BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat menyerang siapa saja. Kanker muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari selsel jaringan tubuh yang dalam perkembangannya berubah menjadi sel kanker (Lubis & Hasnida, 2009). WHO memperkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang ( International Union Against Cancer /UICC, 2009). Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (2010), menyatakandi Indonesia kanker menjadi penyebab kematian ketiga dengan kejadian 7,7% dari seluruh penyebab kematian karena penyakit tidak menular. Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, jumlah pasien kanker rawat inap tahun 2013 mulai bulan Januari - Oktober adalah sebanyak 1022 orang (Medical Record RSUP Haji Adam Malik).
Kebutuhan dasar atau primer manusia adalah mempertahankan hidup. Oleh karena itu, apabila seseorang mengalami gangguan aspek fisik biologis karena terserang penyakit, maka orang tersebut akan berupaya mendapatkan pengobatan agar dapat sembuh. Terapi yang dilakukan pada penyakit kanker adalah operasi, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis serta beberapa metode terapi lainnya. Terapi operasi dan radioterapi dapat menjadi terapi kuratif kanker yang bersifat lokal, sedangkan kemoterapi digunakan untuk terapi sistemik dan kanker dengan metastasis klinis ataupun subklinis (Smeltzer & Bare, 2002). Fujin, dkk., (2011), menyatakan kemoterapi merupakan terapi kanker yang sering digunakan. Efek fisik dari kanker dan terapinya dapat menyebabkan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan. Pengalaman ini dapat bersifat psikologis, sosial, ataupun spiritual dan mengganggu kemampuan mengatasi kanker, gejala, dan terapinya (Wilkes dalam Potter & Perry, 2009).Kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelah penyakit kanker terdiagnosis. Schreier dan William (2004 dalam Toftagen 2006), menyatakan kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada pasien kanker khususnya yang menjalani kemoterapi. Pelaksanaan kemoterapi yang kadang membutuhkan waktu yang lama dan adanya dampak efek samping yang dirasakan pasien dapat memunculkan kelelahan, depresi dan kecemasan. Efek samping kemoterapi timbul karena obat-obatan kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang selsel sehat terutama sel-sel yang cepat membelah. Perubahan fisik akibat efekdari kemoterapi cenderung membuat pasien kanker merasa cemas (Nurachman, 1999).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2012). Beberapa peristiwa dapat menyebabkan kecemasan, misalnya ketika sedang menunggu hasil tes, maupun ketika mau mengalami efek samping dari suatu obat. Kecemasan meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat penyakit atau akibat proses penanganan penyakit, serta mengalami kekurangan informasi mengenai sifat suatu penyakit dan penanganannya (Lubis, 2009). Hasil penelitian Bintang (2012), menyatakan dari 70 pasien yang menjalani kemoterapi sebanyak 34,28 % mengalami cemas sedang, 12,86 % mengalami kecemasan berat dan 4,28% mengalami cemas yang sangat berat. Semakin tinggi tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi kemoterapi akan semakin mengganggu proses kemoterapi. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis yang menyertai kecemasan. Dampak kecemasan yang dialami penderita kanker yang menjalani kemoterapi mempengaruhi kemoterapi yang akan dijalaninya, seperti tidak mau lagi menjalani kemoterapi karena trauma dengan efek samping kemoterapi, penurunan kondisi tubuh yang membuat turunnya Hb sehingga tidak bisa menjalani kemoterapi dan efek samping yang ditimbulkan obat lebih besar dari yang seharusnya (Setyowati, 2006). Kecemasan yang dialami pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi dapat menghambat proses penyembuhan. Tingkat kecemasan pada pasien kanker sangat perlu dikaji, karena itu sangat mempengaruhi pengobatan kemoterapi yang akan dijalani pasien.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik, Medan 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi, sehingga pendidikan kesehatan dapat diberikan pada pasien yang akan kemoterapi. 2. Bagi pendidikan Keperawatan. Teridentifikasinya tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani
kemoterapi sehingga bisa dijadikan sebagai sumber data dasar untuk mengembangkan konsep maupun teori keperawatan dalam mempersiapkan psikologis pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. 3. Bagi penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA