Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, mata pelajaran PKn dan Agama 1
2 memiliki posisi sebagai ujung tombak dalam pendidikan karakter. Maksudnya dalam kedua mata pelajaran tersebut pendidikan karakter harus menjadi tujuan pembelajaran. Perubahan karakter peserta didik merupakan usaha yang disengaja/direncakan (Instructional effect), bukan sekedar dampak ikutan/pengiring (Nurturant effect). Hal ini dapat ditunjukkan bahwa komponen PKn adalah pengetahuan, keterampilan dan karakter kewarganegaraan. Sederet fakta tentang rendahnya moralitas bangsa selalu disodorkan untuk mengawali pembahasan tentang perlunya pendidikan karakter. Sejak praktek korupsi yang merugikan bangsa, praktik politik yang tidak bermoral, konflik horizontal, bisnis yang merugikan masyarakat, penegakan hukum yang tebang pilih, kasus mutilasi, tawuran dikalangan pelajar dan mahasiswa, hingga kekerasan di rumah tangga dan sekolah. Melengkapi kondisi di atas, Lickona (Cholisin, 2011: 11) menjelaskan bahwa ada beberapa perilaku manusia yang mengarah pada tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa. Beberapa perilaku tersebut, antara lain meningkatnya kenakalan dikalangan remaja (Violence and vandalism), membudayanya pencurian (stealing) sebagai bukti meluasnya ketidakjujuran, penipuan (cheating), semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua dan guru (disrespect for authority), meningkatnya kekerasan yang terjadi antarkelompok sebaya (peer cruelty), sikap fanatik yang menyebabkan kebencian, penggunaan bahasa yang buruk, perkembangan seksualitas yang cepat dan munculnya penyimpangan
3 seksual, meningkatnya individualisme dan menurunnya tanggung jawab sosial, dan tumbuhnya perilaku merusak diri (self-destructive behavior). Secara makro apabila dirinci permasalahan yang sedang dihadapi bangsa saat ini, yaitu : (1) Disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa. (2) Keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila. (3) Bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (4) Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa. (5) Ancaman disintegrasi bangsa. (6) Melemahnya kemandirian bangsa, Lickona (Cholisin, 2011: 11). Jika dicermati keseluruhan perilaku seperti dijelaskan Lickona di atas telah banyak ditemui di Indonesia. Ini artinya, bangsa ini telah mengalami degradasi moral yang mengkhawatirkan. Kondisi tersebut yang mendorong upaya serius untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Munculnya gagasan pendidikan karakter diawali oleh kritik terhadap praktik pendidikan formal yang dianggap lebih didominasi penguasaan aspek kognitif dan dianggap kurang memberikan perhatian terhadap pembentukan karakter siswa. Anehnya mereka yang memperoleh nilai bagus pada pelajaran PKn, meskipun suka berbohong, tidak rajin ibadah dan suka menyontek tetap akan naik kelas. Sementara itu mereka yang jujur, taat beribadah, dan bertanggung jawab, tetapi kebetulan mendapat nilai rendah bisa tidak naik kelas. Dalam kondisi demikian, proses pembentukan perilaku dan moralitas yang baik tidak benarbenar terwujud.
4 Dalam lampiran Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa Visi Pendidikan Nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terakait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah seperti yang telah diungkapkan diatas yang terdapat dalam lampiran Permendiknas No. 41 Tahun 2007 merupakan sebuah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran tersebut yang meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan,
5 kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan inti terdapat tiga kegiatan, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kemudian yang menjadi tantangan atau permasalahan sekarang ini apakah guru-guru terutama guru Pendidikan Kewarganegaraan sudah mengimplementasikan proses pembelajaran seperti yang tertuang dalam lampiran Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tersebut terutama dalam menerapkan pendidikan karakter disekolah-sekolah khususnya di SMA N 1 Cangkringan. Mata pelajaran PKn, hingga saat ini selalu ditempatkan sebagai mata pelajaran yang dikesampingkan. Mata pelajaran PKn selalu dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak jelas akan keilmuaannya, yang mana objek yang dipelajari dalam PKn masih dianggap rancu. Sehingga tidak jarang mata pelajaran PKn dipandang sebelah mata, bahkan menganggap PKn itu mudah dan semua guru bidang apa saja bisa untuk mengajarkan mata pelajaran ini. Bahkan mata pelajaran PKn diajarkan oleh guru yang bukan dari bidang mata pelajaran PKn. Padahal menurut pandangannya Nu man Somantri (Chlosin, 2000: 1.8) memberikan pengertian PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influensce pendidikan sekolah, masyarakat,
6 orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Maka PKn dalam hal ini harus dilaksanakan karena menyangkut eksistensi dan tanggung jawabnya untuk mengembangkan misi nation and karakter building. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar PKn siswa, terutama dengan misi PKn dalam mengembangkan Pendidikan Karakter Bangsa. Perlu adanya pelaksanaan atau real di lapangan sehingga karakter dilaksanakan, bukan sebatas wacana atau pengetahuan dalam aktifitas pembelajaran. Kemudian kontribusi PKn sebagai pendidikan karakter dilihat juga sebagai mata pelajaran Pendidikan Agama, Intergrasi pada mata pelajaran lain, Kegiatan ekstrakurikuler, MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) atau Kultur sekolah. Bahkan Cholisin mengungkapkan bahwa pembentukan karakter membutuhkan nilai karakter yang jelas, ada sitem dan model. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter di SMA N I Cangkringan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahanpermasalahan sebagai berikut. 1. Kurangnya informasi tentang pembelajaran pendidikan karakter di sekolah.
