BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Pemakaian Thermal Storage pada Sistem Pengkondisi Udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENELITIAN. Oleh :

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Thermal Energy Storage sebagai Penyejuk Udara Ruangan dan Pemanas Air pada Residential Air Conditioning Hibrida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP Dibiayai oleh :

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

HIDROKARBON SEBAGAI PENGGANTI REFRIGERAN FREON DALAM KULKAS YANG RAMAH LINGKUNGAN

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II LANDASAN TEORI

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II LANDASAN TEORI

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

BAB II LANDASAN TEORI

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap. laju peningkatan rata-rata temperatur.

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG

2.1 SEJARAH REFRIGERAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 02 Tahun 2007 Tanggal : 8 Pebruari 2007

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

ANALISA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DAN COP PADA AC SPLIT 900 WATT MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON MC-22 DAN R-22

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

TEMPERATUR SISTEM RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA PADA PROSES CHARGING DAN DISCHARGING DENGAN THERMAL ENERGY STORAGE

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Azridjal Aziz, ST. MT. NIP

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

BAB III PERBAIKAN ALAT

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan. Mesin refrigerasi atau disebut juga mesin pendingin adalah mesin yang dapat menimbulkan efek refrigerasi tersebut, sedangkan refrigeran adalah zat yang digunakan sebagai fluida kerja dalam proses penyerapan panas. Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K. Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini disebabkan karena adanya fenomena-fenomena khas yang terjadi pada temperatur di bawah 123 K dimana pada kisaran temperatur ini gas-gas seperti nitrogen, oksigen, hidrogen dan helium dapat mencair. (Arora, C. P, 2001) Tabel 2.1 Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi Jenis Mesin refrigerasi Refrigerasi Domestik Refrigerasi Komersial Contoh Lemari es, dispenser air Pendingin minuman botol, box es krim, lemari pendingin supermarket Refrigerasi Industri Pabrik es, cold storage, mesin pendingin untuk industri proses Refrigerasi transport Refrigerated truck, train and containers Pengkondisian udara domestik dan AC window, split, dan package. komersial Chiller Mobile Air Conditiong (MAC) Water cooled and air cooled chillers AC mobil 8

Proses pengambilan/penyerapan energi tersebut terjadi di evaporator dengan laju perpindahan panas sebesar Q e. Sedangkan proses pembuangan energi dalam bentuk panas ke lingkungan terjadi di kondensor dengan laju sebesar Q k. (Stoecker, W.F. and Jones, J.W. 1994). Berdasarkan aplikasinya mesin refrigerasi dapat dikelompokkan seperti yang ditunjukkan pada tabel 1. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004). 2.1 Siklus Kompresi Uap Standar Siklus yang paling banyak digunakan untuk merealisasikan uraian di atas pada sistem refrigerasi adalah siklus kompresi uap. Secara umum ada dua bagian penting dalam siklus kompresi uap yaitu : 1. Bagian yang bertekanan tinggi mulai dari sisi keluar kompresor hingga sisi masuk katup ekspansi. 2. Bagian yang bertekanan rendah mulai sisi keluar katup ekspansi hingga sisi masuk kompresor. Q k alat ekspansi 3 kondensor evaporator kompresor 2 W k Tekanan 3 4 1 2 1 4 Q e Entalpi (a) (b) Gambar 2.1. Siklus Kompresi Uap Standar 9

Sebuah siklus kompresi uap standar memiliki empat komponen utama yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator (gambar 1.). Proses-proses termodinamik yang terjadi pada siklus kompresi uap standar adalah: 1. Proses 1-2 : Kompresi isentropik (adibatik dan reversibel) dari uap jenuh ke tekanan kondensasi. 2. Proses 2-3 : Pelepasan panas reversibel pada tekanan konstan sampai kondisi cair jenuh. 3. Proses 3-4 : Eskpansi irreversibel pada entalpi konstan sampai tekanan evaporasi. 4. Proses 4-1: Pemasukan panas reversibel pada tekanan konstan dari fasa campuran ke tingkat keadaan uap jenuh. Unjuk kerja mesin refrigerasi kompresi uap ditentukan oleh beberapa parameter, di antaranya adalah kapasitas pendinginan, kapasitas pemanasan, daya kompresi, koefisien performansi (COP) dan performansi faktor (PF). Diagram tekanan-entalpi pada gambar 1.b dapat membantu dalam menentukan parameter-parameter tersebut. 2.2. Thermal Energy Storage Thermal Energy Storage merupakan alat tempat penyimpanan kalor. Kalor yang disimpan bisa berupa kalor sensibel maupun kalor laten. Menurut media penyimpan energi yang digunakan, thermal storage dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu Water Tank dan Ice Storage. Water Tank merupakan thermal storage yang paling sederhana dan kalor disimpan dalam bentuk kalor sensibel (air). Waktu diluar jam puncak sistem, thermal storage menyerap kalor sensibel dan menyimpannya, kemudian kalor tersebut akan dipergunakan pada waktu jam puncak. Ice Storage merupakan thermal 10

