BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Pembagian Ruas Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
ASSESSMENT MORFOLOGI SUNGAI PROGO (Studi Kasus : Tengah Hilir Sungai Progo Yogyakarta) 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

BAB II. Tinjauan Pustaka

KARAKTERISTIK BENCANA SEDIMEN PADA SUNGAI VULKANIK

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

FORM INSPEKSI DAN PENELUSURAN SUNGAI DAN PRASARANA SUNGAI (Dikutip dari : TATA OP SUNGAI DAN PRASARANA SUNGAI, Edisi 2015) CATATAN INPEKSI SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TUGAS AKHIR. AUDIT TEKNIS PRASARANA SUNGAI PROGO (Studi Kasus : Tengah Hilir Sungai Progo)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber : geosetia.blogspot.com Gambar 3.1 Morfologi Sungai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

TUGAS AKHIR AUDIT TEKNISMORFOLOGI SUNGAI PROGO

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB IV METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

BAB I PENDAHULUAN I-1

GERUSAN LOKAL 8/1/14 19:02. Teknik Sungai

BAB IV METODE PENILITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

PENGELOLAAN TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI SEBAGAI DASAR OPTIMASI PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR ( STUDI KASUS RUAS SUNGAI PROGO TENGAH, YOGYAKARTA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

07. Bentangalam Fluvial

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN KALI BABON KOTA SEMARANG

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

BAB IV METODE PENELITIAN

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Maizir. Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang. Abstrak

PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB IV METODE PENELITIAN

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET. Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo merupakan daerah aliran sungai yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus hidrologi dengan mengembalikan limpasan sungai ke laut.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB I PENDAHULUAN I - 1

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Inventarisasi dan Detail Usulan Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Canden (1.109 Ha) Lokasi Pekerjaan: Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bencana alam yang disebabkan oleh prilaku manusia yang

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Morfologi Berdasarkan peta lokasi studi secara keseluruhan (lihat Gambar 5.1), kemudian batasan daerah tinjauan per ruas digambarkan melalui peta citra satelit. Sedangkan untuk kondisi morfologi sungai dijelaskan dalam tabel agradasi dan degradasi disertai gambar citra satelit bentuk morfologi dan foto lapangan hasil survei morfologi. Tabel 5.1 Pembagian Ruas Lokasi Penelitian Ruas Dari Sampai Jembatan Brojonalan (J1) Jembatan Klangon (J2) 1 (X UTM: 414147,2184) (X UTM: 417706,4905) (Y UTM: 9159541,184) (Y UTM: 9155186,228) Jembatan Klangon (J2) Jembatan Ancol (J3) 2 (X UTM: 417706,4905) (X UTM 419179,7936) (Y UTM: 9155186,228) (Y UTM 9152728,933) Jembatan Ancol (J3) Jembatan Gantung Duwet (J4) 3 (X UTM 419179,7936) (X UTM: 419210,4988) (Y UTM 9152728,933) (Y UTM: 9149379,568) Jembatan Gantung Duwet Jembatan Kreo (J5) 4 (J4) (X UTM: 415239,1759) (X UTM: 419210,4988) (Y UTM: 9146234,787) (Y UTM: 9149379,568) Jembatan Kreo (J5) Jembatan Ngapak (J6) 5 (X UTM: 415239,1759) (X UTM: 413933,4445) (Y UTM: 9146234,787) (Y UTM: 9142867,439) Panjang (km) 19,5 7,5 8,2 14,1 9,4 19

20 Tabel 5.1 Lanjutan Jembatan Ngapak (J6) Jembatan Mbeling (J7,J8) (X UTM: 413933,4445) (X UTM: 415511,0673) 6 (Y UTM: 9142867,439) (Y UTM: 9136030,274) (X UTM: 415525,5329) 17,3 (Y UTM: 9136018,25) 7 8 9 10 Jembatan Mbeling (J7,J8) (X UTM: 415511,0673) (Y UTM: 9136030,274) (X UTM: 415525,5329) (Y UTM: 9136018,25) Jembatan bantaran Lama (J9) (X UTM: 415521,5012) (Y UTM: 9135264,772) Jembatan Alternatif Bendung Sapon (12) (X UTM: 417920,8387) (Y UTM: 9124085,906) Jembatan Srandakan (baru) (J14) (X UTM: 416457,3452) (Y UTM: 9122324,347) Jembatan bantaran Lama (J9) (X UTM: 415521,5012) (Y UTM: 9135264,772) 1,4 Jembatan Alternatif Bendung Sapon (12) 47,5 (X UTM: 417920,8387) (Y UTM: 9124085,906) Jembatan Srandakan (baru) (J14) 2 (X UTM: 416457,3452) (Y UTM: 9122324,347) Hilir Sungai Progo 17,8 Berikut merupakan peta yang menunjukkan lokasi bangunan air pada Wilayah hilir Sungai Progo (lihat Gambar5.1).