7 2. Pembelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang mengajarkan pendidikan karakter masih terfokus pada pengenalan nilai-nilai karakter saja sehingga peserta didik hanya sekedar tahu. 3. Masih adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma yang ada dan peraturan sekolah secara terus menerus, seperti banyaknya kasus membolos, juga tawuran antar siswa, berperilaku kurang sopan terhadap guru, malas belajar dan lainnya. 4. Kurangnya informasi tentang pelaksanaan pembelajaran PKn sebagai pendidikan karakter disekolah. 5. Pembelajaran Pkn yang masih bersifat eksposisi pada buku teks, menggunakan metode ceramah, dan berfokus pada hafalan saja masih banyak diterapkan disekolah. C. Batasan Masalah Berbagai permasalahan yang terjadi membutuhkan tindakan untuk diteliti lebih lanjut sebagai usaha untuk mencari solusi atau alternatif permasalahannya. Dengan demikian, agar lebih fokus penelitian ini hanya dibatasi pada: Pembelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang mengajarkan pendidikan karakter masih terfokus pada pengenalan nilai-nilai karakter saja sehingga peserta didik hanya sekedar tahu nilai-nilai karakter tetapi tidak menerapkan nilai-nilai karakter itu sendiri.
8 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pemahaman Guru PKn, tentang PKn sebagai Pendidikan Karakter di SMA N 1 Cangkringan? 2. Nilai karakter apa saja yang telah dikembangkan dalam pembelajaran PKn di SMA N 1 Cangkringan? 3. Bagaimanakah kegiatan pembelajaran PKn sebagai Pendidikan Karakter di SMA N 1 Cangkringan? 4. Bagaimanakah kontribusi PKn sebagai pendidikan karakter dalam menumbuhkan budaya demokrasi dan karakter siswa di SMA N 1 Cangkringan? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui pemahaman Guru PKn, tentang PKn sebagai Pendidikan Karakter di SMA N 1 Cangkringan. 2. Untuk mengetahui nilai karakter apa saja yang telah dikembangkan dalam pembelajaran PKn di SMA N 1 Cangkringan. 3. Untuk mengetahui kegiatan pembelajaran PKn sebagai pendidikan karakter di SMA N 1 Cangkringan.
9 4. Untuk mengetahui kontribusi PKn sebagai pendidikan karakter dalam menumbuhkan budaya demokrasi dan karakter siswa di SMA N 1 Cangkringan. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain berikut ini. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini tentunya diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Terutama dalam pelaksanaan sosialisasi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter untuk terbentuknya masyarakat berbudaya karakter bangsa sebagai faktor pendukung terciptanya insan kamil. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ataupun kajian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti dan Masyarakat Dengan melalui penelitian ini diharapkan mendapat hasil mengenai pengetahuan tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewargangaraan sebagai pendidikan karakter. Kemudian terciptanya pembelajaran yang mengimplementasikan pendidikan karakter merupakan bentuk pembelajaran yang menyiapkan warga negara menuju terciptanya insan kamil. Selain itu sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi-strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai upaya
10 sosialisasi pendidikan karakter dilingkungan keluarga dan masyarakat selanjutnya. b) Bagi Sekolah dan Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berkarakter, yang dapat menunjang pelaksanaan pengembangan karakter bangsa dikalangan siswa serta dapat dijadikan acuan dalam membangun lingkungan sekolah yang berbudaya bangsa. G. Batasan Istilah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi istilah penelitian sebagai berikut. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Dalam pelaksanaan kegiatan inti inilah yang akan dilakukan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Di dalamnya meliputi berbagai hal yang
11 menyangkut proses atau cara belajar, seperti segala sesuatu yang direncanakan harus berkaitan dengan apa yang dipelajari, bagaimana cara belajarnya dan kompetensi atau kemampuan apa yang akan dicapai. Dalam kegiatan inti tersebut tentunya menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 2. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang berisi demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, Nu man Somantri (Cholisin, 2000: 1.8). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sebuah program studi atau mata pelajaran yang mana materinya dari IKn (Ilmu Kewarganegaraan). Ilmu Kewarganegaraan mendeskripsikan bagaimana warga negara yang baik. Sementara Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bentuk pengajaran atau pembinaan warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 yang materinya dikembangkan dalam IKn. 3. Pendidikan Karakter Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku, perilaku tersebut didasarkan pada norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat,
12 dan estetika. Jadi pendidikan karakter adalah bagaimana nilai-nilai yang melandasi perilaku tersebut dapat ditanamkan atau diinternalisasikan melalui pendidikan atau pengajaran sehingga akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam berprilaku sehari-hari.