BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI. (Herning, dalam Sumiarti 1956). Sedangkan menurut Duval & Miller (1980)

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. sering mendengar kasus-kasus penganiyaan suami atau istri karena berselingkuh

BAB I PENDAHULUAN. tahun (ICRP, 2007). Data dari LBH Apik Jakarta tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang mereka jalani sebelumnya, sehingga lansia kehilangan teman-teman dan juga peran sebagai orang tua atau lansia merasa kosong karena anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk tinggal dengan keluarga masing-masing. Kemudian lansia memiliki kekurangan dan kelemahan yang menghambat lansia itu sendiri dalam hubungan sosial. Seperti dinyatakan dalam Suardiman (2011) bahwa lansia akan mengalami perubahan-perubahan antara lain penurunan atau hilangnya berbagai fungsi yang dimiliki seperti hilangnya fleksibilitas atau kelenturan secara psikologis, hilangnya kekuatan fisik dan daya tahan, hilangnya memori atau ingatan, hilangnya teman dan pasangan, dan hilangnya kondisi kesehatan. Efek perubahan tersebut yang nantinya akan menentukan sampai sejauh mana lansia dapat melakukan penyesuaian diri. Pada umumnya para lanjut usia mempunyai masalah dalam menyesuaikan diri terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga, dan kehilangan pasangan hidup. Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan 1

2 hidup karena kematian ataupun perceraian akan menjadi sulit bagi lakilaki maupun perempuan lansia. Keadaan ini akan membawa kepada kesepian dan kehilangan aktivitas seksual. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Indriana (2013) bahwa lansia merasa kesepian dan berharap untuk hidup jauh lebih bahagia dengan kehadiran pasangan baru. Selanjutnya salah satu cara mengatasi masalah tersebut lansia memilih untuk menikah kembali (Hurlock, 2002). Pernikahan kembali membuat lansia merasa lebih bahagia dari sebelumnya ketika lansia hidup sendiri. Fenomena ini lebih mudah dilakukan oleh laki-laki lansia dibandingkan perempuan lansia. Hal ini diduga bahwa daya tahan perempuan dalam berstatus janda lebih tinggi dibandingkan daya tahan laki-laki untuk berstatus duda kemudian sejalan pula dengan hasil penelitian Desiningrum (2014) yang menyatakan bahwa lansia janda memiliki kesejahteraan psikologis lebih tinggi daripada lansia duda, sehingga pada lansia laki-laki yang telah menduda memutuskan untuk menikah kembali. Dalam Santrock (2002) mengatakan bahwa pernikahan adalah fase kedua dari siklus kehidupan keluarga, dimana dua individu dari dua keluarga yang berbeda bersatu untuk membentuk satu sistem keluarga yang baru. Hal ini menuntut kedua individu untuk dapat berproses bersama-sama dan menyesuaikan dengan segala kehidupan berdua, dengan kata lain tidak lagi memikirkan dirinya sendiri tetapi juga

3 memikirkan pasangannya tersebut. Hal tersebut sejalan dengan Desmita (2010) bahwa hubungan pernikahan menuntut akan perkembangan seksual dan keintiman. Dari hasil penelitian tentang perkawinan, kualitas perkawinan yang baik ditandai oleh komunikasi yang baik, keintiman dan kedekatan, seksualitas, kejujuran, dan kepercayaan yang kesemuanya menjadi sangat penting untuk menjalin relasi perkawinan yang memuaskan (Sadarjoen, 2005). Cara pasangan dalam menyelesaikan masalah dalam perkawinan akan berdampak pada kesejahteraan perkawinan (Papp, 2004). Menurut data dari sistem informasi pembangunan daerah Kecamatan Watukumpul tahun 2016 semester 1 diperoleh bahwa terdapat 9.592 penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun atau penduduk dalam kategori lanjut usia. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak lanjut usia yang tinggal di daerah tersebut. Kemudian data untuk lanjut usia atau penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun dan menikah lagi yang diperoleh dari KUA Kecamatan Watukumpul tahun 2015 hingga 2016 (September) akan dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 1 Jumlah Lanjut Usia yang Menikah Kembali Di Kecamatan Watukumpul No Kelurahan/ Desa Jumlah 1. Bodas - 2. Bongas 2 3. Cawet - 4. Cikadu - 5. Gapura 1

4 No Kelurahan/ Desa Jumlah 6. Jojogan - 7. Majakerta 2 8. Majalangu 2 9. Medayu - 10. Pagelaran - 11. Tambi - 12. Tlagasana 1 13. Tundagan - 14. Watukumpul - 15. Wisnu - Total 8 Sumber: KUA Kecamatan Watukumpul tahun 2015 hingga 2016 (September) Lansia berstatus duda yang memilih untuk menikah lagi akan mengalami penyesuaian kembali dalam perkawinannya. Penyesuaian tersebut meliputi penyesuaian diri dengan pasangan hidup yang baru, kerabat yang baru, rumah baru dalam lingkungan masyarakat yang sama, dan kadang-kadang dengan lingkungan yang baru (Hurlock, 2002). Hal ini terjadi selama tahun pertama dan kedua perkawinan dan menjadikan lansia tersebut membutuhkan kegiatan positif dengan pasangan sehingga tercipta perkawinan yang harmonis. Seperti dalam Anjani & Suryanto (2006) bahwa tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Pasangan suami istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan berbagai masalah.