storage yang menyimpan kalor dalam bentuk kalor laten (es). Dibandingkan dengan kalor sensibel air, kalor laten air lebih besar, yaitu 80 cal./gr atau 4180 J/kg. Sehingga volume penyimpanan kalor laten lebih kecil dibandingkan dengan volume penyimpanan kalor sensibel. Akibatnya investasi ice storage lebih murah daripada water tank. 2.2.1. Sistem Ice Storage Sistem ice storage biasanya menggunakan larutan ethylene glycol, yang dikenal dengan brine sebagai media perpindahan panas. Sehingga air yang umumnya digunakan sebagai media perpindahan panas pada unit chiller harus diganti dengan brine apabila dikombinasikan dengan sistem ice storage. Karena brine memiliki kemampuan untuk bekerja pada temperatur rendah sehingga memungkinkan penurunan temperatur yang cukup besar untuk mengubah fasa air menjadi es. Brine sebenarnya merupakan campuran 25% ethylene glycol dan 75 % air. Chiller sentrifugal memiliki kemampuan menghasilkan brine yang keluar dari evaporator bersuhu sekitar 23 º F - 26 º F (- 5 º C s/d 3 º C), sehingga sangat cocok untuk aplikasi sistem ice storage. Untuk merencanakan kontrol pada sistem ice storage agar dapat menjalankan tugas dengan baik tidaklah mudah. Hal ini dapat diawali dengan perencanaan sistem pengkondisian udara yang nyaman bagi para penghuni. Setelah dapat mengetahui beban pendinginan yang harus diatasi maka baru merancang kapasitas tangki ice storage. Beban pendinginan ini bisa diatasi secara penuh atau sebagian baik oleh chiller maupun ice storage. Agar hal tersebut di atas dapat berjalan dengan baik maka pembagian beban tersebut harus dikontrol oleh kontrol taktik dan kontrol strategi. Kontrol taktik mengontrol sistem kerja chiller dan ice storage, sedangkan kontrol strategi mengontrol penghematan pemakaian listrik. 11

2.2.2. Mode Operasi Sistem Ice Storage Mode operasi kontrol taktik sistem dapat dibagi menjadi 5 mode operasi, yaitu Charging Storage, Charging Storage and Live Chiller, Live Chiller, Discharging and Live Chiller, Discharging. Dalam pengoperasiannya mode operasi dikontrol oleh bypass valve dan blending valve. Blending valve adalah katup pencampur yang berperan mengalirkan brine untuk melewati atau tidak melewati storage. Sedangkan bypass valve merupakan sebuah katup dengan dua arah posisi yang dapat mencegah aliran brine dingin menuju atau melewati unit pengolah udara selama mode operasi pembekuan. Dengan pemrograman kontrol bypass valve yang tepat maka katup ini dapat digunakan secara tepat. Direct Digital Control (DDC) digunakan untuk mengatur penggunaan blending valve. Gambar 2.2. Proses charging (siklus pembentukan es) (OPC) Charging Storage merupakan mode operasi untuk mempersiapkan storage berfungsi sebagai sumber pendingin. Dalam mode operasi ini brine bersirkulasi dari chiller ke storage saja dengan cara mengontrol bypass valve. Charging Storage and Live Chiller adalah mode operasi dimana beban chiller sebagian untuk mendinginkan storage dan sebagian ke unit pengolah udara (beban pendinginan). Mode operasi yang ketiga, yaitu Live Chiller adalah mode operasi dimana beban pendinginan seluruhnya diatasi oleh chiller sehingga brine hanya bersirkulasi dari chiller menuju 12

