14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 10/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka untuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan kepada masyarakat dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950) ; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang ditetapkan dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4587) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN dan BUPATI LAMONGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lamongan ; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan ; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan ; 5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah di Kabupaten Lamongan ; 6. Camat adalah perangkat daerah yang memimpin Kecamatan dalam Kabupaten Lamongan ; 276
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adatistiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa ; 10. Perangkat desa adalah unsur pemerintah desa yang terdiri dari Sekretaris Desa dan perangkat desa Iainnya ; 11. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa ; 12. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat ; 13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamongan ; 14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa ; 15. Pembentukan desa adalah tindakan berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada ; 16. Pemekaran desa adalah tindakan berupa pemecahan dari satu desa menjadi dua desa atau lebih ; 17. Penggabungan desa adalah tindakan menggabungkan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru; 18. Penghapusan desa adalah tindakan meniadakan desa yang ada karena tidak memenuhi syarat sebagai suatu desa. 19. Penataan Desa adalah tindakan menata 1 (satu) wilayah desa sehingga mengakibatkan terbaginya wilayah desa menjadi beberapa dusun ; 20. Dusun adalah bagian dari wilayah kerja Pemerintahan Desa ; 277
21. Batas alam adalah penggunaan unsur alam seperti gunung, sungai, pantai, danau dan lain sebagainya yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas wilayah desa ; 22. Batas buatan adalah penggunaan unsur buatan manusia seperti pilar batas, jalan, rel kereta api, saluran irigasi dan lain sebagainya yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas wilayah desa. BAB II PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN DESA Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 Pembentukan, penggabungan dan penghapusan desa bertujuan untuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan kepada masyarakat agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat serta menjamin terlaksananya otonomi desa di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Bagian Kedua Pembentukan Pasal 3 (1) Pembentukan desa didasarkan atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul, adat istiadat dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat; (2) Pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari 1 (satu) desa menjadi 2 (dua) desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada ; (3) Tata cara pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah. Pasal 4 Pembentukan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, harus sudah menetapkan nama desa, jumlah penduduk, batas desa, luas wilayah desa, pembagian wilayah kerja desa, jumlah perangkat desa, sarana dan prasarana pemerintahan desa, kondisi sosial budaya masyarakat, dan persyaratan administrasi lainnya. 278
Bagian Ketiga Syarat-syarat Pembentukan Pasal 5 (1) Pembentukan desa, harus memenuhi syarat a. Jumlah Penduduk sekurang-kurangnya 1.500 jiwa atau 300 Kepala Keluarga; b. Luas wilayah ; c. Bagian Wilayah Kerja ; d. Perangkat, clan ; e. Sarana dan Prasarana Pemerintahan desa ; f. Potensi Desa ; g. Batas Desa. (2) Kondisi sosial budaya masyarakat sebagai dasar pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperhatikan : a. Faktor letak ; b. Faktor prasarana dan sarana ; c. Faktor sosial budaya ; d. Faktor kehidupan masyarakat ; (3) Syarat-syarat pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), harus berpedoman pada pola tata desa yang memberikan kelancaran perkembangan Desa yang selaras dan sesuai dengan tata pemerintahan desa, tata masyarakat dan tata ruang desa, guna mempertahankan keseimbangan lingkungan yang lestari. Bagian Keempat Pemekaran Pasal 6 (1) Desa yang sudah ada, dapat dimekarkan, oleh karena perkembangan keadaan dan pertimbangan teknis Pemerintahan serta pelayanan terhadap Masyarakat Desa yang bersangkutan ; (2) Pemekaran dari 1 (satu) desa menjadi 2 (dua) desa atau lebih, dapat dilakukan setelah penyelenggaraan pemerintahan desa mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun sejak dibentuknya desa dimaksud ; (3) Pemekaran Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperhatikan syarat-syarat terbentuknya suatu Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. 279
Bagian Kelima Penghapusan dan Penggabungan Pasal 7 (1) Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Daerah ini dan atau tidak mampu lagi melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan, dapat dihapus dan digabungkan dengan Desa yang bersandingan; (2) Tata cara penghapusan dan penggabungan desa diatur Iebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 8 Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB III PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN Bagian Kesatu Tujuan Pasal 9 Pembentukan dusun bertujuan untuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan kepada masyarakat agar Iebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat serta menjamin terlaksananya otonomi desa di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa Bagian Kedua Pembentukan Pasal 10 (1) Dalam wilayah desa, dapat dibentuk dusun yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa ; (2) Pembentukan dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul, adat istiadat dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat; 280