21 Groundsill Ancol Bendung Karangtalun Groundsill Kebonagung Groundsill Bantar Bendung Sapon Groundsill Srandakan Gambar 5.1 Peta Lokasi Bangunan Air Sungai Progo Keterangan : Groundsill : Jembatan : Bendung :

22 1. Ruas 1 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 1. (Jembatan Brojonalan) Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan 4 Gambar 5.2.2 Peta Lokasi Ruas 1 Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai mengalami proses pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya akan bergabung membentuk sungai utama.

23 Gambar 5.2 Detail Morfologi Pengamatan 1 1 1

24 2 3 Gambar 5.3 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 1 Gambar 5.4 Detail Morfologi Pengamatan 2

25 Gambar 5.5 Detail Morfologi Pengamatan 3 Gambar 5.6 Detail Morfologi Pengamatan 4

26 No Gambar 1 2 Tabel 5.2 Morfologi Sungai Ruas 1 Agaradasi Di bagian hulu Jembatan Brojonalan terdapat Agradasi yang berupa tanah. Di bagian hulu Jembatan Brojonalan terdapat Agradasi yang berupa krikil, bebatua, dan pasir. 3 Keterangan Gambar Degradasi Di bagian hulu Jembatan Brojonalan terdapat Degradasi yang berupa tanah.

27 2. Ruas 2 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 2. (Jembatan Klangon) Pengamatan 4 Pengamatan 5 Gambar 5.2.3 Peta Lokasi Ruas 2

28 Gambar 5.7 Detail Morfologi Pengamatan 4 1 1

29 2 3 3 4 5 6 Gambar 5.8 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 4

Gambar 5.9 Detail Morfologi Pengamatan 5 30

31 Tabel 5.3 Morfologi Sungai Ruas 2 No Gambar 1. Agradasi Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan rumput. Keterangan Gambar Degradasi 2. 3. Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Agradasi yang berupa bebatuan. Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Agaradasi yang berupa pasir, kerikil dan bebatuan. 4. 5. 6. Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Di bagian hilir Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Di bagian hulu Jembatan Klangon terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.

32 3. Ruas 3 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 3. (Jembatan Ancol) Pengamatan 5 Pengamatan 6 Gambar 5.2.4 Peta Lokasi Ruas 3

33 Gambar 5.10 Detail Morfologi Pengamatan 5 1 2

34 3 3 4 5 Gambar 5.11 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 5

35 Gambar 5.12 Detail Morfologi Pengamatan 6 Tabel 5.4 Morfologi Sungai Ruas 3 No Gambar 1. 2. Agradasi Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan. Di bagian hilir Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Keterangan Gambar Degradasi 3. 4. Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. 5. Di bagian hulu Jembatan Ancol terdapat Agradasi yang berupa tanah.

36 4. Ruas 4 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 4. (Jembatan Gantung Duwet) Pengamatan 6 Pengamatan 7 Gambar 5.2.5 Peta Lokasi Ruas 4

37 Gambar 5.13 Detail Morfologi Pengamatan 6 1 2

38 3 4 5 6 Gambar 5.14 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 6

Gambar 5.15 Detail Morfologi Pengamatan 7 39

40 No Gambar 1. 2. 3. 4. Tabel 5.5 Morfologi Sungai Ruas 4 Agradasi Keterangan Gambar Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa batuan dan pasir. Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan batuan. Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Agradasi yang berupa bebatuan. 5. Degradasi Di bagian hilir Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan kerikil. 6. Di bagian hulu Jembatan Gantung Duwet terdapat Degradasi yang berupa tanah dan bebatuan.

41 5. Ruas 5 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 5. Pengamatan 8 (Jembatan Kreo) Pengamatan 7 Pengamatan 9 Pengamatan 10 Pengamatan 11 Pengamatan 12 Gambar 5.2.6 Peta Lokasi Ruas 5

42 Gambar 5.16Detail Morfologi Pengamatan 7 1 2

43 3 4 5 6 Gambar 5.17 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 7

44 Gambar 5.18 Detail Morfologi Pengamatan 8 Gambar 5.19 Detail Morfologi Pengamatan 9

45 Gambar 5.20 Detail Morfologi Pengamatan 10 Gambar 5.21 Detail Morfologi Pengamatan 11

Gambar 5.22 Detail Morfologi Pengamatan 12 46

47 No Gambar 1. Tabel 5.6 Morfologi Sungai Ruas 5 Agradasi Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil. Keterangan Gambar Degradasi 2. 3. 4. Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa bebatuan. Di bagian hulu Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa pasir dan bebatuan. Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. 5. 6. Di bagian hilir Jembatan Kreo terdapat Degradasi yang berupa pasir dan kerikil. Di bagian hilir Jembatan kreo terdapat Degrdasi yang berupa bebatuan dan pasir.