unit pengolah udara. Hal ini dapat diatasi secara mudah dengan menaikkan setpoint DDC blending valve sampai pada temperatur larutan brine yang mengalir menuju ke chiller. Karena larutan brine didinginkan lagi oleh chiller maka suhu menjadi lebih rendah daripada suhu yang mengalir ke chiller. Maka blending valve tidak akan mengalirkan larutan brine menuju storage. Discharging and Live Chiller merupakan mode operasi dimana beban pendinginan sebagian diatasi oleh chiller dan sebagian oleh storage. Sebelum mode operasi ini dilakukan, dipastikan seluruh air dalam storage sudah berubah fase menjadi es. Dan mode operasi yang terakhir adalah Discharging, merupakan mode operasi dari storage untuk mengatasi seluruh beban pendinginan dari unit pengolah udara. Dalam situasi ini chiller dalam keadaan off. Mode mode operasi ini perlu diatur sedemikian hingga terjadi penghematan biaya operasional listrik chiller. Pengaturan kerja mode operasi agar lebih efisien ini dilakukan oleh kontrol strategi. Untuk dapat merancang kontrol strategi yang baik maka sistem ice storage harus dengan efektif dapat menyeimbangkan penggunaan pencairan es dan pengoperasian chiller didalam lima mode operasi di atas. Gambar 2.3. Proses discharging (proses pendinginan dengan pencairan es) 13

Gambar 2.4. Proses ByPass (proses pendinginan langsung dari Chiller) (OPC) 2.2.3. Encapsulated Ice system Encapsulated Ice system terdiri dari air atau gel yang terdapat dalam wadah atau kontainer plastik yang dicelupkan dalam cairan pendingin, yang terdapat dalam sebuah tangki penyimpan. Selama siklus pembekuan (charging) cairan pendingin di bawah titik beku disirkulasikan ke dalam tangki penyimpan sehingga membekukan cairan dalam kontainer plastik. Pada proses penggunaan (discharging) cairan pendingin bersuhu lingkungan atau normal disirkulasikan ke dalam tangki penyimpan dan melewati kontainer plastik dan mencairkan es dalam kontainer tersebut. Encapsulated Ice biasanya berbentuk kotak plastik persegi, kemasan plastic yang lentur, kemasan bola plastik. Gambar 2.5. Encapsulated Ice 14

2.3. Pemakaian Energi Dasar penggunaan thermal energy storage ada dua alasan utama, yaitu untuk menurunkan biaya awal (investasi) dan biaya operasional pemakaian. Biaya investasi dapat ditekan jika lamanya beban yang harus diatasi pendek sehingga thermal storage memiliki waktu yang panjang sebelum bebannya dipergunakan. Misalnya sebuah gedung pertemuan atau fasilitas gedung olah raga atau rumah dengan kapasitas pengkondisian udara yang cukup besar, pemakaiannya kurang dari 6 jam per hari dan frekwensi pemakaian pun beberapa hari dalam satu minggu. Hal ini perlu dipertimbangkan pemakaian thermal energy storage dengan tujuan agar kapasitas sistem refrigerasi yang dipilih bisa lebih kecil. Biaya kapital sekunder thermal storage lebih rendah, karena kebutuhan energinya lebih rendah. Jika temperatur es yang berada dalam ice storage makin rendah maka temperatur distribusi udara makin turun. Hal ini akan menyebabkan pemakaian fan dan saluran udara (duct) lebih kecil, dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah luas ruang yang dibutuhkan. Gambar 2.6. Beban pendinginan harian suatu bangunan gedung 15

2.4. Refrigeran Refrigeran adalah fluida kerja yang digunakan untuk memindahkan panas di dalam siklus refrigerasi. Berdasarkan fungsinya selama refrigeran dibagi menjadi dua jenis yaitu refrigeran primer yang digunakan dalam siklus kompresi uap dan refrigeran sekunder yang digunakan untuk membawa kalor bertemperatur rendah. Pada sistem kompresi uap, refrigeran menyerap kalor dari suatu ruang melalui proses evaporasi dan membuang kalor ke ruang lain melalui proses kondensasi. Sifat-sifat yang dipertimbangkan dalam memilih refrigeran, adalah: sifat kimia, sifat fisik dan sifat termodinamik. Berdasarkan sifat-sifat kimianya refrigeran yang baik : tidak beracun, tidak bereaksi dengan komponen refrigerasi, dan tidak mudah terbakar, serta tidak berpotensi menimbulkan pemanasan global (GWP rendah (Global Warming Potential)) dan tidak merusak lapisan ozon (ODP rendah (Ozone Depleting Potential)). 2.4.1 Refrigreran Alternatif untuk R-22 Hidrokarbon (HC) merupakan salah satu refrigeran alternatif pengganti R-22. Refrigeran HC tidak berpotensi merusak ozon karena ODP = 0 dan GWP yang kecil. Refrigeran HC juga tidak mengalami reaksi kimia dengan oli pelumas yang digunakan untuk refrigeran R-22. Pada Tabel 2.2 ditampilkan beberapa jenis refrigeran yaitu : R-22, R-12, propana dan isobutana. Kelemahan utama R-22, karena potensi perusakan ozon dan pemanasan globalnya relatif tinggi dari ke tiga jenis refrigeran lainnya. Berbeda dengan refrigeran hidrokarbon untuk mesin yang sebelumnya menggunakan refrigeran R-22 maka refrigeran hidrokarbon dapat langsung menggantikannya tanpa melakukan penggantian komponen. 16

