BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. sampai Sekolah Menengah Pertama (SM P) / Madrasah Tsanawiyah (MTS).

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Bandung: Nuansa Aulia 2010), hlm. 575

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran maupun dalam mengatasi kesulitan- kesulitan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULIAN. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada aspek-aspek tertentu. 3. kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusian Indonesia. pengetahuan, kesehatn, keterampilan dan seni.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Aktivitas belajar siswa dikatakan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Sains. Materi pelajaran Sains harus dikuasi dengan baik oleh siswa. Dasar Sains yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu soal. Pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Model Pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat. telah menjadi problematika manusia dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan mendapatkan perhatian yang serius. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan terus dilakukan hampir disemua komponen pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan mutu guru, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya. Berbicara mengenai pendidikan, maka tidak akan pernah terlepas dari apa yang dinamakan masalah. Namun bukan berarti dengan berpendidikan akan bermasalah, justru dengan memiliki pendidikan akan sedikit terlepas dari masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan perannya dalam berbagai lingkungan hidup secara mantap dimasa yang akan datang. 1 Dalam dunia pendidikan tidak terlepas akan adanya proses belajar mengajar. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Juga dapat diartikan dengan suatu proses transfer ilmu dari tenaga pengajar kepada peserta didik. 2 Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan 2010). hlm. 30 1 Redja Muharjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002). hlm.11 2 Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 1

2 tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 3 Dalam perspektif keagamaanpun, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11: Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(qs. Al-Mujaadilah {58}: 11) 4 Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-nya, melaksanakan perintah-nya, menjauhi larangan-nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tentram dalam masyarakat, demikianpula dengan orang-orang yang berilmu menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga merupakan pengetahuan yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman. Berdasarkan pertimbangan- 3 Ibid., hlm. 2 4 QS. Al-Mujaadilah (58): 11

3 pertimbangan tadi, selaku calon guru melihat hasil belajar siswa sebagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. 5 Guru merupakan sosok yang sangat penting dalam pendidikan. Guru adalah salah satu pihak yang membantu peserta didik dalam menemukan siapa dirinya, kemana peserta didik akan pergi, dan apa yang akan dilakukan oleh peserta didik di dunia ini. Kedudukan guru sangatlah mulia jika dilaksanakan dengan semestinya. Dengan apresiasi yang sangat mulia tersebut, guru hendaknya memiliki beberapa kecakapan agar bisa mengemas pembelajaran seefektif mungkin. Pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan juga dapat mempengaruhi cara penyajian guru dalam proses pembelajaran. Tidak terkecuali pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) menyatakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMALB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. 6 Adapun fungsi mata pelajaran IPS di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan 5 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001). hlm.62-63 6 Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). hlm. 56

4 keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia. 7 Sedangkan tujuan pembelajaran IPS yang secara implisit tertera dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, siswa diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 8 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan uraian di atas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai peranan penting dalam membentuk dan mempersiapkan diri siswa baik dalam akademis maupun terjun bermasyarakat. Mata pelajaran Ilmu Pengeahuan Sosial seharusnya tidak hanya menyajikan materi atau pencapaian kognitif saja, akan tetapi siswa juga harus dapat menguasai aspek psikomotorik dan afektif. Siswa hendaknya dapat mengetahui kebutuhan masyarakat dan dapat mengembangkan kebutuhan tersebut dalam kehidupan nyata di lingkungnnya. Untuk mencapai hal tersebut, pembelajaran di sekolah mesti menghadirkan inovasi yang dapat menunjang keberhasilan siswa. Selain itu, berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bahwa guru dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Negeri 163 Pekanbaru belum menjalankan fungsinya, atau dapat dikatakan 7 Ibid., hlm. 110 8 Ibid., hlm. 26

5 masih sebatas penyampaian informasi saja, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari gejala-gejala sebagai berikut: 1. Dari 36 jumlah siswanya 17 atau 47,22 % siswa yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM ) yang telah ditetapkan, dan 19 atau 52,77% siswa yang tidak mencapai KKM. KKM mata pelajaran IPS tersebut adalah 70. 2. Dari 36 jumlah siswa, hanya 18 atau 50% siswa yang dapat menjawab dengan benar soal-soal dalam LKS sesuai dengan waktu yang di tetapkan guru 3. Dari 36 jumlah siswa yang tidak tuntas pada ulangan harian dan diadakan remedi, rata-rata mereka hanya mampu menjawab benar 3 soal dari 5 soal yang diberikan 4. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan siswanya harus mencatat sehingga timbul pemahaman yang salah bahwa pembelajaran IPS adalah pelajaran yang cenderung hafalan. Gejala-gejala di atas, menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, guru telah melakukan berbagai upaya, dengan cara membuat variasi dalam pembelajaran, memberikan latihan tambahan, memberi catatan-catatan penting kepada siswa. Tetapi dengan upaya-upaya yang dilakukan guru tersebut, hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS masih tergolong rendah, maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Untuk memperbaiki proses pembelajaran, peneliti

6 akan menetapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki pembelajaran IPS terutama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan di atas adalah model pembelajaran student facilitator and explaining. Model Pembelajaran student facilitator and explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran student facilitator and explaining merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. 9 Ada beberapa alasan mengapa model pembelajaran student facilitator and explaining perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan pembelajaran IPS. Pertama, pembelajaran dengan model ini adalah kegiatan yang berpusat pada siswa (student centered). Kedua, student facilitator and explaining memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara mengungkapkan pendapat/gagasannya mengenai materi kepada teman-temannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka Peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk Meningkatkan Hasil 9 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007). hlm.52

7 Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 163 Pekanbaru. B. Defenisi Istilah 1. Student Facilitator and Expalining Model pembelajaran student facilitator and expalining yaitu menyajikan materi dengan mendemonstrasikan didepan siswa lalu memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan kepada rekanrekannya merupakan makna dasar dari penggunaan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam proses belajar mengajar. 10 2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional. 11 Hasil belajar terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa melalui tes hasil belajar. 12 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan gejala-gejala yang telah dipaparkan diatas, maka penulis menyusun rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah penerapan model pembelajaran student facilitator and 10 Ibid., hlm. 52 11 Syarif Hidayat, Teori dan Prinsip Pendidikan, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), hlm. 82 12 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007). hlm. 229

8 explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 163 Pekanbaru? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan gejala-gejala yang telah dipaparkan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 163 Pekanbaru. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian diatas maka manfaat yang akan diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat dan aktifitas dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. b. Bagi peneliti, dapat dijadikan pedoman untuk meneliti lebih lanjut hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. c. Bagi guru, model pembelajaran student facilitator and explaining dapat diterapkan sebagai model pembelajaran IPS untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar d. Bagi sekolah, model pembelajaran student facilitator and explaining dapat dikembangkan sebagai pembelajaran IPS di SDN 163 Pekanbaru.