5 Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan, dan harapan pasangan (Sadarjoen, 2005). Hal ini sejalan dengan pendapat DeGenova (Rumondor, 2011) mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses memodifikasi, beradaptasi dan mengubah pola perilaku dan interaksi pasangan maupun individu untuk mencapai kepuasan maksimun dalam hubungan. Kemudian fokus pembahasan dalam penyesuaian perkawinan antara lain pengambilan keputusan, penyesuaian peran, penyelesaian masalah, resolusi konflik, kepuasan perkawinan, konsensus perkawinan, ekspresi afeksi, komunikasi, dan kohesi (Sabbeth & Leventhal, 1984). Hurlock (2002) mengemukakan bahwa ada empat aspek dalam penyesuaian perkawinan, yaitu pertama penyesuaian dengan pasangan dimana semakin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh di masa lalu, maka semakin besar pengertian dan wawasan sosial mereka sehingga memudahkan dalam penyesuaian dengan pasangan (Christina & Matulessy, 2016), kedua penyesuaian seksual yaitu menjadi masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab ketidakbahagiaan dalam perkawinan, ketiga penyesuaian keuangan dimana kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri individu dalam perkawinan, dan keempat penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan dimana individu yang menikah harus mempelajari dan

6 menyesuaikan diri dengan pihak keluarga pasangan bila individu tidak menginginkan hubungan yang tegang dengan sanak saudara mereka. Sejalan dengan hal tersebut, peneliti telah melakukan studi pendahuluan kepada informan 1 yang berinisial SN (62 Tahun) pada tanggal 29 September 2016 di rumah SN. SN adalah seorang duda yang ditinggal meninggal dunia istrinya selama 2,5 tahun dan kemudian memutuskan untuk menikah kembali dengan janda berusia 48 tahun pada 27 Juli 2015. SN mengatakan telah menikahi istrinya yang mempunyai 4 anak dengan anak pertama dan kedua telah menikah dan kedua anak lainnya masih bersekolah, sedangkan SN sendiri mempunyai 2 anak dan keduanya telah berkeluarga. SN telah mengenal istrinya sejak lama karena memang keduanya tinggal di lingkungan yang sama namun SN mengeluhkan istrinya tersebut terlalu berlebihan dalam berdandan. Kemudian SN mengatakan masih sulit untuk akrab dengan anak tirinya yang masih bersekolah karena SN merasa anak tirinya tersebut belum menerima SN sebagai ayah tirinya. SN beragama Islam dan mengerjakan ibadah sholat bersama istrinya di rumah, namun SN mengatakan dalam hal berhubungan seksual merasa dirinya tidak memuaskan dalam melayani istrinya. Kemudian, SN yang bekerja sebagai petani mempunyai penghasilan sebesar 2 juta rupiah per bulan, hal ini dirasakan istrinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena berimbas pada kebutuhan anak tidak terpenuhi seperti telat membayar uang semester di sekolah.

7 Wawancara kedua dilakukan pada informan 2 yang berinisial KH (65 tahun) pada tanggal 15 Oktober 2016 di rumah KH. KH merupakan seorang duda yang ditinggal meninggal dunia istrinya selama 1 tahun dan kemudian memutuskan untuk menikah kembali dengan seorang janda berusia 38 tahun pada tanggal 18 September 2016. KH mengatakan telah menikahi istrinya yang mempunyai 3 anak yang masih bersekolah, sedangkan SN sendiri mempunyai 1 anak yang telah berkeluarga. Di usia pernikahannya yang masih seumur jagung ini, KH mengatakan masih sulit menyesuaikan diri dengan istri dan anak tirinya. KH juga mengatakan menikahi istrinya tersebut karena KH merasakan belas kasihan karena istrinya yang berstatus janda dengan 3 anak yang masih bersekolah. Hubungan KH dengan istri masih terasa canggung karena usia yang terlampau jauh yaitu 31 tahun, KH juga menuturkan bahwa dirinya belum pernah berhubungan seksual dengan istrinya tersebut. KH beragama Islam dan mengerjakan sholat di mushola samping rumahnya bersama istrinya. Kemudian KH mengatakan mencintai istrinya yang sabar menghadapi KH. Mengenai penghasilan, KH bekerja sebagai petani yang mempunyai lahan persawahan sendiri. KH mempunyai penghasilan sebesar 5 juta rupiah per bulan, hal ini dirasakan istrinya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan untuk membiayai sekolah anak namun KH mengatakan bahwa istrinya kurang terbuka dalam mengelola keuangan sehingga berakibat dirinya tidak mengetahui pengeluaran dalam rumah tangganya.

8 Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap kedua informan, diketahui bahwa kedua informan tetap harus melakukan penyesuaian dalam perkawinan. Mengenai penyesuaian dengan pasangan, SN telah cukup lama mengenal istrinya namun mengeluhkan istrinya yang sering berdandan berlebihan jika akan keluar rumah, sedangkan KH masih merasa canggung untuk sekadar meminta istrinya membuatkan minuman. Kemudian penyesuaian seksual, SN merasa dirinya tidak memuaskan dalam melayani istrinya, sedangkan KH masih merasa canggung untuk berhubungan suami istri karena rentang usia yang cukup jauh yaitu 31 tahun. Pada penyesuaian keuangan, kedua informan termasuk berkecukupan di dalam penghasilannya namun keduanya mengeluhkan istrinya kurang jelas dalam mengelola keuangannya. Selanjutnya penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan, kedua informan masih merasa sulit untuk akrab dengan lingkungan keluarga istri dan dengan anak-anak tirinya. Mengingat pentingnya hal tersebut, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui penyesuaian perkawinan pada lansia duda yang menikah lagi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penyesuaian perkawinan pada lansia duda yang menikah lagi?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah mengkaji penyesuaian perkawinan pada lansia duda yang menikah lagi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang keilmuan psikologi perkembangan yang berkaitan dengan penyesuaian perkawinan pada lansia duda yang menikah lagi. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang pentingnya lansia duda yang memutuskan untuk menikah lagi dalam menyesuaikan diri di dalam perkawinannya.