48 6. Ruas 6 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 6. (Jembatan Ngapak) Pengamatan 12 Pengamatan 13 Pengamatan 14 Pengamatan 15 Gambar 5.2.7 Peta Lokasi Ruas 6

49 Gambar 5.23 Detail Morfologi Pengamatan 12 1 2

50 3 4 5 6 7 8

51 9 10 Gambar 5.24 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 12 Gambar 5.25 Detail Morfologi Pengamatan 13

52 Gambar 5.26 Detail Morfologi Pengamatan 14 Gambar 5.27 Detail Morfologi Pengamatan 15

53 Tabel 5.7 Morfologi Sungai Ruas 6 No Gambar Agradasi Keterangan Gambar Degradasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan, pasir dan sisa reruntuhan bangunan groundsil. Di bagian hulu Jembatan Ngapal terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil. Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan. Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa reruntuhan dari bangunan groundsil yaitu berupa bebatuan. Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Di bagian hilir Jembatan Ngapak terapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Di bagian hilir Groundsil Ngapak terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. 9. 10. Di bagian hilir Jembatan Ngapak terdapat Degradasi yang berupa bebatuan. Di bagian hilir Jembatan Ngapal terdapat Degradasi yang berupa bebatuan.

54 7. Ruas 7 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 7. (Jembatan KA. Mbeling ) Pengamatan 15 Pengamatan 16 Gambar 5.2.8 Peta Lokasi Ruas 7

55 Gambar 5.28 Detail Morfologi Pengamatan 15 1 2

56 3 4 5 Gambar 5.29 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 15

57 Tabel 5.8 Morfologi Sungai Ruas 7 No Gambar Agradasi Keterangan Gambar Degradasi 1. 2. 3. Di bagian hulu Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir. Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa kerikil. Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil. 4. 5. Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah. Di bagian hilir Jembatan Kereta Api Mbeling terdapat Degradasi yang berupa tanah.

58 8. Ruas 8 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 8. (Jembatan Bantar Lama) Pengamatan 16 Pengamatan 17 Pengamatan 18 Pengamatan 19 Pengamatan 20 Pengamatan 21 Pengamatan 22 Pengamatan 22 Gambar 5.2.9 Peta Lokasi Ruas 8

59 Gambar 5.30 Detail Morfologi Pengamatan 16 1 Gambar 5.31 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 16

60 Gambar 5.32 Detail Morfologi Pengamatan 17 Gambar 5.33 Detail Morfologi Pengamatan 18

61 Gambar 5.34 Detail Morfologi Pengamatan 19 Gambar 5.35 Detail Morfologi Pengamatan 20

62 Gambar 5.36 Detail Morfologi Pengamatan 21 Gambar 5.37 Detail Morfologi Pengamatan 22

63 Gambar 5.38 Detail Morfologi Pengamatan 23 Tabel 5.9 Morfologi Sungai Ruas 8 No Gambar 1. Agradasi Di bagian hilir Groundsil Bantaran terdapat Agradasi yang berupa tanah, bebatuan dan rumput. Keterangan Gambar Degradasi

64 9. Ruas 9 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 9. (Jembatan Alternatif Bendung Sapon) Pengamatan 23 Pengamatan 24 Gambar 5.2.10 Peta Lokasi Ruas 9

65 Gambar 5.39 Detail Morfologi Pengamatan 23 1 2

66 Penambangan pasir yang ada di sekitar Bendung Sapon merupakan penambangan pasir ilegal, pengerukan pasir yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama membuat tumpukan pasir terus berkurang, sehingga dasar sungai semakin dalam. Penambangan ini kalau tidak dikendalikan bisa berdampak pada rusaknya bendung dan jembatan disekitarnya. 3 4 Gambar 5.40 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 23 Gambar 5.41 Detail Morfologi Pengamatan 24

67 Tabel 5.10 Morfologi Sungai Ruas 9 No Gambar 1. 2. 3. Agradasi Keterangan Gambar Di hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi dan penambangan pasir yang berupa pasir dan kerikil Di bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput. Di bagian hilir Bendung Sapon terdapat Agradasi yang berupa rumput, tanah dan bebatuan. Degradasi

68 10. Ruas 10 Berikut merupakan foto citra satelit yang menunjukkan batasan ataupun lokasi tinjauan pada ruas 10. (Jembatan Srandakan Lama Dan Jembatan Srandakan Baru) Pengamatan 24 Pengamatan 25 Pengamatan 26 Pengamatan 27 Gambar 5.2.11 Peta Lokasi Ruas 10