Berdasarkan uraian di atas, maka refrigeran yang baik pengganti R-22 adalah hidrokarbon. Kelemahan hidrokarbon yang menonjol adalah mudah terbakar, namun hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan jika prosedur keamanan penggunan hidrokarbon diterapkan dengan baik serta telah diakui dan diatur oleh berbagai standar internasional yaitu : BS4434:1995(Inggris), AS/NZ 1677:1998 (Australia / New Zeland) dan DIN 7003 (Jerman ). Tabel 2.2 Refrigeran alternatif sebagai pengganti R-22 Parameter Refrigeran R-22 R-12 Propana Iso- butana Rumus kimia CHClF 2 CCl 2 F 2 C 3 H 8 C 4 H 10 Temperatur kritis [ o C] 97 111,8 97,0 135,1 Titik didih pada 1 atm [ o C] -41,4-26,8-41,9-11,6 Massa jenis - uap jenuh pada 0 o C [kg/m 3 ] 21,2 18,2 10,39 4,56 - cair jenuh pada 45 o C [kg/m 3 ] 1108 1232 459 525 Kapasitas Panas Spesifik - uap jenuh pada 0 o C [kj/kgk] 0,614 0,642 1,85 1,61 - cair jenuh pada 45 o C [kj/kgk] 1,46 1,02 2,8 2,58 Konduktifitas Termal - uap jenuh pada 0 o C [mw/mk] 9,4 8,3 15,6 12,98 - cair jenuh pada 45 o C [mw/mk] 63,4 60,7 83,7 82,4 ODP 0,06 1 0 0 GWP 1700 7300 3 3 2.4.2 Hidrokarbon Sebagai Refrigeran Beberapa kelebihan yang dimiliki refrigeran hidrokarbon, campuran propanabutana-isobutana, sebagai refrigeran alternatif pengganti R-22, yaitu : 1. Pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen. 2. Ramah lingkungan, potensi perusakan ozon nol (non-odp) dan potensi pemanasan global dapat diabaikan (non-gwp). 3. Hidrokarbon, gas alam yang mudah didapat di Indonesia. 17

Refrigeran hidrokarbon dapat terbakar jika bercampur dengan udara pada komposisi yang tepat dan titik nyalanya tercapai. Komposisi yang harus dihindari ini adalah jika hidrokarbon berada pada komposisi 2% 10% volume. Kedua kondisi ini, komposisi dan titik nyalanya, tidak boleh terjadi secara serentak baik didalam sistem refrigerasi maupun diluar sistem. Agar tidak mudah terbakar refrigeran hidrokarbbon dapat diberi substansi tambahan agar sifat mampu nyalanya turun (LFS Low Flammable Subtance). Penelitian refrigeran hidrokarbon dengan LFS sudah mulai banyak dilakukan beberapa sudah mulai digunakan. Refrigeran campuran hidrokarbon akan mengalami kenaikan atau penurunan temperatur (temperature glide) selama terjadi perubahan fasa dalam siklus refrigerasi (lihat Gambar 2.7). Titik didih campuran berubah seiring dengan berubahnya komposisi campuran dalam fasa cair. Hal ini disebabkan karena laju penguapan komponen campuran tidak sama. P (bars) garis isotermal 3 2 Temperatur glide di Kondensor 4 1 Temperatur glide di Evaporator h( kj / kg ) Gambar 2.7. Temperatur Glide pada Campuran HC Akibat yang timbul karena adanya temperature glide adalah sebagai berikut: 18

1. Komposisi campuran mungkin berbeda antara fasa uap dan fasa cair, oleh karena itu pengisian refrigeran ke dalam sistem refrigerasi sebaiknya dilakukan dalam fasa cair. 2. Kalau sistem refrigerasi mengalami kebocoran, ada kemungkinan komposisi kebocoran berbeda dengan komposisi refrigeran. Sebagai akibatnya komposisi refrigeran di dalam sistem berubah dan dapat mempengaruhi kinerja sistem. 19