(3) Pembentukan dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa penggabungan beberapa dusun, atau bagian dusun yang bersandingan, atau pemekaran dari 1 (satu) dusun menjadi 2 (dua) dusun atau Iebih, atau pembentukan dusun di luar dusun yang telah ada ; (4) Tata cara pembentukan dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur Iebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah. Bagian Kedua Syarat-syarat Pembentukan Pasal 11 (1) Pembentukan Dusun, harus memenuhi syarat a. Jumlah penduduk dusun ; b. Luas wilayah Dusun ; c. Sarana dan prasarana pemerintahan di dusun ; (2) Kondisi sosial budaya masyarakat sebagai dasar pembentukan dusun harus memperhatikan a. Faktor letak ; b. Faktor prasarana dan sarana ; c. Faktor sosial budaya ; d. Faktor kehidupan masyarakat. (3) Syarat-syarat pembentukan dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), harus berpedoman pada pola tata desa yang memberikan kelancaran perkembangan desa yang selaras dan sesuai dengan tata pemerintahan desa, tata masyarakat dan tata ruang fisik desa, guna mempertahankan keseimbangan lingkungan yang lestari. Pasal 12 Pembentukan dusun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, harus sudah menetapkan nama dusun, jumlah penduduk, batas dusun, luas wilayah dusun, pembagian wilayah kerja dusun, jumlah Rukun Tetangga, jumlah Rukun Warga, sarana dan prasarana pemerintahan dusun, kondisi sosial budaya masyarakat, dan persyaratan administrasi lainnya. Bagian Keempat Pemekaran Pasal 13 (1) Dusun yang sudah ada, dapat dimekarkan oleh karena perkembangan keadaan dan pertimbangan teknis Pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat dusun yang bersangkutan ; 281
(2) Pemekaran dari 1 (satu) dusun menjadi 2 (dua) dusun atau lebih, dapat dilakukan setelah dusun tersebut mencapai umur paling sedikit 5 (lima) tahun sejak dibentuknya dusun dimaksud ; (3) Pemekaran dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperhatikan syarat-syarat terbentuknya suatu dusun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. Bagian Kelima Penghapusan dan Penggabungan Pasal 14 (1) Dusun yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan atau tidak mampu lagi melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan, dapat dihapus dan digabungkan dengan dusun yang bersandingan ; (2) Tata cara Penghapusan dan Penggabungan dusun diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah. Pasal 15 Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan dusun ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB IV PENDANAAN Pasal 16 Pendanaan sebagai akibat pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan desa atau dusun dibebankan pada APBD. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 35 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 282
Pasal 18 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Ditetapkan di : Lamongan Pada tanggal : 14 Agustus 2006 BUPATI LAMONGAN Ttd, MASFUK 283
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA I. PENJELASAN UMUM. Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 35 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa yang pembentukannya didasarkan pada ketentuan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 6 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa perlu dilakukan peninjauan kembali. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka untuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan kepada masyarakat dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 : Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian atau menyamakan arti dalam penggunaan beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 2 Pasal 3 ayat (1) Pasal 4 Pasal 5 ayat (1) : Yang dimaksud dengan prakarsa masyarakat adalah upaya, tindakan mula-mula yang disampaikan oleh seseorang untuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa, peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dan dilakukan/dilaksanakan melalui prosedur dan mekanisme yang telah diatur. 284
Pasal 5 ayat (2) : Yang dimaksud dengan : a. Faktor letak, yaitu wilayah Desa Baru memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar Dusun yang Ietaknya memungkinkan terpenuhinya faktor luas wilayah; b. Faktor prasarana dan sarana, yaitu ada atau kemungkinan diadakannya sarana dan prasarana perhubungan, pemasaran, sosial dan produksi dalam Desa baru; c. Faktor sosial budaya, yaitu suasana yang memberikan adanya kerukunan hidup antar warga masyarakat desa dan atau antar lembaga kemasyarakatan yang ada di desa ; d. Faktor kehidupan masyarakat, yaitu tersedianya atau dapat diadakannya tempat sebagai sumber mata pencaharian masyarakat dalam Desa baru. Ayat (3) Pasal 6 Pasal 7 ayat (1) Pasal 8 s/d 10 : Yang dimaksud dengan dihapus adalah tindakan meniadakan desa yang ada akibat tidak lagi memenuhi persyaratan. Pasal 11 ayat (2) : Yang dimaksud dengan : a. Faktor letak, yaitu wilayah dusun baru yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun yang letaknya memungkinkan terpenuhinya faktor luas wilayah; b. Faktor prasarana dan sarana, yaitu ada atau kemungkinan diadakannya sarana dan prasarana perhubungan, pemasaran, sosial dan produksi dalam dusun baru; c. Faktor sosial budaya, yaitu suasana yang memberikan adanya kerukunan hidup antar warga masyarakat dusun dan atau antar lembaga kemasyarakatan yang ada di dusun; d. Faktor kehidupan masyarakat, yaitu tersedianya atau dapat diadakannya tempat sebagai sumber mata pencaharian masyarakat dalam Dusun baru. Pasal 12 dan 19 285
286