69 Gambar 5.42 Detail Morfologi Pengamatan 24 1 2

70 Dataran Banjir adalah dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari meterial hasil pengendapan banjir aliran sungai. Pada saat banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir seperti gambar 1, 2 dan 3. 3 4 5 Gambar 5.43 Foto Agradasi dan Degradasi Pengamatan 24

71 Gambar 5.44 Detail Morfologi Pengamatan 25 Gambar 5.45 Detail Morfologi Pengamatan 26

72 Gambar 5.46 Detail Morfologi Pengamatan 27 Tabel 5.12 Morfologi Sungai Ruas 10 No gambar Agradasi Keterangan Gambar Degradasi 1. 2. 3. 4. 5. Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agrdasi yang berupa tanah, kerikil dan bebatuan. Di bagian hilir Jembatan Srandakan terdapat Agredasi yang berupa tanah dan rumput. Di bagian hulu Jembatan Srandakan terdapat Agradasi yang berupa tanah dan rumput. Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa bebatuan dan pasir. Di bagian hilir Groundsil Srandakan terdapat Agradasi yang berupa pasir dan kerikil.

73 B. Rekomendasi Berdasarkan kajian kondisi morfologi sungai melalui pengamatan lapangan dan peta citra satelit, maka dapat disimpulkan kondisi umum dari morfologi sungai Progo, yang kemudian diberikan beberapa rekomendasi yang dapat menjadi referensi dalam pemeliharaan sungai beserta infrastrukturnya (lihat tabel 5.3.1). Tabel 5.13 Kondisi Umum Sungai dan Rekomendasi No Ruas Agradasi 1. Agradasi banyak terlihat di sepanjang aliran sungai, agradasi yang dominan adalah material Gunung Merapi berupa pasir dan bebatuan. 2. Agradsi material Gunung Merapi yang berupa pasir dan bebatuan sangat terlihat jelas melalui peta citra satelit dan hampir menutupi aliran sungai 3. Agradasi sangat banyak terlihat berupa material material Gunung Merapi dan hampir menutupi aliran sungai. 4. Sama dengan ruas sebelumnya, agradasi sangat terlihat jelas di peta citra satelit, di sekitar J6 terdapat agradasi yang disebabkan oleh penambangan pasir ilegal. 5. Agradasi sangat sedikit terlihat. Kondisi Umum Degradasi Aliran sungai meander menyebabkan banyak degradasi yang terjadi di sepanjang aliran sungai. Degradasi sangai banyak dikarenakan banyak agradasi di tengah sungai. Degradasi sangat banyak dikarenakan disepanjang J3-J4 tidak terlihat bangunan pengaman tebing sungai. Degrasasi terlihat dari peta citra satelit. Tidak terlalu banyak dikarenakan agradasi yang lebih dominan di ruas ini. Degradasi yang terlihat sedikit. Rekomendasi Perlu di lakukan pengerukan untuk agradasi yang menutupi aliran sungai agar tidak terjadi degradasi yang lebih parah. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi agar sungai lebih luas. Dibangun pengaman tebing. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi. Dibangun pengaman tebing. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi yang hampir menutupi aliran sungai. Penyuluhan atau peringatan bahaya penambangan pasir di sungai. Pemantauan dan pemeliharaan sungai.

74 6. Agradasi terlihat di peta citra satelit, agradasi merupakan material dari Gunung Merapi yang berupa batu dan pasir. 7. Agradasi terlihat di peta citra satelit, ada penambangan pasir ilegal. 8. Sangat banyak agradasi yang terlihat jelas dan hampir menutupi aliran sungai. 9. Sangat banyak agradasi berupa pasir dan menjadi tempat penambangan pasir ilegal disekitar Bendung Sapon. 10. Agradasi sangat banyak hampir di sepanjang ruas terdapat agradasi pasir yang lebih dominan. Oleh karena itu di ruas ini sangat banyak penambangan pasir. Tabel 5.13 Lanjutan Degrasasi terlihat dari peta citra satelit. Degradasi sangat sedikit yang terlihat. Degradasi tidak terlalu banyak terlihat dikarenakan di kiri/kanan sungai banyak agradasi. Sedikit degradasi yang terlihat. Degradasi tidak terlihat dikarenakan agradasi dikira dan kanan sungai. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi yang mengganggu aliran sungai. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Penyuluhan atau larangan keras untuk penambangan pasir ilegal. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Pengerukan agradasi yang hampir menutupi aliran sungai. Penertiban dan pelarangan para penambang pasir ilegal. Pemantauan dan pemeliharaan sungai. Penertiban dan larangan untuk tambang pasir ilegal. Pemantauan dan pemeliharaan sungai.